Slide Show

Februari 27, 2013

Wishful Wednesday #36

Yuhuuu...
Akhirnya event yang ditunggu-tunggu tiba jugaa, ternyata udah setahun saya ikutan bloghop yang satu ini. Meski sempat pake males-malesan segala waktu liburan kemarin yg membuat saya bolong bolong deh ikutan WW nya Perpus Kecil :D

Jadiii... WW kali ini spesial, soalnya bikin rekap WW yg saya ikuti.

inilah total rekapan saya selama setahun.

Menyenangkan loh ikutan WW inii, jadi kalau mau beli buku lebih terarah (haiah, meski buntutnya tetep pake ambil buku yang lain X))


WW #35 : Goddess Girls : Si Cerdas Athena - Joan Holub dan Suzanne Williams
WW #34 : Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta - SGA
WW #33 :The Night Circus - Erin Morgenstern
WW #32 : Bundel Kisah Hidup Paman Gober - Gramedia
WW #31 : The Book Thief - Markus Zusak
WW #30 : Titik Nol - Agustinus Wibowo
WW #29 : The Child Thief - Brom
WW #28 : Bumi Manusia - PAT
WW #27 : Wonder - RJ. Palacio
WW #26 : City of Lost Souls -  Cassandra Clare
WW #25 : Just So Stories - Rudyard Kipling --> dapet e-booknya
WW #24 : Ayahmu Bulan, Engkau Matahari - Lily Yulianti Farid

Fiuuuh..

Ternyata banyak juga. sudah 35 kali ikutan. Kali ini WW nya spesial karena Perpus Kecil ngadain event Giveaway. Mau ikutan? berkunjung aja ke blognyaaa

Buku inceran saya buat Giveaway ini adalaaahhh :

dari WW#30 saya. yaitu Titik Nol nya Agustinus Wibowo. Kenapa? Well, cover birunya yang membuat saya langsung klepek klepek (iya, saya pencinta warna biru XD), lagian juga untuk menggenapkan koleksi Perjalanan Agustinus yang udah sayaa punyaa  :D

Bukunya bisa dibeli di sini :)



 
Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Februari 20, 2013

The Ring of Solomon – Cincin Solomon



Judul Buku : The Ring of Solomon – Cincin Solomon
Penulis : Jonathan Stroud
Alih Bahasa : Poppy D. Chusfani
Cetakan Pertama : November 2012
Tebal : 528 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-8943-5
Usia minimal kelayakan baca : 12 tahun






Barty kembaliiiiii…

Yah, sebenarnya tidak tepat juga dibilang ‘kembali’, karena cerita ini berlatar tahun 950 SM, jauh sebelum Cerita Barty dan Nathaniel di tiga buku sebelumnya.

Alkisah, Barty diperbudak oleh Ezekiel, yang merupakan salah satu penyihir kepercayaan Raja Solomon. Si Barty ditugaskan mencari barang berharga dari Eridu untuk dibawa ke Masternya, sialnya ketika Barty telah melaksanakan tugasnya, eh si Master mati karena ternyata ada jebakan di dalam patung yang dibawa Barty.

Begitu tahu bahwa seorang penyihirnya mati karena kelakuan Jin, Solomon marah dan menyuruh Khaba, penyihirnya yang lain, memberi pelajaran kepada jin level empat itu. Nah, seperti budaknya yang lain, Si Barty diperintahkan untuk ikut kerja dalam pembangunan istana bagi Raja Solomon. Syaratnya mereka tidak boleh menggunakan sihir dan pekerjaannya harus dilakukan seperti kecepatan manusia biasa. Dan jelas bukan Barty donk namanya kalau selalu nurut sama Masternya, si Barty ketahuan menggunakan sihir tepat saat Solomon lagi melakukan sidak di lokasi pembangunan.

Khaba yang kemudian dimarahi oleh Solomon, ia tidak ditugaskan membangun istana lagi tetapi menyelidiki serangan-serangan yang sering dialami kafilah kafilah pedagang. Mereka dirampok dan kabarnya Si Pelaku menggunakan Jin dan makhluk-makhluk gaib.

Di tempat lain, Ratu Sheba sedang merancang rencana untuk membunuh Raja Solomon. Laki-laki itu telah meminta upeti yang banyak kepada kerajaannya, dan tentu saja Sheba tidak bisa memberikannya dengan mudah. Dipanggilah Asmira, seorang pendeta wanita yang juga merupakan orang kepercayaan Sheba. Asmira ditugaskan membunuh Solomon dan mengambil cincin berharga yang terkenal dimiliki Solomon. Cincin itu kabarnya memiliki kekuatan gaib yang paling gelap, karena merupakan portal menuju Dunia Lain, dan ada Sesuatu yang berkekuatan besar yang tersimpan di mata cincin.

Sebagai orang yang setia kepada Ratu, Asmira berangkat dari negerinya menuju Yerusalem ke kediaman Raja Solomon dengan tekad yang kuat, ia akan membunuh Raja itu bagaimanapun caranya. Di perjalanan, ia bertemu dengan Barty dan Faquarl yang sedang bertarung melawan demon yang menyerang dan merampok para pedagang. Asmira kemudian dibawa ke lingkungan istana bersama Khaba yang malah memudahkan rencananya membunuh Solomon. Sayangnya meski Asmira sudah berjanji akan mengusahakan kebebasan Barty dan Faquarl (yang sudha menolongnya dari jin-jin di gurun) tapi Khaba tidak rela melepaskan Barty begitu saja. Jin itu telah menimbulkan banyak masalah, sehingga alih alih ia malah dikurung di dalam botol.

Nasib sial dan petualangan tidak berhenti menghampiri Barty, ia kemudian malah terikat dengan Asmira dan terpaksa mencari cara membantu Asmira mencuri cincin Solomon. Apa jin level empat ini bisa melakukannya? Yah, ikuti saja petualangannya :D

Setelah bertaun-tahun saya menunggu lanjutan kisah Barty, akhirnya buku ini terbit juga (dan akhirnya melowong-lowongkan waktu untuk membacanya). Barty masih sama kocaknya, masih dengan humor sarkastiknya, masih seenak egonya sendiri.


Ketika iring-iringan kerajaan itu berkelontang menghampiri kami, .., rekan –rekan kerjaku sudah aman berada dalam samaran tubuh manusia lagi….. Dan aku? Aku masih berbentuk kuda nil kerdil mengenakan rok, menyanyikan lagu-lagu….dan melemparkan batu raksasa… - Bartimaeus, Hal. 145



“Lagi pula, kalau kau akan tewas dengan cara mengerikan, sebaiknya kau mati dengan bergaya.” – Bartimaeus, Hal. 333



“Sang ratu bukan orang yang tidak berperasaan,” Seru gadis itu. “ Dia hampir menangis ketika mengirimku---“
“Ke sini untuk mati,” aku menyelesaikan.” Kau tidak bisa melihat apa yang ada di depan hidungmu, ya?” – Bartimaues, Hal. 356



Membaca buku ini seperti kangen-kangenan sama Barty, sayangnya ketika lembar terakhir ditutup lha kok saya malah makin kangen sama Barty lagi? >_<

Bagaimana tidak, kalau dulu kan memang maish ada gossip bahwa Barty bakal ada satu buku lagi, tapi kalau yang Cincin Solomon ini, jelas ini adalah buku terakhirnya.. Jadi wajar donk perpisahannya lebih berat? :D

Munculnya tokoh Asmira berbeda dnegan Nathaniel, sifat keduanya juga berbeda, mungkin karena saya terbiasa menghubungkan Barty dengan Nat, sehingga ketika membuat ikatan baru antara Barty dengan Asmira malah membuat saya bosan. Rasanya Cuma pingin teriak, “Jangan banyak banyak ambil porsi ceritanya Barty dooonk.”
Asmira sendiri memang dikisahkan cukup sempurna, ia cantik, pintar bertarung, dapat menggunakan sihir (meski masih pemula),tapi ia ceroboh dan keras kepala. Yah, sebelas dua belas lah sama kerasnya si Barty XD

Sewaktu menunggu buku ini diterjemahkan di Indonesia, saya sempat membeli dan membaca beberapa karya Stroud lainnya, seperti The Leap, Herroes of the Valley dan The Last Siege (yang kesemuanya juga diterbitkan Gramedia), tapi karena semua tokohnya berbeda jauh dengan Barty, saya merasa ada yang kurang. Yah, buat saya Bartimaeus adalah salah satu tokoh cerita fantasi yang selalu diharapkan kehadirannya terutama bagi mereka yang sudah jatuh hati dengan ‘sarkasme’nya yang ngga abis abis.

Belum baca bukunya? Saran saya beli deh dari seri 1-4, jadi kalau kangen Barty, baca lagi aja buku-bukunya, barengan sama saya. :D



Posting ini dibuat untuk ikutan di Fantasy Reading Challenge 2013 Kategori Award Winner :)



Dan jugaaa  Posting ini saya buat dalam mengikuti RC Fun Year with Children bulan Januari dengan tema Award Winner, yang diselenggarakan bacaan B.Zee di sini :)


Event : Surat Cinta Untukmu






Kita bertemu di bawah langit biru, tempat semesta berarak menemukan palung kehidupan yang nyata. Kita beradu dalam seru, dalam tanya dan dalam koma yang menjadikan lagu kita seirama. Aku tak pernah jauh-jauh dari hatimu. Bersama gemuruh kacau kita terseok melangkah di jaman yang mendorong kita mundur kebelakang. Jauh di pelataran kebengisan, hidup yang pas-pasan, dan kita menjadi pesakitan. Dunia tak butuh aku atau kamu, tapi kamu butuh aku seperti aku membutuhkan nafasmu. Sejauh telapak tangan kita berpisah, sejauh itu pula kita melangkah membelah arah. Bahasa dunia menyatukan kita lewat rima, lewat baris dan lewat kata yang kau sentuhkan di lembar kertas tua. Semua terasa seperti biasa. Huruf yang tak sama, warna yang berbeda. Namun kau menghadirkan sesuatu yang lain untuk kukecap, untuk terasa di otakku yang kaku, untuk membekas di hatiku yang pilu.
Kau adalah sebuah cerita yang membuatku merindu apa saja tentangmu, keegoisanmu, kebengalanmu, keunikanmu, keras kepalamu.
Dear Barty, kau dan aku adalah nostalgia yang tersapu badai waktu. Datang pulang bersama angin yang bertiup dengan kenangan.



 -->
Postingan ini buat ikut Event Surat Cinta yang diselenggarakan oleh Ren's Little Corner 


Ceritanya sih surat saya buat tokoh 'Bartimaeus' di seri Bartimaeus karyanya Jonathan Stroud. :p

Wishful Wednesday #35

Tadaaaa...

Sudah hari Rabu lagi, saatnya ber-ingin-ingin tentang buku baruuu.. :D

Kali ini pilihan saya jatuh ke sebuah buku yang baru diterbitin Atria (terjemahannya)

Athena selalu di atas rata-rata. Dia tidak pernah berbaur di SMP Triton.
Tetapi siapa yang mengira kalau dia adalah seorang dewi?
Tepatnya, putri Kepala Sekolah Zeus dan ketika dia dipanggil ke Akademi Gunung Olimpus, Athena berpikir kalau untuk pertama kalinya, barangkali dia akan berbaur dengan yang lain.

Namun ternyata, sekolah di Olimpus sungguh berbeda dengan di Bumi. Dia bertemu dengan dewa-dewi yang jauh lebih pintar darinya dan Athena juga harus berurusan dengan gadis paling jahat dalam sejarah—Medusa!

Lalu, bagaimana caranya membuat ayahnya bangga, jika Athena selalu membuat kesalahan?!

Ikuti kehidupan para dewa-dewi di Gunung Olimpus, tempat setiap dewa-dewi dalam kuil Yunani mengasah kekuatan mistisnya.
Dengan gaya yang unik, Joan Holub dan Suzanne Williams menambahkan bumbu-bumbu modern dalam mitologi yunani klasik dalam serial Goddess Girls

Iyaaaa, langsung jatuh hati begitu ngeliat covernya yang imuut dan ceritanya yang berdasarkan mitologi Yunani. :D




Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)





Februari 15, 2013

Sisters Red – Dua Saudari Bertudung Merah




Judul Buku : Sisters Red – Dua Saudari Bertudung Merah
Penulis : Jackson Pearce
Penerjemah : Ferry Halim
Penyunting : Ida Wajdi
Penerbit : Atria
Cetakan Pertama : Februari 2011
Tebal : 432 halaman, paperback
ISBN : 978-979-024-464-1

Penggemar cerita fantasi pasti mengenal kisah Si Tudung Merah, yang dipopulerkan oleh Grimm bersaudara. Sisters Red merupakan pengembangan dari cerita tersebut, dengan dua kakak beradik sebagai tokoh utama.

Scarlett dan Rosie March adalah dua pemburu manusia serigala yang tinggal di pinggir kota, sebuah daerah bernama Ellison. Semenjak tragedi kematian nenek mereka yang juga mengakibatkan Scarlett kehilangan mata kanannya, hidup mereka seakan-akan ditujukan hanya untuk berburu, menyelamatkan gadis-gadis lain yang keselamatannya terancam oleh para Fenris (sebutan untuk manusia serigala).

Suatu ketika, bersamaan dengan kembalinya Silas, lelaki yang menjadi sahabat mereka dalam berburu, intensitas serangan para Fenris semakin bertambah. Bahkan ada banyak kawanan yang berburu bersama-sama, yang kemudian Scarlett sadari bahwa para Fenris pasti sedang mengejar Calon Fenris.  Tapi mereka tidak memiliki informasi yang spesifik tentang siapa Calon tersebut, kapan ia akan muncul atau di mana ia berada saat ini. Dengan semua pertimbangan, mereka memutuskan bahwa perburuan Fenris atau Si Calon akan lebih baik jika dilakukan di kota yang lebih besar yang dekat dengan Ellison, yaitu Atlanta. Di sana jumlah Fenris lebih banyak dan pasti akan ada informasi lebih banyak yang bisa mereka peroleh tentang Si Calon.

Di Atlanta ternyata mereka tidak hanya mengetahui informasi-informasi berharga tentang Calon, tetapi tumbuhnya benih cinta antara Rosie dan Silas tanpa sepengetahuan Scarlett. Rosie yang merasa berutang nyawa terhadap kakaknya tahu betul bahwa Scarlett akan membencinya karena merebut Silas, sahabat sejak kecil. Rosie diam-diam juga mengikuti kegiatan les di luar jam berburunya, kelas-kelas melukis, origami, atas dukungan Silas dan dengan merahasiakannya dari Scarlett. Kegiatan-kegiatan ‘normal’ yang selama ini tidak pernah bisa Rosie ikuti, yang ternyata menggembirakan lagi hidupnya.

Sepandai-pandainya seseorang menutupi kebenaran, akhirnya toh akan tercium juga. Scarlett merasa sejak pindah ke Atlanta, ada yang berubah pada Rosie, ia seakan berubah menjadi gadis ‘capung’ yang biasa diburu oleh para Fenris. Bisakah Scarlett kelak memaafkan Rosie atas apa yang disembunyikan darinya selama ini? Dan di manakah Si Calon yang sejatinya harus segera mereka temukan sebelum menjadi Fenris?

Sebab Fenris baru akan berburu setiap hari dan menjadi lebih cepat, lebih lapar daripada serigala-serigala lainnya. -Hal.123

Lalu bagaimana kisah cinta Rosie dengan Silas?

Membaca buku ini sampai pertengahan, alurnya terasa agak lambat meski banyak diselingi adegan pertarungan yang cukup seru. Tokoh Scarlett dan Rosie masing-masing diberikan porsi yang sama besar dalam hal penokohan dan memiliki karakter yang bertolak belakang. Scarlett cenderung lebih emosional, dominasinya dalam berburu terlihat sekali karena baginya berburu sudah menjadi tujuan hidup. Sedangkan Rosie lebih pemalu dan kurang percaya diri, ia jauh terlihat lebih ’manusiawi’ dan ’normal’ dibandingkan Scarlett. Bagi Rosie, perburuan yang dilakukannya hanya untuk menutupi utang nyawa kepada kakaknya karena Scarlett kehilangan mata kanannya saat melindungi Rosie.

Sisters Red seakan mengingatkan saya bahwa semua individu adalah berbeda, adalah istimewa dan masing-masing memiliki hak untuk memilih kehidupannya sendiri. Seperti kata Silas,


”Kakakmu bukan dirimu. Kau adalah milikmu sendiri, Rosie.”-Hal. 266

  
Posting ini dibuat untuk ikutan di Fantasy Reading Challenge 2013 Bulan Februari :)


Salam,

Salam,