Judul Buku :
Marriageable
Penulis : Riri Sardjono
Editor : Windy Ariestanty
Penerbit : Gagas Media
Cetakan ketujuh, 2013
Tebal : 368 halaman, paperback
ISBN : 979-780-651-0
Novel Dewasa
Buku hadiah dari Gagas Media buat event #PadaSuatuHari ini
nyampe ke rumah kemaren sore. Begitu liat covernya, langsung ngerasa kalau ini
buku pasti lucu, lha gambar di covernya adalah kotak susu, terus baca
sinopsisnya juga makin bikin penasaran.
“Kenapa, sih, gue jadi nggak normal Cuma gara-gara gue belom kawin?!”“Karena elo punya kantong rahim, Darling,” jawab Dina kalem.”Kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date.””Yeah,” sahutku sinis. “Sementara sperma kayak wine. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama.”
See?!
Nah, saking penasarannya, langsung saya baca dan ga bisa
berhenti donk XD Sampe sampe melek tengah malem nemenin si baby juga sambil
sesekali baca ini buku.
Pemeran utama di kisah ini namanya Flory, umurnya mendekati
tiga puluh dua dan statusnya masih single. So far sih dia senang-senang aja sampai
mamanya njodohin dia sama Vadin. Cowok ini umurnya ngga jauh beda sama Flory,
statusnya juga single, dan meski Flory bete dijodohin, tapi sebenernya Vadin
ngga jelek-jelek banget, kok. Pertemuan pertama mereka (yang tentunya atas
konspirasi si Mama) berjalan cukup lancar, Vadin malah langsung menyukai sikap
Flo yang blak-blakan dan cuek.
Tapi Flo nggak mau dijodohin, meski dalam hati ia mengakui
Vadin menarik, ia bersikeras untuk tidak mau jatuh cinta pada pria yang
dipilihkan ibunya.
Siti Nurbaya ngga mungkin jatuh cinta sama Datuk Maringgi, kan?
Atau mungkin?
Singkat cerita sik, mereka berdua akhirnya menikah, tapi
pisah kamar. Flo ngga mau berhubungan sex dengan orang yang ‘tidak ia cintai’,
dan Vadin untungnya bisa nerima syarat itu. Alih-alih terus bertengkar, mereka
malah terlihat seperti sepasang sahabat di dalam rumah, meksi di luar
berpura-pura bahwa pernikahan mereka baik-baik saja.
Sampai Nadya masuk ke kehidupan mereka. Cewek cantik dengan
tipe ‘barbie’ ini diperkenalkan hanya sebagai klien, yaa profesi Vadin memang
sebagai pengacara.. Tapi sejak itu kegelisahan Flo makin menjadi-jadi, ia mulai
merasa tidak nyaman bila Vadin bertemu Nadya, apalagi Vadin tidak pernah
memberitahu Flo kalau ia sering ada janji pertemuan dengan Nadya…. Di kafe.
Cemburu donk, si Flo? Yah, diliat-liat dari gelagatnya sik
gitu. Tapi dia terlalu enggan untuk mengungkapkan kata itu. Karena itu artinya
ia jatuh cinta sama Vadin, padahal Vadin kan
cowok. Dan cowok adalah makhluk yang ngga punya otak.
Cerita Flo dan Vadin makin seru karena dibumbui persahabatan
Flo dengan kawan-kawannya yang super heboh. Ada Kika yang ditakdirkan untuk
memaki lelaki, Dina (status menikah tapi ngga happy) yang ahli banget
‘menjatuhkan Barbie’, Ara yang romantis dan paling percaya sama cinta, juga
Gerry satu-satunya cowok di kelompok tersebut tapi juga ikut curi curi
perhatian kalau ada cowok ganteng melintas.
Lelaki memang menyenangkan. Tapi seperti orang bilang, lelaki datang dan pergi dalam hidup kita. Sementara sahabat seperti bekas cacar air. Menyebalkan, tapi akan selalu ada di sana. -hal.279
Sejujurnya setelah membaca kisah ini, saya iri dengan Flo.
Dih, siapa yang nggak. Dia dicintai, dan punya segerombol sahabat yang
blak-blakan tentang apapun. Punya Mama yang masih perhatian sama hidupnya meski
itu berarti ngejodohin dia dengan Datuk Maringgi, dan punya karir sebagai
arsitek yang mampu bersaing di kalangan yang mayoritas laki-laki.
Novel yang menghibur, percakapan yang ringan (meski ngga
elegan), blak-blakan, cuek, tapi inti ceritanya cukup menggugah. Bahwa
pernikahan memang suatu pilihan, tdak menikah pun boleh, tapi kalau mau menikah
ya sumonggo. Yang saya ikut amini dalam cerita ini adalah, bahwa pernikahan membutuhkan
komitmen, komunikasi yang terbuka dan yah, apa iya sik, perlu cinta? :p
Saking asyiknya ini buku, maka pantaslah kalau dicetak sampai
tujuh kali. Buku yang masuk ke kategori : ‘Musti punya’
Jadi, mana buku Kak Riri selanjutnya? mau baca juga :D