Slide Show

Mei 30, 2016

Ngopi - Diskon!





Bagi pencinta buku, diskonan adalah hal yang adem buat didengar. Yah sekaligus panas sih, soalnya meski seringnya buku diskon adalah buku buku  terbitan lawas, atau buku hasil pajangan di toko buku, tapi pasti jadi penasaran buku buku apa yang ada di sana. Apakah ada buku inceran kita? Apakah harganya benar benar didiskon? Kalau di luar Jawa, apa ada event diskonan di toko buku di daerah mereka?

Linda (Palembang)
Obral buku nggak terlalu sering, paling sekali atau dua kali setahun. Cuman ya jarang merasa puas sama diskonnya. Soalnya yang sering didiskon itu buku masak dan kerajinan tangan. Kalo fiksi diskonnya kebanyakan 20 atau 30 persen, kayak di onlen shop. :') Tapi pernah tuh beberapa tahun yang lalu diskon besar-besaran di GOR. Itu beneran kalap sampe dua atau tiga kali ke sana dan ranselku penuh buku. Cuman skrg udah gak pernah ada yang begitu lagiiii.. :'(((

Resita (Denpasar)
Diskon biasanya ada di momen-momen tertentu. Biasanya kalau tahun ajaran baru, hari raya, sama pergantian tahun. Selain itu saya kurang tahu. Karena di sini informasi-informasi diskon itu jarang yang tahu.

Evyta (Medan)
Obralan atau diskonan gitu yang sering ngadain palingan gramedia aja. Kalo bookfair kayak di jawa gitu jarangggg. Bisa dihitung dengan jari.

Sering kepo atau iri ngga sih kalau ada obralan di Pulau Jawa?

Amaya (Kendari)
Iri senantiasa pokoknya, Mbak. kayaknya hampir tiap bulan ada aja momen bazaar buku, bookfair, event yang ada bagi buku-buku gratisnya gitu. Pokoknya irinya sampe bikin insomnia. Kadang ngayal bisa bertukar nasib sama temen-temen Pulau Jawa, minimal bisa dapet jodoh orang sana, biar diboyong ke kampung halamannya 

Maya (Banjarmasin)
Pernah bangeet.. sering malah. Apalagi kalau ada event semacam Islamic Bookfair, terus yang lagi hangat-hangatnya nih, Big Bad Wolf :( Pas liat temen-temen di Pulau Jawa kayaknya gampang banget kalau mau ngadain meet-up, gatehring (secara orangnya banyak) Di Banjarmasin sendiri kami bikin grup WA "Kalsel Bookworm", belum ada kegiatan apa-apa sih dan jumlah orangnya juga masih kurang dari 20, hehe.

Linda (Palembang)
Sering banget, Vin!!! Iri bangeeeet di Jawa keseringan diskon buku sedangkan disini cuman setaon sekali. Mau nitip ngerasa nggak enak soalnya nggak kenal deket. Aku mah apa cuman nasi kering yang nempel di pinggiran magic jar.. :') *ini apa-apaan, Lin?!*

Desty (Palopo)
Banget. Soalnya saya udah ngerasain tinggal di jogja dengan toko buku diskonan sepanjang masa itu. Itupun masih iri sama teman-teman di jakarta yg aksesnya jaaauuuh lebih mudah. Ga usah nyampe bbw deh... kalau ada diskonan di gramed matraman aja bikin mupeng.
Awal-awal pindah ke sini setelah dr jogja (2015 kemarin) aku sempat stres. Ga bisa ke toko buku. Ga mungkin juga belanja online melulu. Ongkirnya muaaahaal. 50rb-an utk sekilo, itu juga cuma dpt 2. Jadi kalau ada yang bilang aku nyinyir atau iri...please pindah deh ke sini.
Tapi aku juga bersyukur dengan adanya blog buku, sering dapat gratisan. Dapat dari penulis atau penerbit. Maaf aja ya kalau aku suka pajang hadiah buntelan di medsos. Itu buat ngobatin ego...hahahaha.


Simak artikel Ngopi lainnya

Akses Buku di Luar Jawa


Gimana caranya Biar dapat buku murah di luar Jawa? (Publish besok)

Ngopi - Ebook dan Perpus? Ya gitu deh





Berdasarkan data dari perpustakaan nasional RI, di Indonesia ini ada sekitar 25 ribu perpustakaan di seluruh Indonesia. Dari puluhan ribu perpustakaan itu, yang paling banyak adalah perpustakaan sekolah, jumlahnya lebih dari 22 ribu. Padahal peminat baca tak melulu anak sekolah ya. Terlebih jika perpustakaan isinya hanya buku buku pelajaran, sedangkan minat baca menurut saya ngga bisa dipupuk dengan membaca buku pelajaran doank.

Masih dari data yang sama, jumlah perpustakaan terbanyak di Indonesia ada di Jawa Barat. Nah, gimana dengan teman teman di luar Jawa. Apakah mereka pernah meminjam buku dari perpustakaan di daerah mereka?

Ngopi- Akses Buku di Luar Jawa





Sebenernya waktu tema posbar ini diumumkan, saya ngga punya ide mau ngapain. Sempet kepikiran untuk bikin postingan tentang buku dan anak, tapi kok udah mainstream. Mau bikin postingan tentang ebook, saya ngga sempet nyelesein risetnya, maklum, sedikit banget data tentang pengaruh ebook di Indonesia. Terus sempet ada euforia Big Bad Wolf yang rame di media sosial saya, mulai dari temen sampai artis seperti Andhien ikutan rame pamer belanjaan BBW. Iya ga apa kok pamer. Manusiawi. *pake jubah*

Nah, berawal dari ngobrol dengan beberapa teman, ternyata banyak juga yang sedih karena ngga bisa dateng ke BBW (iya, saya sedih loh ngga bisa ke sana. Disuruh ikut bahagia tapi ga bisa dateng itu rasanya lebih sakit daripada kesundut gagang knalpot. Belum pernah kesundut? Ya pokoknya sakit gitu lah. Perih). Nah, saya aja yang di Solo seneng sekaligus sedih, gimana ya perasaan temen temen di luar pulau Jawa dengan akses buku yang terbatas?


Karena itulah, saya jadi penasaran, sebenernya seberapa susah sih akses teman teman di luar Jawa terhadap buku?

Terus ya meluncurlah ide itu, saya mewawancarai enam belas orang anak BBI via email ataupun Whatsapp dan mengajukan sembilan pertanyaan. Sengaja saya pilih anggota BBI karena menurut saya, pengetahuan mereka akan akses buku baik toko offline maupun online lebih bervariasi daripada teman teman saya yang suka baca tapi bukan anggota BBI.

Saya memilih random sih karena anggota BBI banyak banget ternyata yang tinggal di luar Jawa. Per Januari 2016, ada 52 anggota yang domisilinya di luar Jawa dari total 286 anggota BBI. Bahkan per Mei ini sepertinya member BBI udah 300an! (Tapi kok aku jarang kenalan ama member baru ya?)

Mei 29, 2016

The Sherlockian






Judul Buku : The Sherlockian
Penulis : Graham Moore
Penerjemah : Airin Kusumawardani
Penerbit : Bukune
Cetakan Pertama : November 2013
Tebal : 544 halaman, paperback
ISBN : 978602201199
Award : Barry Award Nominee for Best First Novel (2011)
Anthony Award Nominee for Best First Novel (2011) 
Read My Review in Steller



Tidak perlu kaca pembesar untk membaca pesan yang belum sepenuhnya kering tersebut.
“Sederhana”, bunyi pesan itu.
Pesan itu ditulis menggunakan darah.

The Sherlockian merupakan buku lama saya yang dibeli dengan impulsif lalu tertimbun di lemari bertahun tahun. Sampai awal bulan lalu saya bertekad untuk menyelesaikam buku biru nan cantik ini.

Awal mulanya berdasar fakta, bahwa setelah Arthur Conan Doyle "membunuh" Sherlock Holmes, ada jeda panjang dalam karier kepenulisannya sampai dia "menghidupkan" kembali Holmes. Bedanya, karakter Holmes semakin agresif dan makin cuek, bahkan cenderung kejam. Legenda mulai berkembang di kalangan kaum The Sherlockian, para fans berat Sherlock Holmes, yang menyebutkan kalau di masa vakum itu ada sebuah buku harian yang ditulis Arthur tetapi buku itu tidak pernah ditemukan. Tidak juga di antara arsip arsip surat maupun buku hariannya yang lain. Hanya buku itu yang raib.
Mei 26, 2016

The Vegetarian





Judul Buku : The Vegetarian
Penulis : Han Kang
Translator : Deborah Smith
ISBN : 9780553448191
Award : 2016 Man Booker International Prize


Karena saya baca bareng dengan ABO dan Mba Desty, berikut adalah review saya atas novella ketiga. Untuk novella pertama dan kedua bisa dicek di blog :

dan

Apa yang bisa berubah dalam waktu tiga tahun?

Banyak pastinya ya.

Seorang bayi bisa berubah menjadi anak kecil yang siap sekolah.

Seorang wanita bisa saja bertemu pria idaman lalu menikah.

Tentunya tak ada yang mau berharap berubah menjadi lebih buruk. Tapi toh tiga tahun bagi Kim Yeong Hye tidak memberi kemajuan yang berarti.

Sejak Yeong Hye memutuskan berhenti makan daging tiga tahun lalu, kesehatannya menurun drastis. Sekarang bukan hanya  daging yang tak mau ia makan, tetapi ia menolak makanan sama sekali. Dirawat di rumah sakit jiwa membuat dokter memvonisnya menderita schizoprenia dan anoreksia. Dokter bahkan mengkhawatirkan Yeong Hye mungkin akan meninggal jika ia masih menolak untuk makan.

Salam,

Salam,