Slide Show

Mei 07, 2015

A Monster Calls




Judul Buku : A Monster Calls
Penulis : Patrick Ness
Tebal : 200 halaman
ISBN : 9781406335460


Stories are wild creatures, the monster said. When you let them loose, who knows what havoc they might wreak?


Setiap orang pasti pernah bermimpi buruk, ya kan? Yah, saya juga sering bermimpi buruk, tapi terkadang saya lupa isi mimpinya saat terbangun di pagi hari. Pokoknya itu mimpi buruk. Dan saya ngga mau mengingat ingatnya lagi. Tapi pernahkah kamu bermimpi bertemu monster saat bermimpi buruk? Kalau saya...kayaknya belum pernah memimpikan monster, paling paling bermimpi ketemu hantu, atau mereka yang sudah meninggal, dan percayalah, itu saja sudah benar benar buruk.

Conor sudah berkali kali bermimpi buruk saat tidur di malam hari. Tapi ia tak mau menceritakannya kepada siapa pun, apalagi ke Mamanya yang sedang sakit. Sampai suatu hari, tepat pukul 12.07 malam, Conor didatangi monster yang berwujud pohon yew. Agak aneh sebenarnya, sebab Conor mengenali pohon tersebut. Tumbuh di bukit di belakang rumahnya, pohon itu dapat dilihat dari jendela belakang rumah Conor, kerimbunannya menaungi kuburan di sekitarnya, dan Conor yakin kalau monster itu adalah pohon yang sama.

Tapi meskipun dia didatangi monster, Conor sama sekali tidak merasa takut. Toh hanya mimpi, dan dia pernah mengalami mimpi yang jauh lebih buruk daripada ini. Monster itu berkata bahwa ia akan menceritakan tiga cerita kepada Conor, dan setelah itu gantian Conorlah yang harus menceritakan cerita keempat, yaitu Cerita tentang dirinya.
Mei 05, 2015

Titik Nol





Judul Buku : Titik Nol
Penulis : Agustinus Wibowo
Editor  : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 556 halaman, paperback
Cetakan Pertama : Februari 2012
ISBN : 978-979-22-9271-8


Justru kita perlu bermimpi. Karena mimpi itu yang menentukan perjalanan. Mimpi itu yang mengubah manusia.


Saya ingat ada pepatah yang mengatakan begini, kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan. Rasa rasanya pepatah tersebut bener banget deh.. Apalagi setelah membaca kisah Agustinus di buku ini.

Berbeda dengan dua buku sebelumnya, Selimut debu dan Garis Batas, kali ini ada dua cerita yang secara bergantian diceritakan. Yang pertama adalah kisah ketika Agustinus menjelajahi beberapa negara dalam perjalanannya, yang kedua adalah kisah sekarang saat mamanya sakit tergolek lemah di ranjang menunggu kesembuhan ataupun ajal yang datang. Sambil mendampingi Sang Mama itulah, Agustinus menceritakan perjalanannya, mengembara dari satu gunung ke gunung lainnya, dari satu kota ke kota berikutnya, dan pembaca dibuat luluh oleh ceritanya.


Justru karena masih ada mimpi, kita jadi punya alasan untuk terus hidup, terus maju, terus berjalan, terus mengejar.


Perjalanan kita dimulai dari Kailash di Tibet, gunung yang menjulang sendiri ini menjadi pusat peribadatan tertinggi bagi banyak orang. Mereka mendaki gunung tidak hanya berjalan kaki tetapi sampai berposisi melata di atas tanah. Makin menderita maka mereka merasa ibadahnya akan makin diterima. Tak cukup Kailash, Agustinus masih mencoba lagi keberuntungannya dengan gunung, Himalaya. Yah, mengingat perjalanan sebelumnya cukup membuat Agustinus merana, kali ini ia sadar diri sehingga tidak sampai muluk muluk ke puncaknya.
Mei 01, 2015

Misteri Patung Garam




Judul Buku :  Misteri Patung Garam
Penulis : Ruwi Meita
Editor : Sulung S. Hanum dan Jia Effendie
Penerbit : Gagas Media
Cetakan pertama : 2015
Tebal : 278 halaman, paperback
ISBN : 978-979-780-786-3

Sebuah pembunuhan misterius terjadi di Surabaya. Korbannya telah meninggal beberapa hari dan dimumifikasi menggunakan adonan garam. Tak hanya itu, sang pembunuh meninggalkan pesan untuk dipecahkan serta sebuah pola yang terbuat dari garam di sekitar mayat itu berada.

Karena pengalaman memecahkan kasus pembunuhan misterius sebelumnya, Kiri Lamari ditugaskan menyelidiki kasus ini. Bersama atasannya, Pak Saut, Kiri sulit menemukan petunjuk yang berkaitan dengan pembunuhnya. 

Sialnya, ternyata seorang korban jatuh lagi. Tapi kali ini mereka berhasil menemukan petunjuk yang mengarah ke pelaku, meski belum cukup untuk menjadikannya tersangka. Sementara itu, sang pelaku siap siap membunuh mangsa berikutnya. Yang lebih parah, ia juga mulai meneror Kiri agar berhenti menyelidiki kasus tersebut. Tentu saja Kiri tak akan berhenti begitu saja, lagipula ia harus menemukan tersangka sebelum jatuh korban lagi.
April 30, 2015

Rekap New Authors Reading Challenge 2015



Level : Middle (15-30 books)
Additional Category : Support Local Author, E-book Lover, Whats in a Name


  1. Aristotle and DanteDiscover the Secrets of The Universe -  Benjamin Alire Saénz (Jan)
  2. Sejoli - Wangi Mutiara Susilo (Jan)
  3. Speak - Laurie Halse Anderson (Jan)
  4. Juliet - Anne Fortier (Jan)
  5. Spellbound - Anna Dale ( Jan)
  6. Tell The Wolves I'm Home - Carol Rifka (Jan)
  7. Lost - Eve Shi (Jan)
  8. The Girl on The Train - Paula Hawkins (Feb)
  9.  Everyday - David Levithan (Feb)
  10. All The Light We Cannot See - Anthony Doerr ( Feb)
  11. Bird Box - Josh Malerman (Feb)
  12. Still Alice - Lisa Genova (Mar)
  13. Sine Qua Non - Marga T (Mar)
  14. Mosquitoland - David Arnold (Mar)
  15. Samantha's Secret - Shandy Tan (Apr) 
  16. The Golem and The Jinni- Helene Wecker (Apr)

April 29, 2015

The Golem and The Jinni – Sang Golem dan Sang Jin



Judul Buku : The Golem and The Jinni – Sang Golem dan Sang Jin
Penulis : Helene Wecker
Alih Bahasa : Lulu Fitri Rahman
Editor : Primadonna Angela
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : 2015
Tebal : 664 halaman, paperback
ISBN : 978-602-03-1425-9

Dia bertanya-tanya, bagaimana dia bisa tiba di tempat ini?-37

Chava sendirian di dalam kapal yang tengah melaju menuju New York. Golem ini baru saja kehilangan Tuannya yang meninggal tiba tiba karena sakit. Padahal Chava pun baru saja dihidupkan, setelah sebelumnya disembunyikan di dalam peti bersama barang bawaan penumpang lainnya. Tersesat sendirian, tak tahu apa yang harus dilakukan, Chava akhirnya menginjakkan kaki di Amerika. Sebuah insiden mempertemukannya dengan Rabi Meyer, seorang guru yang mengetahui dengan jelas bahwa Chava adalah sebuah golem. Meyer kemudian membantu Chava, yang kini tak lagi memiliki Tuan, untuk beradaptasi di keramaian manusia, terutama agar Chava bisa menahan diri untuk tidak terus menerus berusaha mewujudkan keinginan orang orang di sekitarnya, sebagaimana sifat dasar golem itu tercipta.
Meyer berbagi kamar dengan Chava, serta mencarikan pekerjaan untuknya. Beruntung, Chava diterima di sebuah toko roti dan sedikit demi sedikit, ia berhasil berbaur di antara manusia. Karena toh dari luar Chava terlihat seperti wanita biasa, hanya jika diamati barulah ia terlihat lebih tegap, lebih besar dan tenaganya lebih kuat.

Salam,

Salam,