Judul Buku :[un]affair
Penulis : Yudhi Herwibowo
Editor : Anton WP
Penerbit : Bukukatta
Tebal : 172 halaman
ISBN : 978-979-1032-78-0
Pernahkah kamu bertemu seseorang di suatu
tempat umum, secara tak sengaja entah kenapa bayang wajahnya ada terus di
pikiranmu. Bukan mengganggu, sampai suatu hari lagi kalian berjumpa di tempat
yang lain, lalu kamu semakin penasaran dengan orang itu, mengapa kalian selalu
bertemu?
Bajja pernah mengalami perasaan seperti itu
terhadap seorang wanita bernama Arra. Pertemuan pertama mereka sebenarnya hanya
sambil lalu di sebuah pemberhentian rel kereta, lalu mereka bertemu lagi di
kantor Bajja ketika Arra ingin mencetak sebuah buku tulisannya sendiri. Buku
yang sangat spesial, sepertinya, sampai Bajja terkadang merasa risih ketika tak
sengaja membaca isi di dalamnya. Memang Arra sendiri sudah berpesan agar buku
itu jangan dibaca, tapi tentu saja rasa penasaran ditambah keperluan me-layout
membuat Bajja sesekali membaca isinya.
Walau menyilaukanPada satu matahari aku akan menuju
Ya, sepertinya
buku itu memang buku spesial yang dibuat Arra khusus untuk orang terkasihnya. Tetapi
ternyata selama proses buku itu di-layout dan dicetak, Arra seperti mengalami
masalah dalam hubungannya dengan si kekasih tersebut.
Seringkali Arra
datang ke rumah kontrakan Bajja dan tidur nyaman di sofanya. Meski kedatangan Arra tiba-tiba, dengan
raut muka duka, dan masih ada sisa air mata, tapi Bajja memilih diam dan
membiarkan Arra menikmati waktunya sendiri. Dan itu terjadi berulangkali, saat
malam sepi, gerimis menepi.
Perlahan Bajja
sadar bahwa ia menyukai Arra. Yah,
meski rasa sukanya lebih dari sekadar sahabat biasa, tapi Bajja begitu
menghormati Arra. Ia juga tak berani menyatakan perasaannya, secara ya, Arra
kan udah suka sama seseorang.
Suatu hari Arra menghilang
dari kehidupan Bajja, sebesar apapun rasa rindu di hati, tapi Bajja tak pernah
bertemu lagi dengannya. Yang ada malah kehadiran Canta, mantan kekasih Bajja
yang mencoba kembali lagi ke kehidupan Bajja.
Adakah Bajja akan kembali
ke Canta? Atau ia malah setia menunggu Arra?
Sebuah jalinan cerita yang
manis dengan sentuhan kesenduan di setiap halamannya. Pasti asyik dibaca waktu
gerimis, waktu senja, atau sekadar menunggu waktu. Jalan ceritanya ringan,
meski bahasanya khas Mas Yudhi (puitis-melankolis) membuat segala hal yang
sebenarnya biasa menjadi bacaan yang istimewa. Nah cuma ada satu yang bikin penasaran, kenapa di bagian keterangan tertulis kalau buku ini dicetak tahun 2010 ya? salah ketikkah?
Tokoh Bajja yang sabar,
kalem, pemalu disandingkan dengan Arra yang misterius sehingga membuat
penasaran pembaca bagaimana akhir kisah mereka.
Satu kutipan yang saya
suka,
Kupikir senja menjadi indah bila kita memiliki jeda untuk tak melihatnya.