Slide Show

Januari 25, 2013

Paranorman




Judul Buku : Paranorman
Penulis : Elizabeth Cody Kimmel
Penerjemah :  Reni Indardini
Penerbit :  Mizan Fantasi
Cetakan Pertama : Agustus 2012
ISBN : 978-979-433-718-9
Tebal : 264 halaman, paperback

Norman Babcock adalah anak laki-laki yang memiliki kemampuan spesial, yah meskipun banyak orang malah mencemoohnya karena bakat spesialnya tersebut. Mampu berkomunikasi dengan hantu memang memberikan Norman banyak masalah ketimbang banyak kegunaan, ia bahkan lebih sering berkomunikasi dengan mereka yang sudah mati ketimbang mereka yang masih hidup. Orang-orang yang masih hidup malah menganggap Norman anak yang aneh, menurut mereka Norman lebih sering berbicara sendiri seperti orang gila ketimbang bersikap seperti anak-anak pada umumnya.

Tak hanya tetangganya, teman-teman di sekolah, bahkan Ayah Norman sudah sering menegur Norman agar tidak ‘berperilaku aneh’. Tapi mau bagaimana lagi, hampir di setiap tempat yang ia lewati ataupun ia kunjungi selalu ada arwah yang mencoba berkomunikasi dengannya, bahkan arwah katak sekalipun seperti satu yang ada di ruang kelasnya.

Suatu hari di pemakaman Nenek Babcock, ada seorang laki-laki berpenampilan aneh, ia berteriak memanggili Norman dan bersikap seakan-akan ia juga dapat melihat arwah. Usut punya usut, lelaki itu ternyata masih memiliki darah keluarga yang sama dengan Norman dan ia adalah penjaga makam, namanya Mr. Prenderghast. Norman bertemu dengannya lagi sepulang dari latihan drama. Lelaki itu berpesan bahwa Norman adalah satu-satunya orang yang harus menyelamatkan seluruh warga Blithe Hollow, tentang hantu penyihir, kutukan dan zombie yang mengancam kota.

Norman dan teman-temannya akan mementaskan drama dalam rangka memperingati 300 tahun sejarah sidang seorang penyihir yang pernah ada di Blithe Hollow. Penyihir tersebut dikisahkan telah mengutuk hakim dan orang-orang yang menghukum mati dirinya.

Awalnya sih Norman tidak begitu ambil pusing dengan permintaan Lelaki aneh tersebut, tetapi mimpi yang berulangkali muncul serta tanda-tanda lainnya membuat Norman sadar bahwa semua ini benar-benar nyata. Bagaimana cara Norman menyelamatkan kota, sedang ia sendiri hanya anak kecil yang tak banyak dipercaya orang? Apakah ia sanggup melawan penyihir dan zombie-zombie yang masuk dan mengejar-ngejar penduduk kota?

Ini adalah buku kelima dari Elizabeth Cody Kimmel yang sudah saya baca. Buku lainnya yaitu seri Suddenly Supernatural yang tokohnya ternyata sama-sama memiliki kekuatan supranatural, yaitu mampu berkomunikasi dengan arwah, Bedanya si Norman ini tidak memiliki keluarga yang mendukungnya dalam hal ‘keistimewaannya’ tersebut. Membaca buku ini awalnya membuat saya prihatin dengan Norman, terutama karena dia sering dibully oleh Alvin, teman sekelasnya. Padahal kan Norman juga ngga minta lahir dengan kekuatan spesial, lagian juga ngga apa donk menjadi anak yang spesial. Kan semua anak itu spesial (kalo kata guru anak saya) :)

Balik lagi ke Norman, karena kemampuannya itu malah Si Norman minder kalau bergaul dengan orang lain. Belum apa-apa eh udah pesimis duluan, termasuk ketika Neil mencoba berteman dengan Norman.

Awalnya agak pesimis baca buku ini, karena kisahnya tentang zombie (yah, saya nggak begitu suka cerita Zombie), eh ternyata saya malah ngga bisa berhenti baca buku ini (selese dalam waktu 2,5 jam doank!!). Pesan moralnya banyak dan bahasanya ringan, jadi beneran bisa menikmati kisah Norman ini. Sayang ya bukan serial, sebenarnya saya ketagihan baca kisahnya Norman yang lain lagi.

Untuk penggemar fantasi, sihir, atau kisah remaja yang ringan saya rasa buku ini kudu dibaca deh. Bahkan bisa juga diberikan kepada seorang teman atau sahabat yang spesial :)
Januari 23, 2013

Wishful Wednesday #31

Semangat hari Rabuuu..
Meski munculnya posting ini termasuk agak telat, tapi yang penting kan tetep bikin list buku buat ditimbun. bhihihi..

Kali ini saya lagi pingin buku berjudul  The Book Thief




It’s just a small story really, about among other things: a girl, some words, an accordionist, some fanatical Germans, a Jewish fist-fighter, and quite a lot of thievery....

Narrated by Death, Markus Zusak’s groundbreaking new novel is the story of Liesel Meminger, a young foster girl living outside of Munich in Nazi Germany. Liesel scratches out a meager existence for herself by stealing when she encounters something she can’t resist – books. Soon she is stealing books from Nazi book-burnings, the mayor's wife's library, wherever they are to be found.

With the help of her accordion-playing foster father, Liesel learns to read and shares her stolen books with her neighbors during bombing raids, as well as with the Jewish man hidden in her basement.

This is an unforgettable story about the ability of books to feed the soul

 Rating tinggi di GR, serta banyak teman teman BBI yg puas baca buku ini merupakan sedikit dari daya tarik buku ini bagi saya. Apalagi tokoh yang nyeritain adalah Malaikat Kematian. Wew, pasti bagus donk ceritanya....




 
Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Januari 21, 2013

Receh for Books 2013

Awalnya sih rada sangsi mau ikutan Receh For Books ini, soalnya tiap punya koin, pasti malah dikoleksi si O.

Nah setelah ide cemerlang dari Oky di  Sinopsis Untukmu , saya jadi punya ide buat ikutan tapi nanti yang ngumpulin koinnya Si O, saya cuma nyediain koin doank. :D

jadi ini ketentuannya :

  1.  Kumpulkan uang receh dari Januari-Desember 
  2. Jangan dihitung sampai akhir tahun 2013
  3. Setelah semua uang terkumpul, belikan buku yang kamu inginkan/bukunya dihadiahkan ke orang lainKalau mau ikut, bikin posting mengenai challenge ini di blog masing-masing (tidak harus blog buku) kemudian masukkan link dari postingan kamu di mr.linky di Dear Readers master post 
  4. Pasang banner Receh for book(s)
 


The Road


Penulis : Cormac McCarthy
Penerjemah : Sonya Sondakh
Penyunting : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 264 halaman, paperback
Cetakan pertama : Januari 2009
ISBN-10 : 979-22-4316-X
ISBN-13 : 978-979-22-4316-1

Akhirnya saya menamatkan buku ini. Awal mulanya karena saya penasaran dengan beberapa komentar teman yang sudah membaca buku ini. Bagus dan unik. Di bagian percakapan ngga ada tanda petiknya. Semenjak itu saya penasaran, meski berkali-kali nyari nggak ketemu, tapi kemarin akhirnya nemuin buku ini juga.
The Road menceritakan kisah seorang ayah dan anak laki-laki yang menempuh perjalanan ke Selatan. Latar ceritanya adalah Amerika yang kering dan penuh abu. Tidak diceritakan apa penyebabnya, yang ada hanya lanskap yang terbakar, debu dan jasad-jasad kering orang-orang yang meninggal dengan mengerikan. Kedua tokoh ini memiliki ransel di pundak, kereta belanja tempat memuat terpal, selimut dan beberapa kaleng makanan serta sebuah pistol yang dibawa Sang Laki-laki yang berisi dua peluru untuk berjaga-jaga.

Perjalanan mereka dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketakutan. Keterbatasan makanan membuat beberapa orang menjadi kanibal. Tapi tidak dengan mereka, anak dan ayah itu memasuki setiap rumah yang mereka temukan dan mengais apa saja yang bisa dimakan. Apel yang kering, sisa-sisa tepung jagung, dan terkadang menemukan beberapa kaleng makanan yang kemudian dipanaskan untuk mereka makan. Demikian pula dengan keterbatasan air, sumber air telah mati, genangan air yang ada telah berwarna kehitaman dan tertutup abu. Untuk dapat meminumnya mereka harus menyaringnya terlebih dahulu dan kemudian disimpan dalam botol-botol sebagai persediaan mereka.
Mimpi-mimpi buruk juga sering mendatangi mereka. Dan perjuangan mereka juga ditambah dengan pergulatan kemanusiaan ketika bertemu dengan orang-orang yang kelaparan seperti mereka. Sang anak seringnya menjadi ”Dewa”, diliputi kasih sayang dan nggak tegaan buat ninggalin orang-orang menderita yang mereka temui di perjalanan. Namun Sang Ayah adalah sisi yang lebih ”manusia”, ia tega membunuh orang yang mencuri perbekalan mereka, ia mengkhawatirkan keselamatan anaknya, ia mengkahawatirkan kematiannya akibat kesehatannya yang semakin memburuk dari hari ke hari.
Buku ini membuat saya betah membacanya lama-lama. Bahasanya puitis, dan percakapannya juga sederhana. Meski perlu perhatian juga apakah yang berbicara ini Sang Ayah atau Anaknya. Perjalanan mereka memberikan ras apenasaran yang besar bagi saya, akankah mereka berhasil sampai ke Selatan? Adakah orang-orang baik seperti mereka yang nanti mereka temui? Yang lebih sering bikin penasaran, hari ini mereka dapet makanan ngga ya.. dan perasaan-perasaan penasaran lainnya.
Saya punya beberapa kutipan favorit dari buku ini,
” Kau lupa apa yang ingin kau ingat dan kau ingat apa yang ingin kaulupakan.” Hal.15
” Layaknya pendulum besar pada rotundanya mencatat sepanjang hari gerakan-gerakan alam semesta yang bisa dikatakan tak diketahuinya tetapi harus dipahaminya.” Hal.18
”Dan mimpi-mimpi begitu penuh warna. Bagaimana lagi maut memanggilmu? Terjaga dalam dinginnya fajar, semua menjelma debu begitu cepat.” Hal.23
Saya rasa buku ini memang pantas mendapat Pulitzer Prize untuk fiksi tahun 2007. Dan saya mulai penasaran sama filmnya. Nonton aah... :D


"Posting ini dibuat dalam rangka posting bersama BBI dengan tema Pulitzer Prize"
Januari 20, 2013

Miracle Journey – Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru




Judul Buku : Miracle Journey – Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru
Penulis : Yudhi Herwibowo
Penerbit : Elex Media Komputindo
Cetakan Pertama : Januari 2013
Tebal : 174 halaman, paperback
ISBN : 978-602-02-0379-9

Tak ada seorang bayi yang dilahirkan ke dunia dengan membawa semua hal yang ia ingini, begitupun dengan Kitta Kafadaru, seorang anak lelaki yang dilahirkan dengan punuk di punggungnya.

Tersebutlah di sebuah desa bernama Kofa, di utara kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur dulu sekali pernah terjadi hujan debu yang kemudian menutupi Kofa hari itu. Desa itu memang merupakan desa yang gersang, hujan jarang turun di sana, tapi kemudian cuaca berubah drastis, Kofa berubah menjadi desa yang subur, begitu hijau dan hampir semua tanaman dapat mengakar. Di empat penjuru desa juga terdapat empat mata air yang selalu mengalir bahkan sampai membentuk danau kecil. Singkat kata, Kofa adalah oasis berharga di tengah daerah yang kering kerontang.

Di desa itulah Kitta Kafadaru dilahirkan dan dibesarkan, semula orang-orang sering mengejek keadaannya yang spesial, tapi lama kelamaan mereka merasa sungkan sendiri, karena mereka menyadari ada yang berbeda dengan Kitta. Ia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan seseorang, sehingga banyak yang kemudian segan terhadapnya. Suatu hari, Kitta berhasil menyembuhkan seorang gadis yang berparas jelita dari luka bakar yang parah, dan Kitta jatuh cinta terhadap gadis itu. Tetapi sayang cintanya bertepuk sebelah tangan, sehingga Kitta kemudian melakukan perjalanan jauh mengembara meninggalkan desa tercintanya.

Di perjalanan, Kitta bertemu dengan banyak orang yang menceritakan banyak kisah terhadapnya. Ada seorang lelaki tua yang memiliki kisah-kisah ajaib,  lelaki dengan elang yang melayang di atas kepalanya, lalu ada perempuan bernama Tiana yang sering bersenandung misterius di hutan mati. Kitta juga bertemu dengan seorang lelaki yang mengisahkan tentang bencana desanya karena seorang anak Iblis, bertemu dengan perempuan yang merindukan air bah dan ia juga bertemu dengan Sang Legenda yang merupakan pemanggil hujan.

Dalam perjalanan itu Kitta berusaha menutupi kemampuannya dalam menyembuhkan seseorang, ia hanya ingin menjadi manusia biasa yang berkelana, tak lebih dari itu. Tapi kejadian demi kejadian selalu menggerakkan hati Kitta sehingga ia kemudian melunakkan keinginannya dari yang bertekad tidak akan menolong siapapun kemudian menjadi akan menolong tiga orang dalam perjalanannya kelak.

Mungkinkah dengan demikian Kitta akan berhasil menjadikan dirinya seperti manusia biasa lainnya? Atau memang keistimewaan yang ia miliki merupakan anugerah yang seharusnya ia syukuri bukan ia tutupi?

Kitta bagi saya seperti pencerminan dari manusia-manusia yang ada di dunia ini. Kita semua diberikan kelebihan meski mungkin ada sebagian orang yang kurang mensyukuri kelebihannya tersebut. Dengan membaca cerita Kitta, saya sebagai pembaca jadi lebih bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada saya, alih alih meratapi kekurangan yang ada.

Saya seperti diajak berkelana bersama Kitta, dan bagian yang paling saya suka adalah ketika Kitta bertemu dengan lelaki tua yang memiliki kisah-kisah ajaib. Dan satu pesannya yang cukup berkesan bagi saya,


“Semua yang diciptakan tentu selalu ada tujuannya.”- Hal. 41


Dan sepertinya buku ini memang dibuat untuk tujuan yang lebih dari sekadar menceritakan perjalanan Kitta yang luar biasa, tapi untuk menyentuh hati pembacanya dengan cara yang tak biasa. Selamat membaca. :)


Salam,

Salam,