Penulis : Sosuke Natsukawa
Penerjemah : Louise Heal Kawai
Narator : Kevin Shen
5 jam 7 menit
Penerbit : Picador
Tahun terbit : September 2021
Books have tremendous power.
Kematian kakek yang terlalu mendadak membuat Rintaro Natsuki menjadi hilang arah. Setelah kematian kedua orang tuanya Rintaro hanya tinggal berdua dengan kakeknya. Lalu sekarang setelah kakek meninggal, Rintaro menjadi benar benar merasa sebatang kara. Meski ada bibinya yang masih perhatian dengannya dan mengajak Rintaro untuk pindah ke tempatnya, remaja lelaki ini merasa kebas dengan semua perasaan sedih yang menghantamnya. Ia bahkan tidak menangis di pemakaman kakeknya.
Suatu hari ketika Rintaro memandangi rak-rak di toko buku kakeknya, ia mendengar seseorang berbicara. Lebih tepatnya sih seekor kucing berbicara kepadanya. Si kucing oren bernama Tiger ini meminta bantuan Rintaro untuk pergi ke suatu tempat dan membebaskan buku-buku. Awalnya Rintaro berpikir dia mungkin berkhayal, atau stres karena kematian kakeknya. Tapi perjalanan mereka yang pertama berhasil dengan sukses. Sampai kemudian si kucing balik lagi untuk tugas kedua. Lalu tugas berikutnya dan berikutnya.
Jika Indonesia ini buku, maka genre-nya pasti realisme magis
Saya mengaminkan pendapat Titah tersebut, bahkan semakin yakin lagi setelah membaca buku yang berisi 16 reportase singkat yang ditulisnya ini. Meski pernah diterbitkan di media tempatnya berkerja, reportase-reportase ini dipoles lagi sebelum dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku.
Mengapa hantu berparade di siang bolong, saya benar benar dibuat penasaran dengan judul yang ia pilih untuk buku ini. Ternyata memang isinya banyak yang berhubungan dengan sesuatu yang tidak kasat mata manusia. Dengan redaksional berita, Titah menceritakan hal-hal yang sebenernya ngga bisa diterima logika tapi bisa jadi gampang aja untuk kita baca. Tentu saja karena ini berita, ada fakta-fakta yang disajikan terlepas dari "keabsurdan" judul artikelnya.
Judul buku : Lauk Daun
Penulis : Hartari
Penerbit : Banana
Tahun terbit : September 2022
Tebal : 144 halaman
ISBN : 978-623-98249-5-2
"Ngebon dulu boleh, nyicil boleh, bayar lunas sangat dianjurkan. Siapa lagi yang berminat?"
Lauk Daun menceritakan kehidupan sehari-hari di lingkungan Kampung Merdeka. Kampung yang berupa perumahan tiga gang ini awalnya terdiri dari dua puluh rumah lalu karena empunya beranak pinak, rumah rumah baru didirikan di halaman dan makin banyaklah keluarga baru. Kini ada delapan puluh sembilan KK yang tinggal di kampung Merdeka.
Lauk Daun sendiri sebenernya dari kata Lockdown ketika pandemi Corona merajalela. Muncul ide untuk memberi portal di jalan perumahan, tetapi banyak warga yang ngga setuju. Ya iyalah buat makan aja sulit saat itu, apalagi urunan buat bikin portal.
Dipimpin oleh Pak As sebagai ketua RT, berbagai drama pertetanggaan diceritakan sesekali dengan satir. Berhubung drama ibu-ibu tuh emang seru, nah kebanyakan emang isinya itu. Mulai dari sindir menyindir di grup Whatsapp ibu-ibu, Bu As yang otoriter, gosip yang berujung dendam, sampai perselingkuhan.
Judul buku : Semasa
Penulis : Teddy W. Kusuma & Maesy Ang
Penerbit : Post Press
Tahun terbit : Cetakan keempat, Juli 2019
Tebal : 149 halaman
ISBN : 978-602-60304-43
Betapa pada akhirnya, kita akan menghadapi segala sesuatunya sendiri
Coro dan Sachi adalah sepupu yang akrab sejak kecil. Bapaknya Coro adalah kakak dari ibunya Sachi. Saking akrabnya dua kakak beradik ini, setelah orang tua mereka meninggal, mereka membangun sebuah rumah peristirahatan di desa. Dekat dengan sawah dan ladang, juga dekat dengan sungai.
Meski akrab saat kecil, seiring bertambahnya usia dan jarak antara Coro dan Sachi, lama-lama hubungan mereka renggang. Sachi sibuk dengan karier akademisnya di Belanda dan Coro menjalani hidup yang biasa-biasa saja apalagi semenjak novel perdananya jauh dari kata sukses.
Suatu ketika, keluarga mereka berkumpul lagi untuk membahas suatu hal yang penting. Dan dari sinilah konflik konflik kecil mulai memuncak, hingga mereka harus memilih untuk melepaskan atau menggenggam erat erat apa yang mereka punya.