Alkisah ada seorang anak
perempuan yang telah tumbuh dewasa bertanya kepada pamannya, ceritakan padaku
tentang mama, wahai paman. Lalu pamannya bercerita tentang betapa sabarnya mama
sang anak perempuan itu, bahwa mamanya jago masak, pandai bergaul, memiliki
banyak teman, dan seorang petarung sejati. Si anak perempuan (yang sudah besar)
bertanya kembali, bagaimana mama meninggal?
pertanyaan ini diajukan karena
si anak hanya ingat samar samar kejadian kejadian saling silang yang ada di
memorinya. Lalu berkisahlah si paman, "Mamamu dulu sebenernya telah
dianggap bersih dari kanker. Sampai kemudian kamu meminta seorang adik dan
kekeras kekepalaanmu serta mamamu akhirnya berujung pada karunia Tuhan, seorang
(calon) anak lagi. Lalu vonis dihadapkan pada Mamamu, pilih anak dalam rahimnya
atau dia yang diselamatkan. Sebab kehamilan membuat entah bagaimana kanker
sialan itu muncul kembali. Dan begitulah, karena mamamu adalah seorang yang
keras kepala maka ia memilih anak dalam kandungannya. (si anak perempuan yang telah
dewasa merengut dan berpikir, itu bukan karena mama keras kepala, itu karena
mama adalah mama. Ibu waras mana yang mau menghilangkan nyawa anak di
kandungannya?)