Slide Show

Juni 12, 2013

Wishful Wednesday #45

Bulan Juni! Bulannya Pak Sapardi!!

Yup, saya salah satu penikmat puisi. Puisi siapa saja, dan tentang apa saja. Ngga ada kekhususan buat saya dalam menikmati puisi. Saya bahkan sering bikin puisi sendiri, terutama kalau galau, kebanyakan saya publish di blog saya yang lainnya. XD

Kali ini saya mau masukin buku ini ke dalam keranjang wishlist saya.





AKU INGIN

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Sapardi Djoko Damono, 1989
Hujan. Puisi.

Dua hal yang selalu membuat saya jatuh cinta!
Adakah yang mau mengirimkan buntelannya untuk saya?

:D



Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)


Juni 10, 2013

Dongeng ketiga belas – The Thirteenth tale




Judul Buku : Dongeng ketiga belas – The Thirteenth tale
Penulis : Diane Setterfield
Alih Bahasa : Chandra Novwidya M.
Editor : Siska Yuanita
Penerbit  : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua : Maret 2009
Tebal : 608 halaman
ISBN : 978-979-22-4129-7


Buat saya, dongeng memiliki kekuatan tersendiri dalam memberikan penghiburan. Ia adalah cerita yang cocok dibaca siapa saja, pada saat apapun, baik saat senang maupun sedih. Dongeng mungkin memberikan fantasi kebahagiaan, menyulut harapan, meski ada juga dongeng yang menyedihkan. Tapi saya selalu suka dongeng, apapun ceritanya, siapapun pemainnya dan di mana latar ceritanya.


“Dongeng membutuhkan kata-kata. Tanpa kata-kata, dongeng akan menjadi pucat, sakit dan mati. Dan kemudian kisah itu akan menghantuimu.” – Hal.36


Margaret Lea adalah seorang penulis biografi mud ayang biasa-biasa saja. Namanya tidak tertulis di buku-buku terkenal yang dipajang di etalase toko, atau menjadi pembicara di berbagai jumpa pers para penulis. Ia hanya pernah menerbitkan satu esai kisah tentang kakak beradik Edmond, dan beberapa tulisna biografi yang ia pernah buat adalah biografi dari mereka yang sudah mati. 


Suatu saat, hampir malam, ketika Margaret menemukan sepucuk surat di anak tangga toko buku milik Ayahnya. Surat itu ditujukan kepada Margaret dan dikirimkan atas nama Vida Winter, Penulis terkenal di Inggris saat itu. Vida telah menerbitkan 56 buku dalam 56 tahun dan diterjemahkan ke 49 bahasa. Ia bahkan dianggap sebagai Dickens abad ini. Wanita itu meminta Margaret agar mau menuliskan biografi Vida Winter yang sesungguhnya. Sebenarnya sudah berkali-kali para wartawan menanyakan langsung kepada Vida, cerita masa lalu Vida. Tapi Vida selalu memberikan cerita yang berbeda kepada mereka, cerita yang adalah dongeng belaka, bukan kisah sebenarnya.



“Ceritakan padaku yang sesungguhnya.”



Seorang lelaki yang datang kepada Vida adalah pemicu dari keinginan Vida untuk menuliskan kisah hidupnya.Semenjak kedatangan lelaki itu, dan semakin sedikit dongeng yang bisa Vida ceritakan, saat itulah Vida tahu bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk menceritakan masa lalunya kepada dunia melalui tangan Margaret. Meski sudah mengetahui siapa Vida, tapi Margaret belum pernah sekalipun membaca hasil karyanya. Margaret lebih suka menyusuri toko buku tua milik Ayahnya, mencari almanak-almanak, buku buku tua alih-alih membaca Novel Vida.

Salah satu novel Vida yang terkenal adalah yang berjudul ‘Tiga Belas Dongeng’, novel itu berisi kumpulan dongeng yang anehnya tidak ada dongeng ketiga belas. Hanya berisi dua belas dongeng, meski judulnya seakan mengisyaratkan ada 13 cerita di dalamnya. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab Margaret turut penasaran untuk menuliskan kisah Vida yang sebenarnya.


“Kelahiran sebenarnya bukan permulaan. Awal hidup kita bukanlah milik kita, melainkan kelanjutan dari kisah orang lain” – Hal.97


Datanglah Margaret ke kediaman Vida Winter di daerah utara, pada saat musim dingin. Di rumah itu kelak Vida akan mengisahkan sebuah cerita tentang keluarga Angelfield. Tentang Isabelle yang cantik dan keras kepala, Charlie yang pemberontak dan Si kembar, Adeline dan Emmeline, yang liar. Keluarga Angelfield merupakan keluarga yang dijauhi oleh tetangganya, hal ini disebabkan ada saja masalah yang ditimbulkan oleh anggota keluarga mereka. 

Margaret yang mendengarkan dan menuliskan kembali kisah itu terkadang ragu, apakah ini benar kisah Vida Winter, atau hanya sebuah dongeng lain yang dikisahkan kepadanya?


Ternyata ini bukan novel fantasi yang ‘terlalu fantasi’, seperti dugaan saya. Isinya lebih misterius dan lebih kelam daripada yang saya kira, dan benar-benar membuat saya penasaran karena ada banyak ‘lubang’ di kisah Vida yang seakan menunggu untuk dikuak, Siapa sebenarnya Vida ini. Meski ada dua kisah yang diceritakan, yaitu kisah Angelfield dan kisah Margaret, tapi penulis mampu dengan lancar mengisahkan dan menautkannya dengan apik dan halus. Misteri dan poin-poin penting dijabarkan penulis dengan lancar, bahkan terkadang tersamar sehingga pembaca gemes sekaligus frustasi, ini kisah Vida beneran atau bukan?


Selain tokoh-tokoh utama, para tokoh sampingan anehnya diam-diam memberikan kunci untuk pembaca menguak siapa sebenarnya Vida. Selain itu misteri kembaran Margaret yang hilang juga menambah kemisteriusan kisah ini. Margaret adalah wanita yang berani dan penuh rasa ingin tahu. Ia jeli, sabar dan teliti, mungkin ini karena ia terbiasa menulis biografi dari orang yang sudah mati. Sedangkan Vida lebih diceritakan sebagai wanita yang dingin, kaku, seenaknya sendiri, dan keras kepala.


Sebuah cerita yang apik, seru dan layak untuk dikoleksi. Bintang lima untuk buku ini. :)
Juni 06, 2013

Seri Petualangan Sherlock Holmes; Wisteria House




Judul Buku : Seri Petualangan Sherlock Holmes; Wisteria House
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa : Deta Ariani S.
Penerbit : Delphi (Yogyakarta)
Tebal : 132 halaman
Cetakan ketiga : September 2006
ISBN : 979-7564-43-6


Buku ini berisikan tiga cerita pendek tentang kasus-kasus Sherlock Holmes, di cerita pertama ada ‘Hilangnya Lady Frances Arfax’, yang mengisahkan hilangnya seorang wanita berusia 40an yang gemar melakukan petualangan di seluruh dunia dari hotel satu ke hotel yang lain. Lady Frances setiap dua minggu sekali mengirimkan surat kepada pengasuhnya di Inggris, tetapi sudah lima minggu terakhir tidak ada surat yang datang darinya. Nn. Dobney, pengasuh Sang Lady, sangat khawatir akan keselamatan wanita itu, sehingga membawa kasus ini kepada Holmes dan Watson. Maka berangkatlah mereka ke Swiss untuk menyelidiki kasus ini, karena surat terakhir Lady Frances dikirimkan dari sebuah hotel di Lausanne. Kasus ini semakin menegangkan karena menurut salah satu saksi, ternyata Lady Frances pernah terlihat bersitegang dengan seorang pria berkulit hitam dan bertubuh kekar. Apakah lelaki ini yang menculik Sang Lady? Atau lebih parah lagi, apakah ia membunuhnya?


Cerita kedua berjudul ‘Tiga Orang yang bernama Garridebs’. Bercerita tentang wasiat dari seorang tua bernama Garridebs yang akan membagikan hartanya kepada 3 orang lelaki lain bernama Garridebs. Sayangnya, nama keluarga yang satu ini cukup langka, dan baru ada dua orang yang memiliki nama akhir sama. Mereka meminta bantuan kepada Holmes untuk mencari satu orang Garridebs lagi, agar mereka dapat menerima warisan yang dijanjikan. Dapatkah Holmes membantu mereka mencari satu orang lagi yang memiliki nama langka ini?

Cerita ketiga digunakan sebagai judul buku ini, ‘Wisteria House’. Seorang lelaki paruh baya dicurigai telah membunuh seorang pria muda bernama Garcia. Lelaki itu, Scott Eccles, diketahui memberikan sepucuk surat kepada Garcia, yang ditemukan di bajunya. Ternyata, Eccles bercerita bahwa semalam ia menginap di rumah Garcia setelah bertemu di sebuah acara makan malam teman mereka. Anehnya, Garcia diperkirakan meninggal pada pukul 1 malam, padahal Eccles pada jam 1 malam maish bertemu dengan Garcia di kamarnya. Lalu bagaimana kisah sebenarnya? Dapatkah Holmes membantu memecahkan kasus ini, bersama dengan kepolisian?

Sebelumnya saya ternyata sudah pernah membaca cerita tentang Holmes ini di buku yang dikeluarkan oleh penerbit berbeda. Jelas masing-masing memiliki keunggulan tersendiri, buku penerbit tersebut yang jauh lebih tebal, menceritakan tidak hanya tiga cerita dalam satu buku, tetapi ada cukup banyak cerita. Sedang buku yang diterbitkan Delphi ini menurut saya unggul dalam kisahnya yang jauh lebih sedikit. Memang kalau dilihat, semakin tebal maka akan semakin banyak kisah yang diceritakan, tapi terkadang kesederhanaan yang diambil oleh Delphi membuat pembaca nyaman dan betah menghabiskan satu buku dalam satu kali baca, tanpa perlu maraton. Buku yang tipis juga memiliki keunggulan untuk mudah dibawa ke mana-mana, tidak membutuhkan banyak tempat, dan huruf-huruf yang digunakan juga pas sesuai kebutuhan pembaca. Meski covernya terkesan muram (karena toh Inggris pada era Holmes memang ‘muram’ dan ‘kelam’), selebihnya saya suka dengan buku ini. Terjemahannya juga tidak ‘rewel’, nggak neko-neko dan lancar.

Di buku ini, banyak sisi kepribadian Holmes yang diungkap. Di awal cerita pertama, kita sudah disuguhi kecerdikan Holmes dalam mencari petunjuk meski yang jadi ‘pasien’nya adalah Watson, sahabatnya sendiri. Holmes juga menunjukkan kesabaran dan keingintahuan yang tinggi dalam setiap penyelidikannya, meski keras kepala dan kadang bisa seenaknya sendiri (seperti tiba-tiba menyuruh Watson pergi ke Swiss sendirian, bertanya hal aneh yang nggak nyambung dalam penyelidikan) tapi Holmes juga memiliki perasaan sayang yang besar. Ini muncul di cerita ketiga, ketiga terjadi suatu hal yang buruk pada Watson.

Yah, buat kalian yang suka cerita detektif, apalagi tentang Sherlock Holmes, tak ada salahnya membaca dan mengoleksi buku ini :)

Juni 05, 2013

Wishful Wednesday #44

Kali ini wishlist saya bertambah lagii, dengan satu buku naga. (Entah kenapa saya suka banget sama makhluk yang satu ini) X)





Pertempuran udara membawa dimensi baru yang mendebarkan dalam Peperangan era Napoleon saat para pejuang pemberani bangkit membela Inggris dengan terbang ke angkasa... bukan dengan menumpang pesawat, melainkan menunggangi punggung perkasa para naga tempur.

Ketika HMS Reliant menangkap kapal fregat Prancis dan mengambil alih muatannya yang berharga: sebuah telur naga yang belum menetas. Takdir mengantarkan Kapten Will Laurence keluar dari kehidupannya sebagai pelaut ke dalam masa depan yang tak menentu--dan ke dalam sebuah ikatan tak terduga dengan makhluk yang sangat luar biasa.

Terlempar ke dalam dunia Angkatan Udara yang tidak biasa sebagai penunggang Temeraire, dia harus menjalani kursus kilat untuk menguasai taktik pertempuran udara yang sangat berbahaya. Saat Bonaparte melaksanakan rencana nekatnya , Laurence dan Temeraire harus menunjukkan kemampuan mereka dalam pertempuran yang menentukan nasib sebuah bangsa

Nah, bayangin aja, di era Napoleon ada kisah tentang naga? Duh, pasti seru deh, biasanya kan naga cuma muncul di cerita cerita pure fantasi atau di jaman baheula gitu. Tapi di era napoleon kan berarti belum lama banget lah.. bikin penasaran sama ceritanyaaa...

Ayok, siapa yang mau mbuntelin saya telur naga buku ini? :D

Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)


Mei 31, 2013

Fiksi Lotus (Kumpulan Cerita Pendek Klasik Dunia) Vol.1


Judul Buku :  Fiksi Lotus (Kumpulan Cerita Pendek Klasik Dunia) Vol.1
Penerjemah : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : April 2012
Tebal : 184 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-8353-2




Cerita klasik adalah cerita yang tidak kenal batasan waktu (Maggie Tiojakin, Fiksi Lotus Hal viii). Tetapi karya klasik terkadang menjadi momok bacaan yang cukup menakutkan bagi sebagian besar orang. Bukan karena isi ceritanya, tetapi lebih sering karena bahasa yang dipakai untuk menuturkan-lah yang cukup njelimet sampai kadang membuat pembaca lelah.

Mungkin itu yang mendasari Maggi Tiojakin begitu ingin mengenalkan karya klasik yang sederhana bagi para pembaca. Tentu selain alasan bahwa masih ada banyak karya klasik yang berupa cerpen yang belum diterjemahkan ke Bahasa Indonesia sehingga cukup sedikit yang mengetahui siapa saja Tokoh-Tokoh sastra klasik Dunia.

Melalui Fiksi Lotus Volume pertama, kita akan diajak mengapung, melayang hingga tenggelam dalam keunikan karya klasik. Ada 14 cerita pendek dalam buku ini yang masing-masing ditulis oleh seorang sastrawan klasik dunia yang bukan tidak mungkin namanya baru Anda kenal beberapa di buku ini.

Teka-teki adalah cerita pembuka pertama buku ini. Ditulis oleh Walter De La Mare, bercerita tentang kisah para cucu yang tinggal di rumah Neneknya. Rumah tua itu memiliki satu ruangan yang terlarang untuk dimasuki. Pesan moral cerita ini buat saya, bahwa terkadang menaati pesan orang yang lebih tua bisa menyelamatkanmu dari bahaya.

Cerita kedua adalah Ramuan Cinta yang ditulis oleh John Collier, sastrawan asal Inggris. Bercerita tentang seorang lelaki yang berniat membeli ramuan cinta untuk kekasih idamannya. Ada banyak jalan pintas menuju keberhasilan, tetapi tentu saja harga yang harus dibayar tanpa kita sadari sebenarnya sangat mahal.
 
Bjornstjerne Bjornson

Sang Ayah adalah cerita ketiga yaitu dari Bjornstjerne Bjornson, sastrawan yang pernah memenangkan Nobel Sastra tahun 1903. Tentang seorang Ayah yang seringkali menjadi perwakilan kisah dari apa yang dilakukan orang tua untuk anak-anaknya. Hingga akhirnya Sang Anak memberikan pelajaran berharga untuk orang tuanya, meski itu yang terakhir kalinya.




Pemberian Sang Magi dari O. Henry adalah cerita keempat di buku ini. Seperti cirri khas kisah-kisahnya, kali ini ia menceritakan sepasang suami isteri, kado natal dan harta berharga dalam twist ending yang menghanyutkan.

Menembus Batas karya Saki adalah cerita yang saya suka di buku ini. Bagaimana kisah dua orang yang berseteru dari lahir sampai dewasa, sampai turun – temurun ke anak-anaknya. Meski endingnya sempat membahagiakan, tak urung saya tersenyum kecut membaca paragraf penutup kisahnya.

Meski sejauh ini ada cerita-cerita yang gampang dinikmati, tetapi Sang Komandan milik Stephen Crane masih sulit saya ambil inti dan maksud moral ceritanya.

Ernest Hemingway

Siapa yang tak tahu Ernest Hemingway? Kali ini dia hadir dalam kisah para pelayan café dalam kisah Persinggahan Malam. Di cerita ini ia menggambarkan bagaimana pandangan dua orang yang memiliki usia dan pengalaman beda juga memandang cara hidup di dunia ini dengan berbeda pula.




Gegap Gempita milik Anton Chekov menjadi kisah selanjutnya di buku ini. Cerita klasik tak perlu selalu serius, sebab kali ini kita akan dihibur oleh Mitya Kuldarov dengan kelucuannya dalam membaca sebuah berita di Koran dari sudut pandang yang lain.

Charles milik Shirley Jackson adalah kisah yang unik menurut saya, meskipun sebenarnya sudah bisa ditebak endingnya. Tentang seorang bocah lelaki yang baru masuk sekolah TK dan memiliki teman yang super nakal bernama Charles.

Dering Telepon dari Dorothy Parker membuat saya tersenyum-senyum saat membaca. Bukan, bukan karena cerita komedi, tapi kisah ini benar-benar pernah saya rasakan saat masih berpacaran dulu. Tentang seorang gadis yang menunggu telepon dari cowok pujannya. Ya, jatuh cinta memang membuat yang dulu begitu menawan malah sekarang menjadi agak konyol jika dipikir-pikir lagi.

Berikutnya masih ada Pesan Sang Kaisar (Franz Kafka), Republick (Naguib Mahfouz) dan Menjelang Fajar (Jean-Paul Sartre) yang bisa Anda nikmati di buku ini.

W. Somerset Maugham
Sebagai kisah penutup adalah kisah lainnya yang saya suka dengan judul Kalung Mutiara karya W. Somerset Maugham. Penulis asal Inggris ini bercerita tentang kalung mutiara yang dikenakan seorang pelayan wanita saat diundang makan malam di rumah majikannya. Cerita yang berpotensi menjadi cerita detektif ini memiliki keunikan karena ia cerita di dalam rangkaian cerita yang dikisahkan seseorang.



Buat saya, cerpen adalah cara yang mudah menikmati sebuah bacaan. Meski terkadang ada juga cerpen yang membuat saya pusing memikirkan apa inti ceritanya seperti dalam kasus buku ini adalah pada kisah Sang Komandan dan Menjelang Fajar. Cerita kedua ini malah menghabiskan cukup banyak halaman sehingga membuat saya agak capek juga menikmatinya.

Menulis cerpen jauh lebih susah dari yang dulu pernah saya bayangkan. Penulisnya harus mahir memilih-memadatkan-mengakhiri sebuah kisah dengan kesan dan cirri khasnya yang unik. Demikian pula yang ada di buku ini, semua penulisnya seakan memiliki sidik cerita yang membedakan gaya kisahnya antara satu dengan yang lain.

Untuk Volume satu ini, saya rasa 4 bintang layak disematkan karena membuat saya jauh lebih mudah menikmati sebuah karya sastra klasik :)


Posting ini dalam rangka Baca Bareng BBI dengan tema Kumcer :)

Salam,

Salam,