Judul Buku : Therese Raquin
Penulis : Émile Zola
Alih Bahasa : Julanda Tantani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama :
Agustus 2011
Tebal : 336
halaman, paperback
ISBN :
978-979-22-7436-3
Ini adalah salah
satu buku yang termasuk ke dalam daftar 1001 books You Must Read before You
Die, dan ada di posisi nomor 864 di kelompok buku-buku tahun 1800-an. Ceritanya
di mulai di sebuah selasar du Pont-Neuf di kota Paris, di sebuah toko Peralatan
Menjahit milik seorang wnaita bernama Therese Raquin. Sebenarnya toko itu milik
seorang wanita bernama Mme Raquin, mantan penjual peralatan menjahit dari
Vernon. Mme Raquin memiliki seorang putera yang sakit-sakitan dan seorang
keponakan perempuan yang bernama Therese.
Suatu hari ketika
mereka semua masih tinggal di Vermon, Si Bibi yang sangat mengkhawatirkan
kesehatan anak laki-lakinya yang bernama Camille, memikirkan bahwa umurnya tak
akan panjang. Karena itu ia berencana untuk menikahkan Therese dengan Camille,
agar anak lelakinya itu berada di tangan seorang yang sudah terjamin akan
merawatnya dengan baik. Therese tentu tak bisa menolak, ia sudah behutang budi
seluruh hidupnya terhadap kebaikan Si Bibi, meski ia tak suka dengan Camille,
mau tak mau ia mengiyakan pernikahan tersebut.
|
parisenimages.fr |
Setelah menikah,
mereka dan Mme Raquin pindah ke sebuah toko kecil di selasar du Pont-Neuf, dua
wanita ini mengurus toko peralatan menjahit dan Camille mendapatkan pekerjaan
di Kantor Kereta Api Orleans. Hidup mereka berjalan biasa-biasa saja dan
cenderung monoton, sampai suatu hari Camille mengajak seorang teman kerja
pulang ke rumah kiosnya. Laurent, nama temannya, memiliki paras yang khas,
tubuh yang kekar dan terlihat lebih perkasa dibandingkan Camille.
Sejak pertama kali
melihat lelaki itu, Therese merasakan pijar-pijar kehidupan mulai memasuki
hari-harinya. Sebelumnya memang ia selalu hidup dalam kemuraman, raut wajah
yang dingin, kaku, seakan sebenarnya ingin kabur dari keluarga itu, tetapi
setelah Laurent mulai sering mengunjungi rumah kios, Therese yakin ia mulai
jatuh cinta terhadap teman suaminya.
Laurent sebenarnya
tidak terlalu menyukai Therese, tapi toh baginya wanita itu bisa memuaskan
gairahnya secara gratis, jadi ia tidak menolak perselingkuhan yang kemudian
dijalankan mereka berdua diam-diam. Lagipula perhatian Mme terhadapnya dan
persahabatan yang diberikan Camille membuat Laurent benar-benar menikmati
keuntungan yang bisa sekaligus diperolehnya. Sampai suatu hari, Laurent
memutuskan akan membunuh Camille agar ia bisa mendapatkan Therese seutuhnya.
Singkat cerita di
suatu sore, Therese, Laurent dan Camille berjalan-jalan dan memutuskan akan
naik perahu. Di sinilah kemudian tragedi itu berawal, kematian Camille dan
kisah-kisah berikutnya yang tak terbayangkan.
Buku setebal 336
halaman ini secara langsung mengaduk-aduk emosi saya sebagai pembaca. Kembali
ke Paris abad 18 dimana suasana suram masih terasa akibat adanya Revolusi
Perancis di tahun 1789-an. Ditambah isi buku ini yang minta ampun sisi
psikologisnya dijabarkan dengan rinci sampai-sampai pembaca merasa benar-benar
mengetahui isi kepala si tokoh utamanya.
Kalau saya
simpulkan, semua tokoh utama dalam cerita ini sangat egois, baik Camille, Mme
Raquin, Therese dan terutama Laurent yang membuat pembaca sebal setengah mati
membayangkan orang-orang ini berada dalam satu lingkaran menyesatkan satu sama
lain. Tetapi kekesalan itu yang membuat saya menyadari (akhirnya) bahwa penulis
benar-benar mampu menceritakan sisi psikologis tokoh-tokoh tersebut dengan
baik. Tak jarang memang saya sempat merasa bosan karena ada banyak narasi
panjang yang bertebaran dalam buku ini, padahal saya tipe pembaca yang lebih
suka menarik kesimpulan sendiri dari dialog-dialog tokohnya.
Saya akan
bercerita sedikit tentang tokoh utama kita, Therese, yang memiliki
kecenderungan untuk bertindak teratur, hati-hati dan rapi. Wanita ini mampu
menutupi perselingkuhannya bersama Laurent dengan rapi dan sempurna. Ia bisa
memamerkan tampang sedih atau suramnya padahal dalam hati ia sedang gembira,
demikian pula sebaliknya. Nyebelin juga sih mbayanginnya, kenapa dia nggak
jujur aja, apa adanya gitu. Kalau suka, ya bilang suka, kalau nggak suka ya
bilang nggak suka. Yah, tapi memang serba salah juga kali ya, di satu sisi dia
nggak suka dengan kelakuan Bibi dan sepupunya, tapi di sisi lain ia merasa punya
utang budi pada mereka yang telah memeliharanya.
Therese Raquin
dipublikasikan pertama kali tahun 1867 dalam bentuk serial di journal L'Artiste dan diterbitkan dalam bentuk buku pada Bulan
Desember tahun yang sama. Karya Émile
Zola yang berairan naturalism memiliki
kejujuran tentang kerasnya kehidupan, termasuk kemiskinan, rasisme, prasangka, kekerasan,
penyakit, korupsi, prostitusi dan sebagainya. Akibatnya, penulis naturalistik
sering dikritik karena terlalu fokus pada manusia dan penderitaannya. Karena itulah di awal buku Therese Raquin ini
ada pendahuluan yang diberikan penulis kepada pembacanya agar tidak kaget
dengan bahasa bahasa dan keterbukaan yang ada dalam cerita. Hal ini pula yang
membuat saya yakin bahwa buku ini memang layak masuk ke dalam daftar 1001 Books
You Must Read before You Die.
Therese Raquin ini
juga sedang dibuat versi filmnya dengan Elizabeth Olsen
sebagai Therese, Tom Felton sebagai Camille dan Oscar Isaac sebagai Laurent. Tak sabar membaca bukunya?
Mungkin Anda bisa menunggu filmnya beredar lalu menontonnya dulu. :)
|
crushable.com |
Diposting dalam rangka posting bareng Blogger Buku Indonesia untuk
1001 Books You Must Read before You Die.