Slide Show

Juli 27, 2016

Persona





Judul Buku  : Persona
Penulis : Fakhrisina Amalia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 248 halaman, ebook di SCOOP
Cetakan pertama : 2016
ISBN : 978-602-03-2629-0

Kita seharusnya punya satu atau beberapa hal yang seumur hidup pengin kita lakukan, itu bakal menjaga kita tetap waras.

Saya selalu suka dengan novel dengan tokoh utama yang memiliki masalah psikologis. Sayangnya di Indonesia belum banyak novel yang demikian ceritanya. Sehingga ketika saya mendengar dan membaca beberapa review tentang buku ini yang cukup menjanjikan, saya jadi tertarik untuk membacanya. Terima kasih untuk SCOOP, Gramedia.com dan Gramedia Pustaka Utama yang telah memberikan buku ini kepada saya.

Azura memiliki cara yang salah dalam melarikan diri dari masalah keluarganya. Setiap kali orang tuanya bertengkar, ia akan menyakiti dirinya sendiri. Baginya, rasa sakit fisik yang ia rasakan dapat mengalihkan rasa sakit dalam hatinya. Setelah itu, ia akan dapat menghadapi hari-hari seperti biasanya.

Di sekolah, Ia lebih senang menyendiri, mungkin itu juga sebabnya ia tak memiliki teman sama sekali. Sampai Altair, seorang anak lelaki blasteran Jepang, pindah ke kelasnya dan duduk di bangku kosong persis di belakang kursi Azura. Lama kelamaan, Altair menjadi sahabat Azura. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama-sama baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dan pelan-pelan kebiasaan buruk Azura berhenti. 




Sekarang jika orang tuanya bertengkar, Azura hanya perlu menelepon Altair dan mengobrol dengannya. Altair pun sangat mengerti keadaan Azura karena ternyata keadaan keluarganya dulu juga sama, hanya saja sekarang kedua orang tuanya telah bercerai. Persamaan ini membuat Azura makin dekat dengan Altair, sampai ia sadar bahwa ia jatuh cinta.

Sialnya, di saat keadaan makin baik, Altair malah menghilang. Azura hanya mampu menelan kekecewaannya sendirian. Hidup pun mengalir lagi seperti biasa, sampai ia lulus sekolah, melanjutkan kuliah dan bertemu dengan seorang perempuan bernama Yara. Sosok Yara yang ramah mengingatkannya dengan Altair, sehingga dengan mudah Azura menjadi dekat dengannya. Tapi toh hidup ngga pernah selalu penuh kebahagiaan, bukan? Karena kelak Azura akan bertemu lagi dengan Nara, cinta pertamanya. Serta Altair, yang muncul kembali begitu saja dalam kehidupannya. Hanya saja kali ini, kehadirannya mengungkap mengapa ada banyak rahasia dalam hidupnya.


https://www.getscoop.com/id/buku/young-adult-persona?utm_source=bbi&utm_medium=referral&utm_campaign=affiliate%20bbi%20juli%202016


Sejak awal saya cukup bersemangat membaca buku ini. Ceritanya dark, bikin penasaran, dan temanya ga jauh-jauh sama buku favorit saya yang tokoh utamanya “sakit”. Sejujurnya sampai konflik berakhir pun, saya masih menyukai buku ini. Ceritanya dibangun dengan baik, meski saya tak habis pikir mengapa Azura bisa tergila-gila dengan Altair. Tapi ya tak apalah, toh genrenya Young Adult, masa di mana cinta membuat hidup dipenuhi bunga-bunga #plaaak.  

Pembangunan konfliknya dibangun bertahap dengan apik, pembaca masih dapat mengikuti laju cerita meski dikisahkan dengan alur yang maju mundur. Dan karena tema yang diambil tak hanya melulu tentang cinta dan keluarga tetapi juga nuansa psikologis, saya rasa cerita di buku ini cukup kompleks. Tetapi jangan khawatir, karena bahasanya asyik kok. Mudah dipahami dan diikuti.

Karakter-karakternya cukup kuat dan berkesan, terutama sosok Azura. Buat saya, Azura bukanlah anak SMA biasa, sebab ia telah melalui kehidupan yang keras bahkan dalam keluarganya sendiri. Keterpurukan Azura yang diceritakan dalam buku ini menjadi pesan cerita yang bagus, bahwa tidak hanya orang dewasa yang bisa tertekan, mereka para remaja juga dapat merasakan hal yang sama. Pun melakukan hal yang sama gilanya seperti orang dewasa. Saya sih berharap buku ini membuat orang tak hanya memandang sebelah mata terhadap mereka yang terlihat bermasalah. Adanya dukungan serta kebaikan yang senantiasa diberikan serta persahabatan tanpa penghakiman, menurut saya adalah cara yang tepat saat membangun hubungan dengan mereka.

Oh, satu yang tidak saya suka dari buku ini. Epilognya. Menurut saya, alangkah baiknya jika epilog itu ditiadakan saja. Itu jadi mengingatkan saya kepada salah satu buku menyebalkan yang pernah saya baca. Dan epilog itu menghancurkan bayangan saya tentang betapa bagusnya novel ini. 



Sekolah di Atas Bukit





Judul Buku  : Sekolah di Atas Bukit
Penulis : The Nature Conservancy
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 280 halaman, ebook di SCOOP
Cetakan pertama : 2015
ISBN : 978-602-03-1593-5


Aku hanya ingin bertemu. Memastikan kau masih di sini.

Kalau tidak di sini, aku mau ke mana lagi? Tempat ini rumahku.


Sekolah di atas bukit berisi 31 cerita yang berhubungan dengan konservasi lingkungan di Kalimantan Timur. Cerita pendeknya pun macam-macam, meski memang diambil dari pengalaman para aktivis TNC saat bertugas. Ada yang kocak macam Pesan yang terbawa Angin, ada yang sarat tantangan seperti Melacak Orangutan Segah. Ada juga yang menceritakan keberanian seperti pada Finding Pongo. Secara garis besar tentu saja ceritanya setema, serupa, mirip, tapi buat saya tetap saja menambah ilmu baru tentang alam luar.
Sebenarnya tidak semua merupakan cerita pendek, beberapa di antaranya adalah artikel yang membuka pandangan pembacanya tentang isu iklim serta orang-orang yang bergerak di belakangnya. Ya, tentu saja ada banyak pengalaman yang mewarnai kehidupan para pejuang lingkungan, baik yang di garis depan maupun mereka yang berada di dalam gedung-gedung mencari donatur dan sponsor demi lancarnya misi mereka menyelamatkan lingkungan.
Juli 23, 2016

Wishful Wednesday 77




Setelah berbulan-bulan ngga pernah bikin postingan WW, kali ini saya ikutaan lagiii. Apalagi ada giveawaynya doonk.

Juli 22, 2016

Ngopi : Beli Ebook di SCOOP




Semakin lama e-book makin dipilih oleh para pembaca buku, termasuk saya. Alasannya sederhana, selain harganya lebih murah, saya tidak perlu repot repot mikir lemari yang makin sesak. Maklumlah, rumah udah penuh barang-barang bocah, jadi belum memungkinkan untuk menambah lemari lagi. Hiks.

Untuk e-book "halal" (iykwim), saya sering memperolehnya di Perpustakaan digital IJakarta. Saya pernah mereview versi lamanya di sini, tapi sekarang Ijakarta sudah makin update dan banyak buku-buku baru yang bisa dipinjam. Hanya saja, karena Ijakarta seperti selayaknya perpustakaan biasa, mereka memiliki tenggat waktu peminjaman yang berkisar antara 2-3 hari. Beruntung kalau mood saya sedang baik, biasanya saya akan langsung kelar baca tapi kalau belum mood baca tapi pengen punya, saya biasa membeli di Scoop.

Bertahun tahun lalu #tsaaah , saya pernah mereview SCOOP tapi saat itu masih belum banyak sih bukunya. Biasanya saya membeli buku-buku terbitan lama yang harganya amat miring. Nah, seiring dengan perkembangannya, SCOOP makin update dan memudahkan pembaca untuk membeli buku buku elektronik dan memfasilitasi pembacanya dengan tampilan yang tidak terlalu menyiksa mata pembaca.


Kali ini, saya mau berbagi cara membeli e-book di SCOOP. Sebenarnya di SCOOP sendiri sudah ada petunjuknya sih di bagian FAQ, tapi mungkin postingan saya lebih bermanfaat karena ada gambarnya XD #lha

1. Pilih buku yang mau kamu beli di SCOOP
Ini buku pilihan saya



Juli 21, 2016

O






Judul Buku : O
Penulis : Eka Kurniawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama : Februari 2016
Tebal : 470 halaman, beli di SCOOP

Semua manusia dan binatang dan benda-benda dan kenangan dan harapan berebut untuk hidup di kota ini. Mereka hanya perlu saling memakan.

Ini buku Eka keempat yang saya baca. Dulu sewaktu awal buku ini terbit, saya dibikin penasaran dengan judul dan covernya. Kenapa monyet? Kenapa O? Tapi berhubung harganya mahal dan bukan prioritas, jadi hanya masuk wishlist, belum jadi dibeli sampai beberapa hari lalu saya mendapatkan novel ini secara gratis. Terima kasih untuk SCOOP, Gramedia.com dan Gramedia Pustaka Utama \o/

Novel O bercerita tentang kehidupan para binatang di belantara Jakarta. Tersebutlah O, monyet betina yang menghabiskan waktunya untuk berubah menjadi manusia dengan bekerja di sirkus topeng monyet. Harapan O kelak dengan sering mengikuti gerak gerik manusia, ia juga akan segera menjadi manusia seperti kekasihnya dulu, Entang Kosasih. Dulu, O dan Entang Kosasih tinggal bersama sekumpulan monyet lainnya di Rawa Kalong. Mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai dan memutuskan akan menikah di bulan kesepuluh. Sayangnya, Entang Kosasih amat berambisi menjadi manusia sehingga tidak terlalu peduli dengan pernikahan itu. Suatu hari, setelah sebuah tragedi terjadi, Entang Kosasih menghilang begitu saja. Tak ada yang bisa menemukan monyet itu, sampai kelak ketika O melihat poster Kaisar Dangdut, ia percaya bahwa Entang telah berubah menjadi manusia. Yup, menjadi Sang Kaisar Dangdut yang menjadi idola banyak manusia.

Salam,

Salam,