Judul Buku
: The Infinite Sea
Penulis :
Rick Yancey
Penerjemah
: Angelic Zaizai
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 400
halaman, paperback
Cetakan Pertama
; 2015
ISBN :
978-602-03-1799-1
BEWARE,
POSTINGAN INI MENGANDUNG SPOILER BUKU PERTAMA. TIDAK DISARANKAN BAGI KALIAN
YANG BELUM MEMBACA GELOMBANG 5
Kalau belum
membaca Gelombang 5, Silakan membaca reviewnya dulu di sini
Dalam
hutan, dalam dingin menggigit, di permukaan lautan tak bertepi, dia membisikkan
nama gadis itu, mempercayakan ingatan akan gadis itu pada angin, pada dekapan
pepohonan penjaga yg membisu dan pada asuhan bintang bintang yg setia, yg
menjadi namanya, murni dan abadi. Alam semesta yang tak terkekang ada dalam
diri gadis itu.. Cassiopeia
Setelah
melarikan diri dari ledakan, Cassie bersama kelompoknya yang terdiri dari Ben,
Sam, Poundcake, Ringer, Dumbo dan Teacup berlindung di sebuah hotel tua. Mereka
berdebat siapa yang seharusnya pergi mencari kelompok lain yang selamat, dan
karena Ben terluka parah maka Ringerlah yang diputuskan untuk berangkat.
Sementara itu, Evan berhasil menemukan Cassie meski ia juga menggiring bahaya
ke kelompok Cassie karena Evan dibuntuti oleh Grace. Grace adalah seorang gadis
yang sama seperti Evan, bahkan Grace lebih terampil dan kejam. Bahaya bagi
kelompok Cassie tak hanya dari Grace melainkan juga dari pihak musuh, yang
mencoba meledakkan mereka dengan perantara seorang anak kecil.
Dua cerita dikisahkan secara bergantian dalam buku ini. Ringer yang kemudian
bertemu kembali dengan Vosch serta Kelompok Cassie yang berusaha melarikan diri
hidup hidup dari Grace. Diceritakan dari beberapa tokoh dengan PoV pertama
membuat ceritanya makin seru. Masih seperti cara bercerita Rick di buku
pertama, di buku kedua pun dia mengambil alur maju mundur mengisahkan kehidupan
tokoh saat sebelum bencana sampar menyerang.
Alurnya
maish lambat, tapi jauh lebih baik daripada Gelombang 5. Saya bahkan tak habis piker
mengapa baru kali ini saya membaca, bukannya langsung dibaca aja watu buku ini
saya terima dulu. Ya, mungkin karena saya tertipu dengan covernya yang..
ampun.. deh. Saya lebih suka ngga usah ditampilin cewek gitu deh di bukunya, ya
mungkin karena Ringer (iya sepertinya tokoh di sampul itu menggambarkan sosok
Ringer) mengambil porsi cerita lebih besar dalam buku ini.
Saya akui kisah Ringer tidak lebih menarik daripada kisah Cassie dan Evan,
karena entah mengapa buku ini jadi berasa novel romance dengan bumbu dystopia.
Tapi untungnya, mungkin karena diceritakan oleh penulis lelaki, bagian
pertarungannya cukup mendetail dan seru. Saya harap di buku selanjutnya juga
bakal sekonsisten ini sih, mengingat bisa saja pembaca mudah bosan apalagi
dengan tokoh yang makin bertambah.
Oh iya, setelah membaca buku ini saya jadi kepikiran kenapa jadi mluntir gitu
ceritanya. Kira kira selesai dalam berapa judul ya? Mungkin tak lama lagi?