Slide Show

September 17, 2012

Beat The Reaper – Menaklukkan Maut


 Judul Buku :  Beat The Reaper – Menaklukkan Maut
Penulis : Josh Bazell
Penerjemah : Putri Dewi
Editor : Johanes Trihartanto dan Fransiska R. Uli
Penerbit : Esensi (Penerbit Erlangga)
Cetakan Pertama : 2012


Dilihat dari judulnya, mungkin memang buku ini masih ada hubungannya antara dokter dan mafia. Tapi kalau tokoh utamanya adalah seorang dokter yang dulu pernah jadi mafia, nah, itu dia yang membuat buku ini punya cerita yang tidak biasa.



Dr. Peter Brown sebenarnya adalah seorang dokter residen yang biasa-biasa saja. Jam di putaran hidupnya sebagian besar ia gunakan untuk bekerja-bekerja dan bekerja. Sampai suatu hari pertemuannya dengan seorang pasien membuat Peter makin waspada.

Pasien itu adalah seorang kenalan Peter dulu saat ia masih bergelut di dunia mafia, namanya Squillante. Tetapi setelah berbagai hal terjadi dalam hidupnya dan Mafia hanya membuat semuanya makin berantakan, Peter melarikan diri dari dunia penuh darah itu. Nah, Peter bingung harus ia apakan pasien itu, apa ia biarkan sembuh atau lebih baik ia bunuh?

Toh kalau dibunuh, hidup Peter akan tetap normal dan tak ada yang perlu dirisaukan lagi. Nah, sialnya, si Pasien ini telah memberitahu anak buahnya kalau-kalau ia mati, berarti ia dibunuh oleh Bearclaw, nama panggilan Peter saat ia masih menjadi mafia. Karena itu, kemudian Peter berusaha menyelamatkan hidup pasien itu, yang tidak bisa dibilang mudah.

Berhasilkah Peter mempertahankan pekerjaannya dan menyelamatkan nyawa si pasien itu?

Bagaimana kehidupan dokter di rumah sakit sepertinya merupakan bagian besar yang diceritakan penulis di buku ini. Melalui alur yang maju mundur, pembaca juga diberitahu asal mula Peter masuk ke dunia mafia sampai akhirnya ia memilih menghilang dari kehidupan kelam itu.

Yang membuat cerita ini unik, menurut saya adalah tokoh Peter itu sendiri. Saya rasa nggak banyak kisah yang memilih tokoh utamanya adalah ex-mafia dan seorang dokter residen.

Mmebaca buku ini mau tak mau mengingatkan saya dengan Dr. House, sebuah serial yang memiliki tokoh utama seorang dokter yang cuek, semaunya, tapi lihai dalam analisa terhadap pasien. Bedanya mungkin karena House bukan mafia, ya.. :D

Banyak istilah kedokteran yang digunakan dalam cerita di buku ini, yang berimbas kepada catatan kaki yang aduhai kadang panjang-panjang dan huruf yang menurut saya ukurannya kurang besar untuk dapat dinikmati.

Di awal cerita memang sempat membosankan, tapi saya akui saya penasaran dengan kisah si Peter ini. Secara keseluruhan saya rasa tiga setengah bintang layak untuk buku ini.


September 14, 2012

Kopdar BBI Jogja (edisi penyambutan Mbak Desti :D)

Hai hai...

Hari ini mau cerita tentang kopdar BBI Jogja yang.. pertamaaa.. (eh dulu juga pernah sih, barengan sama BBI Solo). Tapi ini kan isinya cuma BBI Jogja (Err, plus satu orang temenku yang diculik buat jadi tukang foto).

Apa? Saya kejam? Dikiit... XD

Jadi sejak seminggu sebelumnya, sudah direncanakan kalau kopdar akan diadakan hari Kamis 13 September 2012 di Gramed Sudirman, Jogja. Posisi tempatnya sih di kedai donat, dipilih di sana karena dirasa bahaya kalau kopdar di toko buku beneran (yeah.. kalian tahu sendiri gimana kalo penimbun buku berada di dekat buku-buku). Maka dari itu dicanangkanlah jam 12 teeet siang hari sebagai jam kopdar, dengan anggapan perut lagi pas lapar terus konsentrasi beralih dari buku ke perut XD


Jam 12 tepat, sms dari Oky sudah masuk ke ponsel, dia dan Mbak Desti udah sampai di TKP. Sedang Dion masih melenggang kangkung makan siang dulu di bakul tenongan di dekat parkiran. Saya? Celakanya saya masih di MIPA nungguin dosen yang nggak balik-balik ke ruangannya!!!

Ergghh... jam bergulir, mereka saya sms lagi kalau saya bakal super telat.

Jam 12.45 Bapak Dosen tercinta kembali lagi ke ruangannya, dan berhubung saya lagi butuh ngobrol sama beliau (bukan season curhat, kok) maka konsultasi berikutnya berjalan... LAMA.

Jam 13.30 akhirnya keluar ruangan dan langsung nggeret Uci (temen yang saya culik) buat nemenin ke TKP. Jam 13.45 sampai juga di parkiran gramed (setelah kena lampu merah dan maceeettt), saya tersengal sengal masuk ke kedai donat. (Aih, Angin Cemriwingnya ternyata juga nggak bikin adem, perut yang krucuk krucuk terpaksa saya hibur dengan memesan sebuah donat stroberi dan hot cokelat sebagai minumnya).



Lalu muncullah saya di hadapan merekaaa, (trio BBI yang sebelumnya hadir), dengan bertumpuk buku di meja bersaing dengan donat dan buah-buahan, saya turut menambah tumpukan buku tersebut dengan mengembalikan buku ke empunya.



Ngobrol-ngobrol di (lanjutkan kalau kata mereka, dimulai kalau kata saya), mulai membahas buku Gonzo sampai membahas SKS kuliah (yaaa, semester baru SKS baru *senyum anak mahasiswa).

dibahas juga tentang mahalnya buku buku fantasi jaman sekarang, buku buku tebel dan mbahas buku buku matahati.

terus mbahas juga bagaimana urutan baca buku buku yang biasa kita pinjem.  jadi urutannya itu --> buku yg pemiliknya jauh, jadi kudu pake ongkir kalo pinjem, terus buku yang dipinjem dari senior, terus buku yang berat dan kadang ngga selese dibaca, di urutan terakhir... buku yang mana pemiliknya punya timbunan super banyak dan kita udah kenal deket ama dia. XD Dalam hal saya pribadi, buku milik anak anak GRI Solo dan BBI Jogja pasti ada di urutan terakhir ini XD (muka polos)




Jam 14.50 dituntaskan pertemuan itu, berhubung saya masih mau naik ke atas (cuma nganterin Uci yang telah berbaik hati mau foto-foto kami) tapi tenang saja saya tidak beli buku apa apa kok, hehe, khawatir ketinggalan kereta balik ke Solo, soalnya XD

Jadi kapan ya kopdar lagi?
September 12, 2012

Wishful Wednesday 25

Hihi, males bikin review bukan berarti males ngeblog XD

Seperti biasa, hari Rabu hari berbagi keinginan. Nah, ada satu buku yang masuk wishlistku sejak lama, harganya murah tapi entah belum sempet kebeli >_<

Just So Stories adalah kumpulan kisah pengantar tidur yang ditulis oleh Rudyard Kipling—penulis novel klasik legendaris The Jungle Book. Dalam kumpulan cerita pendek ini, kisah-kisah lucunya bukan sekadar cerita, tapi juga dihiasi ilustrasi goresan Staven Andersen yang memperkaya kisah-kisah fabel ini.

Walau ditulis lebih dari seratus tahun lalu, cerita-cerita dalam Just So Stories tak lekang oleh zaman karena dipadukan dengan mutiara kebijaksanaan. Di sini kita bisa membaca kisah kenapa unta berpunuk, bagaimana macan mendapat tutulnya, kenapa gajah punya belalai, bagaimana alfabet diciptakan, dll. Semua kisah ini akan membawa Anda menuju petualangan menembus waktu dan imajinasi pengarang peraih nobel sastra, Rudyard Kipling.

Buku ini bisa dibaca oleh semua umur dan terutama bisa menjadi hadiah indah bagi putra-putri tercinta untuk membuka wawasan imajinasi dan kecintaannya terhadap buku





Ceritanya berharap semoga dalam bulan ini atau bulan depan bisa punya soalnya mau buat baca bareng BBI yang penulis peraih Nobel..

Secara, ceritanya ringan kan, jadi aku yang lagi anti sama buku super tebel nggak akan mabok baca isinya.

:D


Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan Wishful Wednesday, eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)



September 05, 2012

Wishful Wednesday #24

Setelah dua minggu nggak hadir, kesela libur lebaran dan libur setelah lebaran, kali ini saya mau berbagi wishlist yaaa..

Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan Wishful Wednesday, eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)


Buku yang saya pinginin di hari Rabu ini adalah :






Tujuh belas kisah dalam buku ini membawakan cerita-cerita dari ruang dapur sampai wilayah konflik. Dari urusan tepung terigu sampai misi kemanusiaan di Ramallah.

Hampir semua tokoh utama adalah perempuan dari beragam usia, ras, budaya, dan agama. Mereka bergelut dengan pencarian jati diri, ketimpangan gender, cinta segitiga, hingga masalah-masalah sosial-politis yang kerap menjadikan perempuan sebagai objek.

Dilatari ilustrasi yang indah dan detail cerita yang unik, Lily Yulianti Farid menampilkan suara-suara perempuan paling jernih dalam meneriakkan kegelisahan, kemarahan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan yang kerap terjadi di mana pun mereka berada.


Tumben ya saya pinginnya tentang kumcer sosial. hihi, yang bikin saya tertarik pertama kali adalah judulnya.

Ayahmu Bulan, Engkau Matahari.

Simpel ya? Tapi judul itu bikin saya penasaran, kenapa ada hubungan antara seorang Ayah dengan Bulan? kenapa bukan Ayahnya yang jadi Matahari?

Bingung?
Ya sudahlah, semoga saya bisa cepet punay ini buku terus saya ceritain deh isinya ke kalian. *berharap.

:D
Agustus 31, 2012

Therese Raquin



Judul Buku : Therese Raquin
Penulis : Émile Zola
Alih Bahasa : Julanda Tantani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Agustus 2011
Tebal : 336 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-7436-3


Ini adalah salah satu buku yang termasuk ke dalam daftar 1001 books You Must Read before You Die, dan ada di posisi nomor 864 di kelompok buku-buku tahun 1800-an. Ceritanya di mulai di sebuah selasar du Pont-Neuf di kota Paris, di sebuah toko Peralatan Menjahit milik seorang wnaita bernama Therese Raquin. Sebenarnya toko itu milik seorang wanita bernama Mme Raquin, mantan penjual peralatan menjahit dari Vernon. Mme Raquin memiliki seorang putera yang sakit-sakitan dan seorang keponakan perempuan yang bernama Therese.

Suatu hari ketika mereka semua masih tinggal di Vermon, Si Bibi yang sangat mengkhawatirkan kesehatan anak laki-lakinya yang bernama Camille, memikirkan bahwa umurnya tak akan panjang. Karena itu ia berencana untuk menikahkan Therese dengan Camille, agar anak lelakinya itu berada di tangan seorang yang sudah terjamin akan merawatnya dengan baik. Therese tentu tak bisa menolak, ia sudah behutang budi seluruh hidupnya terhadap kebaikan Si Bibi, meski ia tak suka dengan Camille, mau tak mau ia mengiyakan pernikahan tersebut.

parisenimages.fr

Setelah menikah, mereka dan Mme Raquin pindah ke sebuah toko kecil di selasar du Pont-Neuf, dua wanita ini mengurus toko peralatan menjahit dan Camille mendapatkan pekerjaan di Kantor Kereta Api Orleans. Hidup mereka berjalan biasa-biasa saja dan cenderung monoton, sampai suatu hari Camille mengajak seorang teman kerja pulang ke rumah kiosnya. Laurent, nama temannya, memiliki paras yang khas, tubuh yang kekar dan terlihat lebih perkasa dibandingkan Camille. 


 
Sejak pertama kali melihat lelaki itu, Therese merasakan pijar-pijar kehidupan mulai memasuki hari-harinya. Sebelumnya memang ia selalu hidup dalam kemuraman, raut wajah yang dingin, kaku, seakan sebenarnya ingin kabur dari keluarga itu, tetapi setelah Laurent mulai sering mengunjungi rumah kios, Therese yakin ia mulai jatuh cinta terhadap teman suaminya.

Laurent sebenarnya tidak terlalu menyukai Therese, tapi toh baginya wanita itu bisa memuaskan gairahnya secara gratis, jadi ia tidak menolak perselingkuhan yang kemudian dijalankan mereka berdua diam-diam. Lagipula perhatian Mme terhadapnya dan persahabatan yang diberikan Camille membuat Laurent benar-benar menikmati keuntungan yang bisa sekaligus diperolehnya. Sampai suatu hari, Laurent memutuskan akan membunuh Camille agar ia bisa mendapatkan Therese seutuhnya.

Singkat cerita di suatu sore, Therese, Laurent dan Camille berjalan-jalan dan memutuskan akan naik perahu. Di sinilah kemudian tragedi itu berawal, kematian Camille dan kisah-kisah berikutnya yang tak terbayangkan.

Buku setebal 336 halaman ini secara langsung mengaduk-aduk emosi saya sebagai pembaca. Kembali ke Paris abad 18 dimana suasana suram masih terasa akibat adanya Revolusi Perancis di tahun 1789-an. Ditambah isi buku ini yang minta ampun sisi psikologisnya dijabarkan dengan rinci sampai-sampai pembaca merasa benar-benar mengetahui isi kepala si tokoh utamanya.

Kalau saya simpulkan, semua tokoh utama dalam cerita ini sangat egois, baik Camille, Mme Raquin, Therese dan terutama Laurent yang membuat pembaca sebal setengah mati membayangkan orang-orang ini berada dalam satu lingkaran menyesatkan satu sama lain. Tetapi kekesalan itu yang membuat saya menyadari (akhirnya) bahwa penulis benar-benar mampu menceritakan sisi psikologis tokoh-tokoh tersebut dengan baik. Tak jarang memang saya sempat merasa bosan karena ada banyak narasi panjang yang bertebaran dalam buku ini, padahal saya tipe pembaca yang lebih suka menarik kesimpulan sendiri dari dialog-dialog tokohnya.

Saya akan bercerita sedikit tentang tokoh utama kita, Therese, yang memiliki kecenderungan untuk bertindak teratur, hati-hati dan rapi. Wanita ini mampu menutupi perselingkuhannya bersama Laurent dengan rapi dan sempurna. Ia bisa memamerkan tampang sedih atau suramnya padahal dalam hati ia sedang gembira, demikian pula sebaliknya. Nyebelin juga sih mbayanginnya, kenapa dia nggak jujur aja, apa adanya gitu. Kalau suka, ya bilang suka, kalau nggak suka ya bilang nggak suka. Yah, tapi memang serba salah juga kali ya, di satu sisi dia nggak suka dengan kelakuan Bibi dan sepupunya, tapi di sisi lain ia merasa punya utang budi pada mereka yang telah memeliharanya.

Therese Raquin dipublikasikan pertama kali tahun 1867 dalam bentuk serial di journal L'Artiste dan diterbitkan dalam bentuk buku pada Bulan Desember tahun yang sama. Karya Émile Zola yang berairan naturalism memiliki kejujuran tentang kerasnya kehidupan, termasuk kemiskinan, rasisme, prasangka, kekerasan, penyakit, korupsi, prostitusi dan sebagainya. Akibatnya, penulis naturalistik sering dikritik karena terlalu fokus pada manusia dan penderitaannya. Karena itulah di awal buku Therese Raquin ini ada pendahuluan yang diberikan penulis kepada pembacanya agar tidak kaget dengan bahasa bahasa dan keterbukaan yang ada dalam cerita. Hal ini pula yang membuat saya yakin bahwa buku ini memang layak masuk ke dalam daftar 1001 Books You Must Read before You Die.

 
Therese Raquin ini juga sedang dibuat versi filmnya dengan Elizabeth Olsen sebagai Therese,  Tom Felton sebagai Camille dan Oscar Isaac sebagai Laurent. Tak sabar membaca bukunya? Mungkin Anda bisa menunggu filmnya beredar lalu menontonnya dulu. :)

crushable.com



Diposting dalam rangka posting bareng Blogger Buku Indonesia untuk 1001 Books You Must Read before You Die.


Salam,

Salam,