Judul Buku
: Happily Ever After
Penulis :
Winna Efendi
Editor :
Jia Effendie
Penerbit :
Gagas Media
Cetakan
pertama : 2014
Tebal : 358
halaman, paperback
ISBN :
979-780-770-2
Hidup adalah sebuah hak yg istimewa, Lu.Karenanya,kita perlu melakukan kewajiban kita untuk menjalaninya sebaik mungkin
Saya selalu
merasa kalau anak perempuan akan cenderung lebih akrab, lebih dekat dengan ayah
daripada dengan ibunya. Saya sering melihat kebiasaan kebiasaan ini di sekitar,
mulai dari saya sendiri, anak perempuan saya, keponakan, sampai anak beberapa
orang teman, sebagian besar pasti begitu. Anak perempuan lebih dekat dengan
ayah, anak laki laki lebih dekat dengan ibu.
Sama seperti Lulu, dalam cerita di novel ini, yang amat dekat dengan ayahnya yang seorang arsitek. Lulu dan ayahnya memiliki hobi yang sama, membaca, berkemah, mengumpulkan buku buku, menimbunnya di penjuru rumah, dan Lulu juga senang mengamati ayahnya saat bekerja. Ayah Lulu selalu membanggakan dirinya sebagai tukang kayu, tapi bagi Lulu, ayahnya adalah pendongeng yang handal. Sudah ratusan cerita yang dibacakan Ayah kepada Lulu dan Lulu tak pernah bosan mendengarkannya. Sang Ayah pintar memainkan suara, mengatur intonasi, dan lain sebagainya yang membuat Lulu sangat senang jika Ayah yang bercerita, bahkan meski sekarang Lulu sudah menginjak kelas 1 SMA.
Lulu sering dibully di sekolah karena penampilannya yang berbeda dan jarang bergaul dengan teman temannya. Tak hanya diejek, terkadang buku buku atau mejanya dicorat coret, tasnya sengaja dibasahi, dan lain sebagainya. Orang tua Lulu sebenarnya mengkhawatirkan anak semata wayangnya itu, tetapi Lulu berpendapat, selama ia masih memiliki ayah dan ibu yang selalu mendukungnya, persoalan sekolah hanyalah hal kecil yang tak perlu dipermasalahkan.
Lulu tahu
yang ia butuhkan hanya keluarganya, tak ada yang lain selain itu.
Tetapi kehidupan Lulu tentu tidak benar benar mulus, terutama ketika ia menerima kabar tentang ayahnya. Ayah yang selama ini dekat dengannya. Berita yang mengejutkan, yang membuat Lulu bertanya tanya, apakah benar "hidup bahagia selama lamanya" itu ada di dunia nyata? Atau hanya bualan kosong para pencerita?