Judul Buku : Cinta 4 Sisi
Penulis : Indah Hanaco
Penata Isi : Dua
Sisi
Penerbit :
Grasindo
Cetakan Pertama :
2013
Tebal : 264
halaman, paperback
Dari judul,
sebenarnya pembaca sudah bisa menebak apa inti dari cerita di novel ini. Tapi
toh, cinta segiempat mungkin akan lebih kompleks daripada sekadar cinta
segitiga, begitu awalnya menurut saya.
Benarkah demikian?
Violet dan Jeffry
adalah sepasang kekasih, kedua-duanya sama-sama memiliki fisik yang sempurna
dan slaing menyayangi. Tetapi seperti halnya pasangan lain, mereka memiliki
masalah dalam hubungan yang dijalani. Seringnya karena Jeffry, yang punya hobi
jelalatan kalau melihat ada wanita cantik di sekitarnya. Si Jeffry ini udah
ditegur berkali-kali sama Violet yang bersabar hati atas kelakuan cowoknya.
Yah, namanya naluri kali ye, atau kebiasaan, sekuat apapun Jeffry mencoba,
paling tahan 2 minggu doank dia nggak nglirik cewek lain.
Udah, gitu doank
masalahnya?
Belum, kejadian
jadi lebih kacau setelah Eirene, mantannya Jeffry masuk ke lingkaran cinta.
Bertemu di sebuah pesta, kelamaan Jeffry makin terlihat dekat dengan Eirene,
bahkan sering menerima pesan-pesan singkat atau telepon diam-diam dan
merahasiakannya dari Violet. Yah, siapa sik cewek yang mau digituin sama
pacarnya? Apalagi Si Eirene ini sebenarnya juga udah punya pacar, namanya
Quinn.
Dengan niat balas
dendam, Quinn sama Violet bekerjasama untuk mencoba memperbaiki hubungan cinta
dengan pasangannya masing-masing.
Caranya?
Quinn dan Violet
akan bersandiwara seolah mereka saling menyukai. Anggap saja balas dendam gitu,
biar Eirene dan Jeffry kapok dan kembali lagi ke cinta semula.
Sialnya, yang ada
malah Quinn dan Violet ini jatuh cinta beneran X))
Terus gimana donk,
rencananya kan Cuma bohong-bohongan. Kok malah suka beneran?
Hihi, dibaca aja
ceritanya. Nanti ngga
penasaran lagi, kaan. :p
Membaca novel ini anehnya
bagi saya datar-datar saja, rasanya. Nggak ada rasa penasaran yang berlebihan sampe
pingin cepat-cepat selesai atau diburu-buru bagaimana ending ceritanya. Ini pendapat
pribadi saya, bahwa novel ini tidak jdaar jdeer kasih kejutan ke pembacanya. Jalan
ceritanya gampang ditebak, apalagi endingnya. Tokoh utama di cerita ini juga standar
cowok yang jadi rebutan : ganteng, tinggi, kaya. Yang cewek : cantik, manja, haus
perhatian.
Ada beberapa kejanggalan
yang saya temukan di buku ini,
Yang pertama, penggunaan
kata ’acuh’ yang tidak tepat konteksnya. Di hal. 106 disebutkan kalau Quinn bersikap
acuh sama gadis-gadis yang ngelirik dia. Maksud acuh di sini sebenarnya tidak peduli,
ini dijelaskan di hal. 109. Padahal acuh menurut kbbi artinya memedulikan. Jadi
seharusnya ditulis : Quinn bersikap ’tak acuh’, bukan ’acuh’.
Selanjutnya, entah
kenapa ada episode pembicaraan yang garing di novel ini. Seperti kakek Violet yang
sudah meninggal, atau tentang Violet yang terus menerus dibahas kalau dia ingin
pulang ke Padang.
Pengulangan citra para
tokoh utama juga sering dilakukan. Quinn yang tampan, tinggi. Serta Violet yang
ayu. Seakan-akan penulis mencoba meyakinkan pembaca agar mudah membayangkannya.
Tapi bagi saya, pribadi, itu cukup mengganggu, karena toh di awal juga sudah ada
keterangan bagaimana fisik masing-masing tokoh.
Yang membuat saya bertahan
membaca buku ini mungkin karena bahasanya. Penulis memang menggunakan bahasa yang
indah. Termasuk saat peralihan bab, yang di tiap awal bab disematkan kata-kata puitis
yang mesra.
Contohnya begini :
”Andai bisa membuatmu mengerti. Betapa cinta saja tak cukup. Untuk menautkan dua hati dalam keabadian. Mestinya kita saling menggenggam kepercayaan. Dengan hati yang berlimpah kasih. Karena seperti itulah seharusnya. Jalinan yang merumitkan dua hati dalam cinta.”- Hal. 21
Oh satu lagi, ini adalah novel ke-12 Indah Hanaco.
Keren, kan? Saya berharap bisa membaca karya beliau yang lain, karena Mungkin saja
saya tidak menyukai novel ini, tapi menyukai salah satu novel beliau lainnya. :)