Slide Show

Agustus 15, 2012

Wishful Wednesday #23

Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan Wishful Wednesday, eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)


Ini sinopsis buku yang saya pinginin di hari Rabu ini :

Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran berkisah tentang misteri pembunuhan seekor anjing dan upaya seorang anak pengidap autis untuk memecahkannya. Melalui teknik menulis, penulis mengungkap kepada pembaca bagaimana anak autis memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Sudah ketebak judulnya?

Yup.






Don't judge book by its cover, ok?

Entah kenapa penerbit di Indonesia yang satu ini milih cover warna pink. Tapi yang pasti saya tertarik karena selain bintangnya yang cukup tinggi di GR, buku ini bercerita tentang penyelidikan kasus oleh seorang anak autis.

Nah, bikin penasaran kan? saya juga. :D

Jadi ini buku WW saya hari ini, punyamu apa? :)

TBRR Historical Fiction Challenge


Berhubung daftar timbunan saya makin melejit, suka tidak suka saya harus mulai menghabiskannya. Termasuk yang berbau-bau sejarah, meski saya tahu ini ngga akan mudah. #tsaaahh

Beruntung saya bakal punya banyak temen untuk menemani membaca buku-buku Historical fiction beginian. Sekalian ikut Challenge, lebih tepatnya. dari Blog Hobby Buku.



Nah, yang asyik dari challenge ini tentu saja hadiahnya... Tapi saya sih ngga berharap banyak (maklum, saingannya berat-berat boo'), yang jadi tujuan saya cuman satu. Ngembaliin pinjaman buku plus ngurangin timbunan. :D

Event ini bakal jalan dari bulan Agustus-Desember 2012. Dan ini list buku yang (semoga berhasil dengan sukses) saya baca di bulan-bulan tersebut.



 [Collector] >> 400 halaman/ bulan


Agustus 2012

Water for Elephants: Air untuk Gajah by





 [Librarian] >> 600 halaman/ bulan

Juliet by




Hotel on the Corner of Bitter and Sweet by

The Breadwinner (The Breadwinner #1) by

Entrok by



 [Curator] >> 800 halaman/ bulan


It Happened One Autumn (Wallflowers #2) by

Comanche Magic (Comanche #4) by


The Lady Of The Camellias by

Si Cantik dari Notre Dame by





Dollhouse


Judul Buku : Dollhouse
Penulis : Kourtney, Kim and Khloe Kardashian
Penerjemah :  Inosensus Rotorua
Penerbit : Esensi (Penerbit Erlangga)
Cetakan Pertama : 2012
Tebal : 328 halaman, paperback
ISBN : 978-602-7596-11-5



Pertama tahu bahwa buku ini ditulis oleh Trio Kardashian, hal pertama yang saya lakukan adalah segera googling untuk memastikan mereka benar-benar menulis buku. Ya.. boleh heran donk, wong saya kenal mereka itu dari modeling, bintang iklan sampai acara-acara reality show yang bertebaran di E!. Ternyata mereka benar-benar membuat novel ini, yang membuat saya makin penasaran seperti apa cerita yang mereka kisahkan di sini.

Ini cerita tentang keluarga Romero, Sang Ayah, David, yang meninggal dunia karena kecelakaan kapal, Sang Ibu yang menikah lagi. Dan anak-anak mereka Kass, Kamille dan Kyle, tiga bersaudari yang hampir selalu akur. Ayah tiri mereka membawa dua orang anaknya, Benjy (yang sebaya dengan Kyle) dan Bree (anak perempuan 10 tahun yang manis). Kat, Sang Ibu memiliki sebuah restoran yang ia bangun setelah kesulitan keuangan sempat melanda mereka setelah David meninggal. Ketiga anak perempuannya membantu restoran itu, meski yang paling sering membantu sebenarnya hanya Kass.

Suatu hari Kamille mendapat tawaran untuk menjadi model iklan, ia sudah lama mencari pekerjaan tetapi tak banyak yang cocok dengan keinginannya. Ia ingin pekerjaan yang mudah dengan gaji yang besar dan kemungkinan hidup di lingkungan sosialita kelas atas. Jadi ketika tawaran untuk menjadi model itu datang, tentu saja ia mengiyakannya.

Kamille memiliki bakat menjadi model, ia cantik, tinggi dan dunia periklanan selalu membutuhkan wajah-wajah baru sehingga tak diragukan lagi, Kamille langsung sukses di pekerjaan barunya tersebut. Tapi tak semuanya berjalan lancar, terutama ketika ia mulai dekat dengan Chase Goodall, pemain Bisbol yang terkenal akan ketampanannya dan .. mata keranjangnya. Tapi Kamille benar-benar polos kalau sudah berhubungan dengan yang namanya ’cinta’, sudah seringkali ia memiliki pengalaman disakiti oleh kekasih-kekasihnya yang dulu tapi Kamille selalu membela pacarnya.

Sama juga dengan Chase, sudah banyak rumor beredar, bukti –bukti disodorkan tapi Kamille nggak mau tahu. Yang ia tahu ia benar-benar menyayangi Chase. Bahkan ia sudah siap menikahi Chase. Padahal mereka seringkali bertengkar namun Chase selalu dapat memenangkan hati wanita itu kembali.

Apakah Kamille akan benar menikahi Chase?

Sejujurnya saat awal membaca buku ini, saya tak banyak berharap kalau buku ini bagus. Tetapi percaya atau tidak, saya membacanya dalam waktu hanya kurang dari 4 jam. Buku ini seperti nggak mau lepas dari tangan saya XD

Novel ini memiliki alur yang cepat, serta terjemahan yang lancar untuk dinikmati. Ceritanya sangat ringan, membuat saya bagai menonton film drama alih-alih sedang membaca sebuah novel. Ide ceritanya cukup original, meski tak jauh-jauh dari dunia sosialita kelas atas. Yang membuat cerita ini berbeda adalah dengan disisipkannya para keluarga yang menjadi peran pendaping yang juga utuh ditampilkan dalam mengambil bagian dalam cerita.

Tokoh favorit saya adalah Kass. Well, buat saya di keluarga ini semuanya spesial tapi yang paling saya suka adalah Kass Romero. Saya pernah membahas tokoh Kass ini di Character Thursday saya yang bisa ditengok di sini.

Adegan favorit saya adalah waktu Kyle berkata kepada Kass
”Bicara soal pria, jangan terlalu banyak berpikir, tapi lebih banyak bertindak” – Hal. 164

Gadis SMA nggak malu-malu ngasih saran tentang percintaan buat kakaknya yang nggak berpengalaman masalah cowok. XD
Novel yang ringan meski ada pergaulan remaja ala Amerika yang tidak begitu saya suka, bahasanya juga ada yang vulgar, untuk itu mungkin saya sedikit sarankan agar ditulis label untuk dewasa pada novel ini.

Konflik yang bermacam-macam menjadikan buku ini asyik untuk terus dibaca, Kass dengan masalah cintanya, Kat dengan restorannya, Kamille dengan karier bintang iklannya, Kyle yang nggak bener sekolah dan pergaulannya. Keluarga Romero memang unik. Itu yang bisa saya simpulkan dari buku ini.

Tiga bintang untuk Dollhouse.

Sedikit tentang Kardashians



Saya mengenal Kardashian sebenarnya paling awal tentang Kim Kardashian, ia dan keluarganya memainkan semacam reality television series yang berjudul Keeping Up With The Kardashians. Kris Jenner adalah Ibu dari Kourtney, Kim dan Khloe dari ayah bernama Robert Kardashian yang kemudian bercerai di tahun 1990. Kris menikah lagi dengan Bruce Jenner, olahragawan yang seorang duda. Mereka berdua memiliki dua anak perempuan bernama Kendall Nicole dan Kylie Kristen.

Tiga bersaudari dalam tokoh ini mau tak mau membuat saya membayangkan bahwa mungkin cerita ini dikisahkan secara biografi dari kehidupan The Kardashians. Tapi toh ternyata hanya beberapa kemiripan yang ada dalam cerita (meski memang sebagian besar mirip, tapi tetap saja ada perbedaannya). :)

Kardashians Family

Agustus 14, 2012

Sunset Bersama Rosie


Judul Buku : Sunset Bersama Rosie
Penulis : Tere-Liye
Editor : Andriyati
Penerbit : Mahaka
Cetakan Pertama : November 2011
ISBN : 978-602-9888-36-2


Tragedi Bom Bali di Jimbaran, Bali tujuh tahun silam masih terasa menyesakkan jika dikenang. Banyak yang menjadi korban dari peristiwa tersebut, sampai-sampai beberapa negara sempat kehilangan kepercayaan terhadap negara Indonesia. Ada banyak nyawa yang hilang, mereka yang luka dan lebih banyak lagi yang kehilangan. Keluarga, saudara, tetangga, rekan kerja, sahabat, mereka yang sebagian besar kisahnya tak tercecap media massa, mereka yang memiliki lebih banyak luka.

Salah satunya adalah keluarga Nathan dan Rosie.

Sore itu, mereka dan keempat anak perempuannya menghabiskan waktu di sebuah kafe pinggir pantai di Jimbaran dalam rangka merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-13 tahun. Sebuah tele-conference sedang dilakukan bersama seorang teman keluarga, Tegar, nama lelaki itu. Paman, Om, Uncle, adalah sebutan yang diberikan dari tiga anak Nathan dan Rosie kepada Tegar. Lelaki itu telah menjadi paman yang sangat dekat dan akrab dengan keluarga mereka, oleh karena itu Tegar dirasa perlu ikut merayakan pesta pernikahan meski melalui streaming.

Sesaat sebelum matahari terbenam, koneksi sinyal video streaming terputus. Tegar yang bingung, khawatir dan kalap langsung naik penerbangan selanjutnya ke Bali, di saat dunia belum tahu sesuatu telah terjadi di Bali, Tegar lebih dulu mengetahuinya. Sesampai di Bali, suasana di sekitar Jimbaran sangat kacau, untungnya Tegar memiliki kenalan yang membantu mencari tahu kondisi keluarga Nathan saat itu. Setiba di rumah sakit, syukurlah keadaan tiga anak Nathan baik-baik saja, meski tangan tangan kiri Sakura, anak kedua mereka, remuk dan ia masih belum sadarkan diri. Tapi tidak demikian dengan Nathan, Sang kepala keluarga itu meninggal dunia.

Inilah awal yang menyebabkan keluarga Nathan tak sama lagi seperti dulu. Ayah meninggal, Ibu yang depresi akut membuat keempat anak Nathan dan Rosie terancam kehilangan pijakan. Sekembalinya mereka ke Gili Trawangan, Tegar memutuskan untuk terus menemani mereka sampai Rosie sembuh. Awalnya memang anak-anak berat melepas Ibu mereka rehabilitasi di salah satu tempat di Bali, tapi Rosie makin mengancam keselamatan anak-anak, sehingga keputusan ini harus dibuat.

Tegar sendiri memiliki kehidupan yang mapan di Jakarta, karirnya sedang gemilang bahkan ia berencana tunangan dengan Sekar, seorang gadis cantik yang amat setia mencintai Tegar. Dengan adanya tragedi di keluarga Rosie, Tegar memilih untuk melepaskan pekerjaannya sementara ia mengurusi anak-anak Rosie. Ia berusaha untuk menjadi paman mereka yang super, memang tak bisa menggantikan posisi Rosie dan Nathan. Tapi semoga anak-anak tetap bisa melanjutkan kehidupannya tanpa perlu dibebani perasaan kehilangan yang menyakitkan.

Apakah Rosie kelak akan sembuh dari depresinya dan kembali kepada anak-anak? Lalu bagaimana dengan Sekar, akankah ia setia menunggu Tegar?

Saya hanya perlu menghabiskan waktu 4 jam membaca buku ini dari awal sampai akhir. Alur ceritanya cepat dan kisah tentang anak-anak itu membuat saya tak rela jika harus berhenti menikmatinya. Selain itu, penulis juga dengan cakap menceritakan kisah ini dari PoV Tegar, yang kadang membuat saya bersimpati tapi kadang juga sebel dengan sikapnya yang plin-plan terutama pada Sekar.

Satu kalimat yang sering diulang Tegar, yang saya suka :

”Hanya waktu yang selalu berbaik hati mengobati kesedihan.”

Untuk tokoh anak-anak, ah.. tidak bisa tidak, saya jatuh cinta dengan karakter mereka. Anggrek yang kalem, Sakura yang meledak-ledak, Jasmine yang jauh lebih dewasa daripada seusianya dan Lili, gadis paling kecil yang polos, imut dan bener-bener love-able.  Hanya saja terkadang dialog dan sikap yang ditunjukkan mereka amat dewasa, padahal umur mereka masih kecil. Mungkin penulis beranggapan setelah mengalami suatu guncangan psikologis, hal itu dapat seketika mempengaruhi psikologis mereka. Tetapi sebenarnya saya berharap kalau mereka tumbuh menjadi anak yang biasa-biasa saja. Tidak harus spesial, tidak harus super bijak, hanya tumbuh menjadi anak kecil yang normal. Tapi toh saya tak tahu perihal psikologi, jadi mungkin saja hal yang terjadi pada mereka memang bisa terjadi.

Adegan yang paling saya suka adalah ketika Jasmine memberikan bunga mawar biru kepada pelaku pemboman, saat sidang. Momen inilah yang membuat saya mengerti apa sebenarnya isi dari keseluruhan cerita dalam buku ini. Penerimaan, pengikhlasan, memaafkan, semuanya terangkum dalam kejadian itu. Tidak bisa tidak, saya sempat meneteskan air mata haru akan besarnya rasa hormat Jasmine kepada Tegar sampai-sampai ia bersedia memaafkan pelaku pemboman yang menjadi penyebab kematian Ayah mereka, lalu ibu mereka yang delusional. Ah, saya harus belajar lebih banyak dari peristiwa ini.

Jadi saya rasa empat bintang layak bersanding dengan Senja bersama Rosie. :)
Agustus 11, 2012

The Lost Java


Judul Buku :  The Lost Java
Penulis : Kun Geia
Editor : Baharuddin dan Ika Yuliana K.
Penerbit : IG Press
Tebal : 366 halaman, paperback
Cetakan Pertama : Juni 2012
ISBN : 978-602-18409-0-0


Semenjak munculnya The Inconvenient Truth yang dibawakan Al Gore ke tengah tengah penduduk dunia, kita dihadapkan pada satu fakta yang tak terelakkan lagi, kalau suhu Bumi memang mulai memanas, istilah kerennya global warming. Melelehnya gletser-gletser di kutup pun di pegunungan bersalju, termasuk di Jaya Wijaya, negeri kita sendiri, adalah salah satu buktinya, yang juga menyebabkan kenaikan permukaan air laut beberapa tahun terakhir ini. Well, kalau film sih sudah banyak yang mengambil latar fenomena ini, tapi rasanya tidak demikian dengan novel.

Sampai suatu hari seorang teman mempromosikan buku ini kepada saya. Cocok sih, karena saya sangat suka hal-hal yang berhubungan dengan fiksi ilmiah, baik Film maupun Novel. Nah, berhubung di buku ini tidak dituliskan sinopsisnya, ad abaiknya saya mengawali review ini dengan sedikit bocoran kisahnya.

Kisah berawal dari 29 tahun ke belakang, tanpa waktu yang jelas (karena di novel ini hanya diberikan tanggal dan bulan tanpa tahunnya) seorang anak laki-laki lahir dan sayangnya mengalami kelainan jantung. Di usianya yang kesembilan bulan kemudian, ia diberi bantuan jantung buatan yang setelah sepuluh tahun kemudian bisa dilepas karena jantung aslinya diharapkan sudah mengalami perbaikan.

Dr. Gia Ihza, M.Sc, 29 tahun kemudian anak lelaki itu telah menjadi seorang ilmuwan di bidang kimia. Mewakili Indonesia, ia berbicara singkat di depan panel ilmiah iklim internasional tentang bahayanya global warming. Setelah acara selesai, ia diberi kabar dari Indonesia untuk segera pulang, ada hal yang jauh mendesak untuk dipenuhi.
Lelaki ini ternyata tergabung dalam kelompok Ilmuwan Garuda Putih Lab, sebagai general manager lab, di mana kelompok ini sedang meneliti dan mencoba menyelamatkan dunia dari dampak pemanasan global. Dipimpin tiga orang ilmuwan yang bertempat tinggal di tiga lokasi yang berbeda, mereka memiliki misi untuk menciptakan hujan salju di kutub sampai bisa menurunkan suhu sehingga gas metana yang tersimpan di dalamnya tidak keluar. Metana adalah salah satu gas rumah kasa yang memiliki dampak 25 kali lebih parah daripada CO2, sehingga benar diperlukan penanganan khusus terhadap ratusan ribu kubik lebih gas tersebut yang terpendam dalam es kutub.

Tapi ada kelompok Dark Star Night milik zionis yang berupaya menggagalkan rencana para ilmuwan ini. Tanpa disadari, ada mata-mata yang membocorkan info-info penting dari GarPu Lab ke Dark Star Night. Untuk itu Gia dan teman-teman ilmuwannya harus segera pergi ke Antartika meledakkan peluru peluru nuklir yang juga berisi perak iodide ke awan-awan tertentu agar mampu menurunkan salju di tempat itu.

Berhasilkah Gia dan teman-temannya? Sedangkan kaum Zionis semakin mengancam keselamatan manusia di seluruh dunia..

Saya pertama kali membaca science fiction milik penulis Indonesia kayaknya waktu masih duduk di bangku SMP. Judul bukunya Area-X, semenjak itu saya jatuh cinta terhadap buku ataupun film bertemakan science fiction. Buku itu adalah salah satu karya anak negeri yang sanggup membuat saya bertahan membacanya dari awal sampai akhir dan sampai susah berhenti bacanya XD

Tadinya saya berharap novel tentang global warming ini juga begitu, berhubung salah satu film yang sangat berkesan tentang global warming ini adalah The Day After Tomorrow jadi saya benar-benar mengharap lebih untuk novel dalam negeri. (Berharap kan boleh aja yah). Well, ternyata saya salah memberikan penilaian awal dan ekspektasi awal. Ditambah sinopsis yang biasa aja, (bahkan lebih banyak endorsmentnya daripada sinopsis di buku ini) dan banyaknya keterangan membuat jalan ceritanya kaku.

Sebuah buku science fiction memiliki sinyal kelemahannya sendiri, terutama dalam menyajikan data-data ilmiah yang diharapkan bisa luwes masuk ke dalam cerita. Di buku ini memang ada banyak fakta ilmiah global warming yang dimasukkan, termasuk data-data Negara dan di bagian akhir bahkan disertakan jenis tanaman apa yang bisa mengurangi polusi udara. Yah, semuanya dalam bentuk tabel. Adalagi beberapa catatan kaki yang berkelimpahan di buku ini, bahkan beberapa hal yang dijelaskan menurut saya adalah suatu hal yang umum, seperti keterangan apa itu UNESCO, Eskimo, dan NASA.
-____-“
Selain itu detail yang terasa tak perlu juga dijelaskan di buku ini, seperti seperti apa bentuk Pesawat Jet Cessna 525C, Mobil phantom Couple, identifikasi scanner retina, dan ah.. beberapa hal lainnya.

Lalu kalimat-kalimat yang digunakan, saya cukup.. kecewa. Boros. Saya tahu menulis novel itu suasahnya bukan main, apalagi kalau jumlah halamannya dirasa kurang banyak. Tapi untuk pemborosan kata, saya rasa nggak perlu deh. Mendingan tipis tapi nyaman dibaca daripada kepanjangan tapi intinya gitu doank. Saya ambil contoh ya :

”Tidak tampak retakan sedikitpun di setiap jengkalnya. Semua molekul cat berpigmen hijau berikatan satu sama lain untuk menutup rapat seluruh permukaan dinding kamar.”-Hal. 9

”Semua pelayanan pasca melahirkan tetap tidak dapat memberikan pengaruh besar manakala hati yang gundah tak jua mereda, manakala pikiran yang kalut tak lagi memberi ketenangan rasa.”- Hal.11

Dan..
Ah, dua aja cukup ya, daripada kepanjangan. XD

Saya paham kalau penulis merasa perlu menambahi kisah cinta yang Islami di buku ini, tetapi sampai harus ada option menikah lagi? Poligami? What The... aduh, nggak banget deh. Nggak perlu begituan deh menurut saya, nambah kegaringan aja. -___-

Sebenarnya saya suka dengan ide utama cerita, penyelamatan bumi dari ancaman global warming. Misi yang terencana (meski eksekusinya kurang mantaap), konflik yang memuncak, serta unsur-unsur Islami di buku ini, semuanya membuat saya gemes, kecewa karena sayang banget buku ini masih belum memuaskan saya.

Lalu Ending. Aaaaa... Endingnya bikin saya gegoleran di kasur buat ndinginin kepala. Masa iya gitu doank sih endingnya? Nggak selese dengan lengkap. That’s it. Gitu aja.
Dan saya secara jujur kurang suka dengan tokoh Gia di sini. Gentle sih, tapi nggak spesial.

Well, saran saya yang utama untuk buku ini kalau-kalau dicetak ulang, singkirkan itu sebagian besar endorsment. Sisakan sedikit saja. Beri ruang untuk sinopsis, karena sebuah buku tanpa sinopsis akan jarang dilirik pencinta buku yang sedang memilih-milih buku di toko dengan ekstra hati-hati karena budgetnya sedikit, contohnya saya.

Oh, satu lagi. kenapa mbangun lab tersembunyinya di Pulau Jawa? Kenapa ngga di Kalimantan, di sana kan lebih aman secara geologis. Sedang Pulau Jawa kan rawan gempa dan longsor dsb.

Salam,

Salam,