Slide Show

Juni 06, 2012

Prahara. Ketika orang yang kamu percayai ternyata berkhianat.


Judul Buku : Xar & Vichattan buku dua : Prahara
Penulis : Bonmedo Tambunan
Penyunting : Arie Prabowo dan Leony Siregar
Penerbit : Adhika Pustaka
Cetakan Pertama : Juli 2010
Tebal : 428 halaman, paperback
ISBN : 978-979-19991-3-7



Sebelumnya saya mau wanti wanti dulu, buat yang belum membaca buku pertama, ada baiknya berhati hati membaca review saya. Soalnya kalo dianggap spoiler buku pertama ya... begitulah.. secara kan ini buku kedua :D

....


....
"Tetapi sesungguhnya dua adalah satu. Satu yang saling menjelaskan. Satu yang saling mencipta. Tak ada dua tanpa satu, karena dua adalah satu. Satu yang sama, tetapi bertolak belakang." -Niota. Waktu, Terang dan Gelap
 
Setelah Kuil Cahaya berdiri, ternyata masih ada bahaya yang mengintai dunia. Dimulai dari Frigus Acerbus, Sang Ratu Peri, yang mencoba mengimbuhi Kristal Utama dengan kegelapan. Ratu Peri yang memilih jalan kegelapan ini bertujuan untuk membuat energi utama alam yang kekuatan sihirnya luar biasa itu bisa digunakan oleh para pasukan kegelapan. Yang bila terjadi dan berhasil, maka akan membuat mereka akan dengan mudah menggunakan kekuatan alam untuk melakukan kejahatan.

Selain itu, aktivitas kegelapan di seputar Desa Cimea mulai meningkat. Anehnya, kekuatan kegelapan tersebut menyebar dengan cepat sekali. Padahal jarak antara Desa Cimea dengan Kuil Kegelapan cukuplah jauh sehingga seharusnya penambahan jumlah pasukan kegelapan agak mustahil dilakukan dengan cepat dan terus bertambah banyak tanpa adanya pergerakan aktivitas kegelapan dari Kuil Kegelapan ke Desa Cimea.
Hal ini membuat petinggi Xar dan Vichattan kebingungan, mereka curiga jangan-jangan kegelapan memiliki kekuatan untuk mendatangkan pasukannya dari alam lain yang bisa langsung dihadirkan di sekitar Desa Cimea.


Karena itulah dilakukan pembagian tugas bagi para pemegang kekuatan cahaya. Kara ke Vichattan untuk mencari referensi buku-buku di Ruang terlarang yang sekiranya dapat memberi titik terang tentang kehadiran pasukan kegelapan yang sangat cepat, Antessa pergi ke Kristal Utama untuk mencegah Ratu Peri melakukan pengimbuhan kegelapan. Amor dan Gerome pergi ke Desa Galad untuk membantu pasukan Xar Vichattan melawan pasukan kegelapan, Pietas bertugas menjaga Kuil Cahaya, sedangkan Dalrin kembali ke Xar.

Setelah kehilangan Ayahnya, Dalrin merasa kehilangan kepercayaaan kepada kekuatan Cahaya. Padahal syarat utama bagi pemegang kekuatan cahaya adalah percaya pada cahaya itu sendiri. Kehilangan sumber utama membuat Dalrin belum mampu mengendalikan kemampuan cahayanya dengan baik, tidak seperti sebelumnya. Ia berubah menjadi pendiam, emosional dan tidak percaya diri, karena itulah ia ingin belajar mengendalikan kemampuannya di Kuil Xar, tempat ia tumbuh dan dibesarkan selama ini.

Banyaknya tugas yang harus diselesaikan oleh pemegang kekuatan cahaya membuat buku ini padat berisi tentang kisah-kisah seru mereka. Seperti Gerome yang akhirnya tahu siapa yang membunuh orang tuanya, lalu Kara yang menghilang ketika membaca buku hitam di Ruang terlarang perpustakaan. Antessa bersama para pimpinan peri yang harus menemukan jalan menuju Kristal Utama sebelum terlambat, lalu Dalrin yang menemukan kembali Ayahnya melalui Pedang Al Kamra.

Ide yang muncul dari penulis tentang lempengan yang menandakan perbedaan dunia mau tak mau membuat saya kagum. Meski agak sulit juga pada awalnya membayangkan perbedaan lempeng ini, terlebih saat jiwa seorang wanita gila meluncur di antara lempeng-lempeng demi mencari tahu keberadaan seorang pewaris cahaya.

Penokohan keempat pewaris cahaya makin kuat, mungkin karena mereka diceritakan secara terpisah dan berjuang dengan misi yang masing-masing emban. Antessa yang sensitif, setia kawan lalu Kara yang kutubuku, pencetus ide-ide berani dan tidak mudah menyerah bersama Gerome yang emosional, tidak sabaran, cuek dan Dalrin yang cenderung kalem, masing-masing menjadikan cerita di buku ini makin berwarna.

Sayangnya karena terlalu padat, saya agak lelah membaca buku ini. Mungkin karena isinya pertarungan dan lebih sering tokoh-tokoh utamanya agak ’nelangsa’. Untuk typo dan penulisan nama tokoh yang keliru, sama seperti yang dibahas beberapa reviewer di Goodreads, muncul terutama di beberapa bagian akhir cerita. Seperti kekeliruan penulisan Kara yang seharusnya Antessa, dan nama Pietas yang berali-kali disebut Amor.

Bagaimana kisah para pewaris cahaya di buku ini? Sanggupkah mereka mengerjakan tugas mereka sendiri-sendiri? Siapa yang pergi, siapa yang datang dan siapa yang berkhianat?

Baca buku ini dan temukan sendiri jawabannya :)


Wishful Wednesday #13

Halo haloo.. sudah hari Rabuuu.. berarti saatnya Wishful Wednesday.. :D

WW #13 ini saya mau berbagi sedikit ttg salah satu buku yg ada di wishlist saya. :D
Judulnya Joshua Files #1


Gara-gara  terkompori oleh Oky, salah satu Anggota BBI dan Dion yang kemaren sempet ngajak swap buku ini terus saya penasaran ceritanyaaa >_<

Sinopsis singkatnya :
kau memasuki zona teori konspirasi
Blog ini milik:
Josh Garcia
Tentang aku:
Aku anak laki-laki arkeolog Meksiko (Dad)
dan dosen sejarah Inggris (Mum)

ENTRI BLOG:
Beberapa minggu lalu, aku hanyalah cowok biasa. Cowok yang suka mendengarkan Green Day, Arctic Monkeys, dan Nirvana. Cowok yang ikut kelas capoeira dan lumayan jago melancarkan tendangan putar.

Tapi suatu hari Dad dilaporkan meninggal dalam kecelakaan pesawat, dalam salah satu perjalanannya untuk meneliti reruntuhan Maya di Meksiko. Benarkah itu kecelakaan? Kenapa email-email terakhir Dad sepertinya menunjukkan sebaliknya?
Bisa juga ditengok review Oky di sini :)
Yaah, tapi serinya cukup banyak.. bulan ini terbit buku keempatnya. Hiks. aku nunggu boxsetnya sekalian aja apa ya biar kaga penasaran? XD

Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)
Juni 01, 2012

A Stolen Life


Judul Buku : A Stolen Life (a memoir)
Penulis : Jaycee Lee Dugard
Published July 12th 2011 by Simon & Schuster
ebook, 201 halaman
ISBN : 978-1-4516-2920-0 (e-book)





Seorang anak perempuan berusia 11 tahun terlihat berjalan meninggalkan rumahnya yang nyaman. Ibunya telah berangkat kerja sedari tadi, ayah tirinya entah berada di mana dan adik perempuannya sedang nyaman tidur di buaian kamar.

Saat berjalan menuju tempat pemberhentian bus sekolah, ia merasa diikuti oleh sebuah mobil dengan pengemudinya yang terlihat kebingungan. Rupanya Si Pengemudi ini sedang mencari arah suatu jalan, karena ia berhenti dan menanyakannya kepada Si Anak perempuan. Setelah Si Pengemudi memberikan senyum misteriusnya, Si Anak perempuan ditarik paksa masuk ke dalam mobil setelah sebelumnya ia disetrum dengan ‘stun gun’. Si anak perempuan memberontak dengan seluruh tenaganya, tapi toh ia hanya anak kecil biasa. Akhirnya ia kalah, dan dengan setengah sadar ia tahu bahwa ia telah menjadi korban penculikkan.

Anak perempuan ini bernama Jaycee Dugard.

Jaycee dibawa ke sebuah halaman belakang rumah, yang meski matanya dalam kondisi tertutup, ia mampu merasakan tapak-tapak bebatuan dan perasaan yang timbul saat menginjak rerumputan. Ia dikurung di sebuah rumah kecil yang mungkin merupakan gudang. Hari-hari pertamanya dalam penyekapan itu begitu menyiksa, anak kecil yang masih lugu itu berkali-kali diperkosa.

Lama- kelamaan hidup Jaycee mulai difasilitasi oleh penculiknya. Tak hanya makanan dan minuman, ia bahkan juga diberi kesempatan memelihara seekor kucing. Suatu hal yang sangat membahagiakannya karena sebenarnya ia rindu untuk mencurahkan perasaannya kepada seseorang. Jaycee sangat akrab dengan binatang, tapi sayangnya ketika ia mulai akrab dengan seekor hewan, penculiknya selalu mengambil hewan tersebut kembali, itu yang mematahkan lagi semangat Jaycee.

Suatu hari, di usianya yang masih 13 tahun, ia hamil. Suami istri penculik Jaycee lebih memperhatikan Jaycee semenjak itu. Terkadang mereka menonton video tentang perawatan bayi, cara mengasuh anak bahkan juga tentang persalinan. Sampai ketika Jaycee melahirkan anak pertamanya, ia hanya dibantu Nancy, Si istri penculik, yang juga seorang perawat dan juga Philip, Si penculik itu sendiri. Saat itu kalender menunjukkan tanggal 18 Agustus 1994, dengan umur Jaycee yang baru 14 tahun.

Setelah memiliki anak, Nancy dan Philip makin sering memanjakan Jaycee dan A, anak pertamanya. Mereka membelikan mainan, diapers, pakaian, dan kebutuhan Si bayi lainnya. Terkadang Jaycee bingung sendiri, pernah ia merasa cemburu karena Philip dan Nancy lebih memperhatikan Si A daripada Jaycee. Tentu hal ini bisa saya maklumi, karena biar bagaimanapun juga usia Jaycee saat memiliki anak tersebut masihlah 14 tahun, usia awal remaja yang masih sangat haus perhatian dan kasih sayang.

Selang beberapa tahun kemudian, Jaycee melahirkan anak keduanya yang juga perempuan dan diberi nama G. Setelah melahirkan anak kedua ini, Jaycee sendiri malah merasa sekarang ia memiliki keluarga baru. Keluarganya yang lama sudah tak berani ia impikan lagi, karena besar kemungkinan ia tak akan kembali ke rumahnya yang nyaman, bertemu dengan Ibunya, ayah tirinya yang kadang menyebalkan, serta adik perempuannya yang dulu begitu menggemaskan.

 Lalu bagaimana caranya Jaycee bisa bebas dari para penculiknya? Terlebih ia juga harus memikirkan keselamatan anak perempuannya..

Sebenarnya saya mengetahui buku ini dari Om @htanzil, saat kami membahas sedikit tentang sebuah novel kontemporer berjudul Room yang ditulis oleh Emma Donoghue. Apabila di Room ceritanya dikisahkan dari sudut pandang anak kecil yang lahir di tempat di mana ibunya dikurung setelah diculik, maka di buku A Stolen Life ini cerita yang dikisahkan lebih ‘berat’ karena dari sudut pandang anak perempuan yang mengalami penculikan.

Buku yang terdiri dari 33 bab ini cukup membuat saya merasa agak ‘desperate’ saat membaca kisahnya. Bagaimana tidak, Si Penulis menceritakan dengan detail yang cukup banyak tentang pengalamannya di penculikkan. Agak ekstrem memang saya rasa, bahkan dibeberapa ceritanya cukup membuat saya agak mual saat membaca detailnya.

Cara penyampaian cerita saya rasa cukup baik, mengingat betapa beratnya bagi ia untuk menceritakan pengalaman buruknya tersebut. Tetapi karena terkadang disisipi kejadian Flashback dan alur maju (setelah ia bebas) saya agak kerepotan membayangkan kejadiannya. Buat saya, Twistnya kurang ramah. Di setiap bab, atau misalkan ada adegan yang ia kenang atau menjadi mimpi buruknya bertahun tahun kemudian, ia akan meyisipkan ‘Reflection’ yang terkadang berisi bagaimana cara ia memebebaskan diri dari ketakutan yang ia rasakan, terkadang diisi tentang detail kejadian lebih banyak, terkadang ia juga menceirtakan apa pengaruh kejadian itu terhadap ia setelah bebas.

Ada satu reflection di awal cerita yang cukup menyentuh, ketika ia terbiasa mengoleksi kerucut pinus (pine cones) setelah bebas. Ia mengoleksi kerucut pinus dari berbagai tempat, bahkan terkadang ia berpesan kepada temannya yang akan pergi ke suatu daerah untuk membawakannya oleh-oleh berupa kerucut pinus. Ternyata setelah lama diketahui sebabnya, kerucut pinuslah benda terakhir yang ia pegang sebelum akhirnya dibawa paksa masuk ke dalam mobil. Benda itu ia sebut sebagai
 “My last grip on freedom before eighteen years in captivity”

Jaycee buat saya sebagai pembaca kisahnya adalah seorang pejuang kehidupan. Tak banyak orang yang berani mengungkapkan pengalaman hidupnya yang buruk, tapi dengan lantang ia maju ke publik dan berkata bahwa bila ia menutupi cerita masa lalunya yang menyeramkan tersebut, maka sama saja ia menutupi kejahatan yang dilakukan Philip dan Nancy. Maka dari itu ia berani dan dengan dukungan dari banyak pihak, ia berhasil menyelesaikan stau buku memoarnya.

Ah, masih banyak yang ingin saya kisahkan tentang Jaycee, tentang kehidupannya selama penculikkan, tentang Philip, Si penculik, yang mengalami gangguan kejiwaan, tentang Nancy si Isteri penculik, yang sebenarnya pernah memiliki kesempatan untuk membebaskan Nancy saat Philip tak ada di rumah, tapi saya rasa ada baiknya jika Anda membaca cerita dan kisahnya sendiri.

Sebuah buku yang membuat pembacanya merasa bahwa hidup memang adlaah perjuangan, bertahan dan ketegaran untuk tetap berdoa dan berharap.
Seperti kata Jaycee,
"When i don’t dare think, i dare to dream.”
Jaycee Lee Dugard Kidnapping :  June 10, 1991 – August 26, 2009
           

Pemenang Trimester Giveaway #2

Hai semuaaa...
Di awal bulan ini saya mau ngumumin pemenang dari Trimester Giveaway saya yang kedua :)

Sebenernya susah milih-milih komentar, duh tapi saya kudu milih salah satu ya kan? :p

Jadi, setelah membaca, memilih berkali kali, menimbang, milih lagi..

Saya putuskan hadiah ini jatuh kepada...


...

...

...

...

Oky Septya :)

Selamat yaaa... Silakan kirim via DM daftar buku yang kamu inginkan (harga yang akan saya lihat adalah harga dari situs penerbit). :) ke twitter saya @alvina13

Untuk pemenang Leviathan #2



dipilih menggunakan Rafflecopter jatuh pada..


...


...


...

Peri Hutan :D

Selamat yaa... Tolong kirim alamat ya, via DM twitter di @alvina13 :)

Lalu karena saya masih ingin berbagi satu hadiah lagi, dipilih menggunakan random.org keluarlah nama
....
...

...


...

Nana :D

Selamat ya, kamu mendapatkan satu novel De Lian yang berjudul 'Hidup adalah Pilihan'



Kirim alamat kamu via DM ke twitter @alvina13 ya :)
Mei 31, 2012

Gadis Kretek


Judul Buku : Gadis Kretek
Penulis : Ratih Kumala
Editor : Mirna Yulistianti
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Maret 2012
Tebal : 276 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-8141-5



Namanya Pak Raja, ia adalah pimpinan Perusahaan Kretek Djagad Raja yang sangat terkenal. Sayangnya, saat ini kesehatan beliau makin memburuk, dan dalam kesekaratannya, ia malah memanggil-manggil nama seorang wnaita yang jelas bukanlah istrinya. Jeng Yah, nama wanita yang dipanggil-panggil itu tak urung membuat murka Sang Istri. Tapi tidak demikian dengan ketiga anak pewaris kerajaan Kretek Djagad Raja. Lebas, Karim dan Tegar malah penasaran siapa sebenarnya Jeng Yah sampai-sampai Ayah mereka yang sekarat berkali-kali menyebut nama itu.

Maka disusunlah strategi, biar bagaimanapun juga bisa jadi ini permintaan terakhir Sang Ayah yang harus diwujudkan, maka ketiga anak itu akan mencari tahu siapa dan bagaimana cara menjemput Jeng Yah agar bisa bertemu Pak Raja.

Mungkin kebetulan, mungkin memang takdir, Lebas, Si Bungsu, mendapatkan info dari Sang Ayah bahwa Jeng Yah kemungkinan besar ada di Kudus. Berangkatlah ia dari Jakarta ke Kudus, dengan harapan bisa mencapai titik terang siapa itu Jeng Yah.

Tapi dasar Lebas, hidupnya yang cukup berantakan dan tak terjadwal membuat ia malah tersangkut di rumah seorang temannya dengan tujuan berunding tentang proyek film barunya. Beruntung Tegar, kakaknya, menyusul dan memaksa Lebas meneruskan perjalanan mencari Jeng Yah.

Kudus adalah kampung halaman mereka, di sanalah Kretek Djagad Raja dilahirkan dan masih dibesarkan sampai sekarang oleh Mbah kakung yang kini sudah meninggal. Pencarian Jeng Yah ternyata belum berakhir di Kudus, karena mereka mendapatkan cerita yang membantu memecahkan teka-teki siapa Jeng Yah itu sebenarnya dan di mana sebenarnya ia berada.

Seiring perjalanan pewaris Djagad Raja mencari tahu siapa Jeng Yah, pembaca juga di ajak menempuh puluhan waktu ke belakang untuk bertemu dengan Idroes Moeria dan Soedjagad.  Kedua pria ini saling bersaing satu sama lain, awalnya hanya dalam percintaan. Ya, mereka mencintai gadis yang sama, Roemaisa, putri Juru Tulis yang telah memikat hati mereka. Tapi kemenangan saat itu berada di tangan Idroes, karena kemudian mereka menikah. Kehidupan mereka berangsur makin sukses, terutama karena Idroes juga mulai melinting kreteknya untuk dijual sendiri.

Peribahasa bilang, hidup bagaikan roda, kadang di atas sesekali ia juga terpuruk jatuh.

Begitupula dengan Idroes, ketika itu ia ditangkap dan dibuang ke Surabaya, oleh pemerintah Kolonial Jepang. Roemaisa yang ditinggal, kalang kabut memikirkan nasib suaminya. Soedjagad yang merasa kasihan dengan Roem, pelan-pelan mendekatinya. Ia juga mulai melebarkan usaha kreteknya meski Roem juga masih mempertahankan usaha kretek yang dulu dijalankan suaminya. Akankah Idroes kembali pulang? Lalu apa hubungan antara kedua cerita ini? Siapakah Jeng Yah sebenarnya? Apakah dia Sang Gadis Kretek dalam judul novel ini?

Sebenarnya hanya butuh dua hari menghabiskan cerita dalam buku ini meski di awal cerita saya penasaran setengah pingsan karena Si Gadis Kretek nggak muncul-muncul. Sudah gitu typonya yang bikin alis saya berkerut-kerut waktu membaca, bukan hanya kesalahan cetak, tapi kekeliruan nama pun seringkali terjadi di beberapa bagian buku. Ow, menurut saya ini cukup fatal, terlebih tak hanya sekali terjadi. Bagaimana bisa? Duh, mungkin kalo di cetakan kedua butuh proofreader, saya mau deh direkrut.

Lalu jalan ceritanya. Sebenarnya tak masalah bila memang adegan yang ditampilkan maju mundur secara bergantian, tetapi saya tadinya berharap twist yang dihadirkan lebih smooth, nggak kasar mak jeblag jeblug ganti topic. Duh, mana flashbacknya itu nggak Cuma puluhan tahun ke belakang, tapi kadang Cuma beberapa tahun ke belakang doank. Contohnya tentang masa lalu ketiga pewaris Djagad Raja.

Lalu mengapa saya beri bintang tiga? Apa yang menajdi keunggulan cerita ini?


Bagi saya, cerita tentang sejarah sebuah pabrik kretek tentu bukanlah hal yang mudah untuk dikisahkan. Saya yakin penulis telah melakukan riset yang cukup mendetail untuk mengetahui sejarah rokok pada saat awal kemerdekaan Indonesia dulu. Selain itu buku ini bisa saya bilang sarat dengan konflik, mungkin memang ada kisah cinta, tapi tetap saja kemudian memicu terjadinya konflik, Baik konflik utama dalam kisah gadis kretek ini maupun konflik sampingan yang dibawa oleh ketiga pewaris Djagad Raja. Toh memang terkesan berat, tapi ternyata saya lancar jaya membaca buku ini.

Dan aroma kreteknya, benar-benar menguar dari setiap halaman buku ini. Menghadirkan suasana yang berbeda waktu tapi dengan gurih disatukan oleh nikmatnya Kretek.


Posting Gadis Kretek ini dalam rangka Posting Bareng Buku Gramedia bersama teman-teman Blogger Buku Indonesia (BBI) :)

Salam,

Salam,