Slide Show

Juli 30, 2012

The Journeys 2 – Cerita dari Tanah Air Beta



Judul Buku : The Journeys 2 – Cerita dari Tanah Air Beta
Penulis : Alanda Kariza, Fajar Nugros, dkk
Editor : Resita Wahyu Febriatri
Penerbit : Gagas Media
Cetakan Pertama : 2012
ISBN : 978-780-550-6
Tebal : 256 halaman, paperback



Indonesia adalah negara yang luar biasa besar, bayangkan saja, dengan lebih dari 17 ribu pulaunya (yang semoga sampai sekarang bener-bener masih ada segitu) tak heran jika banyak objek wisata yang luput dari ekspose dunia luar. Pantai, pegunungan, hutan, dan ada begitu banyak kota di Indonesia dengan keistimewaannya masing-masing membuat kita sebenarnya memiliki kekayaan budaya yang luar biasa dibandingkan negara kepulauan lain. Jadi benar bisa ditebak bahwa trend buku perjalanan akan selalu ada dan beredar di Indonesia, seperti salah satunya buku The Journeys 2 ini yang ditulis oleh 12 orang dengan perjalanannya ke berbagai daerah di Indonesia.

Cerita favorit saya dari Windy Ariestanty yang niatnya akan berlibur bersama 5 orang teman-teman kuliahnya di Pulau Sempu, tak jauh dari Kota Malang. Pulau Sempu adalah pulau yang masih eksotik, masih sepi dan pantainya sungguh cantik. Setidaknya itu dan semangat lima temannya yang membuat Windy bertahan mengiyakan ajakan berlibur tersebut meski sebenarnya ia punya pengalaman buruk dengan Pantai. Nah, di Pulau Sempu mereka harus bertahan hidup sampai kapal yang akan menjemput mereka datang esok sore, masalahnya adalah stok bahan makanan dan air minum malah ketinggalan di dermaga pemberangkatan. Hihi, jadi bisa kebayang donk, enam orang mahasiswa yang niatnya liburan malah harus survival di tengah pantai terpencil.

Untuk kisah-kisah lainnya, masih ada cerita Trinzi yang travelling ke Lombok bersama Mamanya, berdua saja (ini seru banget deh pasti. Jadi punya ide buat kapan-kapan nyoba travelling berdua dengan anak saya.XD). Ada kisah Jflow di Maluku dengan orang-orangnya yang super easy going. Ve Handojo yang berburu batik ke Trusmin, Cirebon dan masih banyak lagi.

Nah, lalu apa yang membuat saya memberikan nilai dua bintang doank untuk buku ini?

  1. Ceritanya kurang... renyah. Bahkan cenderung ada kisah yang membosankan seperti di Boven Digoel, atau cerita di Salatiga yang nggak yakin sebenernya mau nyeritain apanya Salatiga.
  2. Pengulangan kota. Indonesia kan memiliki banyak sekali kota, lalu kenapa ada dua kali cerita tentang Bali dan dua kali cerita tentang Lombok? Kenapa nggak cari cerita di Kota Lain, suatu tempat di Kalimantan atau Sumatera misalnya?
  3. Kalaupun terpaksa dilakukan pengulangan, ada baiknya (menurut saya) kalau cerita Lombok, Saya dan Mama diletakkan lebih awal daripada kisah Alanda Kariza yang juga membahas tentang Lombok. Apa hal? Karena dijelaskan bahwa saat Trinzi dan Mamanya mendarat di Bandara Selaparang, Lombok dan Bandara Praya masih dalam tahap pembangunan. Sedangkan di cerita Alanda menjelaskan bahwa ia mendarat di Bandara Praya yang sudah mulai beroperasi dan Bandara Selaparang sudah tidak lagi. Yah, ini hanya masalah pendapat saja sih sebenarnya.
  4. Cover buku ini kurang ngejreng dan typonya masih bertebaran. Butuh proofreader baru kah? *nyengir kalem. Oh tapi saya suka layout dan foto berwarna yang bertebaran di dalam buku.
  5. Ada baiknya kalau The Journeys bukan hanya menceritakan perjalanan, tapi juga keistimewaan tempat itu sendiri. Bukan hanya cerita yang berlatar kota itu tapi sebenarnya membahas hal-hal lain yang ngga penting.
  6. Satu cerita milik Travel Junkie Indonesia yang secara pribadi saya rasa nggak tepat masuk ke buku ini. Halloooo.. Ini kan buku yang nggak masang aturan baku umur, temanya juga tentang Indonesia. Jadi ngapain cerita tentang hal-hal naturist segala? Meski mereka ada di Negara kita, tapi kan ada banyak hal yang lebih bisa dieksplore tentang kekayaan budaya Indonesia daripada mbahas begituan? Mbak Editor, bagai mana ini kok bisa lolos?
  7. Oh ada lagi, Filosofi Koper ini mengingatkan saya akan filosofi serupa yang saya temui di buku Windy –Live Traveler. Kok sama ya? Ah, mungkin karena memang koper mengingatkan kita semua tentang proses pemilihan.. *barangkali..

Jadi ya.. begitulah.. saya lebih suka cerita di buku pertama daripada buku kedua ini. Sebagai pembaca, tentunya saya berharap kalaupun ada seri ketiganya, saya akan lebih puas membaca kisah-kisahnya. :)
Juli 29, 2012

Senja di Chao Phraya




Judul Buku : Senja di Chao Phraya
Penulis : Endah Raharjo
Pemerhati Aksara : F. Winiarrum & Denieka
Penerbit : LeutikaPrio
Cetakan Pertama : 2012
Tebal : 326 halaman, paperback
ISBN : 978-602-225-432-4






Akhirnya saya mengkhatamkan buku ini. Sejak awal buku ini muncul di Goodreads, saya sudah tertarik dengan judulnya. Well, juga covernya, yang mengundang rasa penasaran tentang Senja di Chao Phraya.

Larasati adalah seorang wanita berusia 44 tahun yang memiliki pekerjaan sebagai seorang antropolog. Ia janda beranak dua, Mega dan Angka yang sudah remaja. Pekerjaan Laras sebagai Antropolog sering mengharuskan dia pergi ke luar negeri, kali ini ia mendapatkan kontrak kerja dengan sebuah lembaga penelitian di Bangkok selama hampir setahun dari 2008-2009. 

Sungai Chao Phraya gambar dari photos.igougo.com

Suatu hari ia bertemu dengan Osken O’Shea, seorang sosiolog berumur 50-an keturunan Kazakhstan dan Irlandia. Pertemuan mereka berawal di restoran, sampai secara tidak sengaja bertemu lagi di boat yang akan melintasi Sungai Chao Phraya. Semenjak itu mereka sering bertemu bersama dan dari obrolan-obrolan ringan mereka, mulai terpercik benih-benih cinta. Pernah sekali Laras mencoba mengelak dari perasaan itu tepat ketika mereka akan pergi kencan, tapi ternyata sia-sia, sekuat apapun Laras mencoba menghindar, takdir mempertemukan mereka kembali. Dan rasa cinta itu makin kuat.

Pun setelah Laras kembali ke Jogja, rumah tempatnya berteduh dan tempat dua mata hatinya berada, rasa rindu sering mengentak dada Laras untuk kembali menemui Osken. Tapi pelan-pelan Laras sadar masa depan cintanya dengan Osken terancam berjalan tidak mudah. Apa kata orang tua kalau ia akan menikahi seorang bule? Perbedaan ras, perbedaan adat, perbedaan budaya, terutama lagi perbedaan agama yang jelas jelas ada. Serta kebiasaan yang berbeda, anak-anaknya yang telah 5 tahun ini terbiasa hidup bersandar hanya dengan Laras seorang, maukah mereka membuka kesempatan bagi Osken untuk masuk ke keluarga mereka?

Mampukah Laras mempertahankan cintanya? Atau ia harus memilih Osken atau orang-orang terkasihnya?

Rasanya ada yang kurang saat saya menutup lembar terakhir buku ini. Kenapa? Pada dasarnya ide cerita di buku ini bisa kita temukan di banyak novel romance (atau bahkan di kehidupan nyata itu sendiri) seorang wanita Indonesia jatuh cinta dengan lelaki bule. Yang membedakan adalah bagaimana Penulis menceritakan kisah ini dengan kerumitan hidup si Laras. Ia Janda beranak dua.

“Menjadi janda juga serba saah. Bila memilih sendiri, para istri akan mencurigainya sementara para suami sembunyi-sembunyi mengganggunya. Bila memutuskan berpacaran, orang-orang akan menuduhnya gatal. Bila berniat menikah lagi, tak sedikit yang menudingnya tega menelantarkan anak-anaknya dan melupakan suaminya. Suami yang telah tahunan terkubur di perut bumi dan tak mungkin bangkit lagi.”-Hal.199

Miris ya? Mereka itu kan juga manusia, butuh kebutuhan batin maupun fisik seperti halnya yang masih memiliki pasangan. Mereka butuh tempat bercerita, berkeluh kesah, bersandar, menangis dan banyak hal lainnya yang tidak bisa sembarangan dipinta kepada orang lain.

Secara garis besar, saya suka ide buku ini hanya saja alurnya.. cukup.. lambat, dan sedikit memusingkan karena maju mundur maju mundur, tapi dalam kapasitas mengenang. Saya baru menemukan ketegangan ketika masuk di Bab Merapi mulai meletus, akhir tahun 2011. Bab 32 dari total 55 bab. Osken yang memutuskan berkunjung ke Jogja mulai mengenal orang tua dan anak anak Laras, dan sedikit demi sedikit pertentangan mulai terjadi. Nah sebelum bab itu, rasanya percintaan mereka biasa-biasa aja. Iya sih, memang ada kekhawatiran Laras yang sudah sejak jauh hari dimunculkan, tapi tetep gregetnya kurang. :D

Lalu konflik kemanusiaan yang bertebaran di buku ini. Tak hanya di Bangkok, yang manjadi sebagian besar latar cerita, tapi di Jogja saat terjadi erupsi Merapi juga dikisahkan sedikit tentang korban-korban benacana alam ini. Lalu Osken yang juga sering mengurusi misi kemanusiaan membuka pengetahuan saya akan negara-negara dunia ketiga lainnya yang kondisi rakyatnya masih memprihatinkan, terutama wanita dan anak-anak.

Untuk tokoh yang saya suka dari cerita ini? Saya suka Osken daripada Laras. Hihi, mungkin karena Laras lebih sering galau ya daripada Osken (ya iyakali, Laras kan cewek, lebih sensitif. :D). Osken adalah tipe lelaki yang pantang menyerah, ketika ia sayang dengan seorang wanita ia benar-benar memberikan semuanya untuk wanita itu (dalam hal ini Laras, tentu saja), waktu, perhatian, kasih sayang, anything. Osken juga tipe lelaki langka (saya harus mengakui ini saudara-saudara), Ia tipe lelaki yang sangat menghormati wanita, semua wanita. Suatu sikap yang saya rasa makin sulit kita temukan saat ini, karena banyak laki-laki yang tidak menghargai wanita sebagai manusia.

Singkat kata, semua yang ada di buku ini cukup untuk membuat saya memberikan tiga bintang bagi buku ini. :)

Satu quote yang saya suka di buku ini. 
Ini hidupku, aku punya hak untuk bahagia dengan caraku.

Sedikit tentang Penulis :

Latar belakang Endah Raharjo adalah arsitek dan pernah belajar mengenai Urban Studies and Planning. Studinya diselesaikan pada tahun 1987. Tapi selama ini ia tidak pernah serius berkarya sebagai artistek. Semua proyek yang ia kerjakan sejak tahun 1988, berhubungan dengan kepenulisan.

Atau Anda juga bisa menikmati tulisan tulisan Endah lainnya di http://endahraharjo.blogspot.com/

Silakan berkunjung :)
Juli 27, 2012

Friday Recommendation #3



 Syarat buat ikutan :

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.

2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.

3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.

4. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah post ini (di Ren's Little Corner), sehingga pembaca bisa blog walking.

Hari Jumat ini saya hampir saja lupa sama meme yang satu ini. >_< *pikun

Buku yang saya rekomendasikan untuk diterjemahkan hari ini bergenre teenlit. 

 


Yaaa... biar sudah emak-emak, tapi boleh donk sesekali genre bacaannya macam anak muda begini. Kan saya masih muda :D

Kenapa saya merekomendasikan buku ini buat diterjemahin? 
Ya.. karena buku ini bahasanya ringan, udah gitu isinya juga khas anak muda jaman sekarang (emm.. mungkin dari jaman dulu juga sih) yang senengnya hura hura.. easy going pake banget. XD

Daaan.. semoga mereka menemukan hikmah setelah membaca buku ini. (eh ciyeeh, bahasa guee..)

Sinopsisnya yaa.. 

If given the opportunity, what sixteen-year-old wouldn't jump at the chance to move in with a friend and live parent-free? Although maybe "opportunity" isn't the right word, since April had to tell her dad a tiny little untruth to make it happen (see #1: "Lied to Our Parents"). But she and her housemate Vi are totally responsible and able to take care of themselves. How they ended up "Skipping School" (#3), "Throwing a Crazy Party" (#8), "Buying a Hot Tub" (#4), and, um, "Harboring a Fugitive" (#7) at all is kind of a mystery to them.
In this hilarious and bittersweet tale, Sarah Mlynowski mines the heart and mind of a girl on her own for the first time. To get through the year, April will have to juggle a love triangle, learn to do her own laundry, and accept that her carefully constructed world just might be falling apart . . . one thing-she-shouldn't-have-done at a time.

 Buat reviewnya, sedikit saya pernah bahas di sini :)

Jadi, ini buku rekomendasi saya minggu ini. Kalau punyamu apa? :D
Juli 26, 2012

Character Thursday 19

Apa sih Character Thursday itu?

Ini posting blog yang secara khusus membahas salah satu tokoh yang kita anggap unik, berkesan (positif atau negatif) dari buku yang sedang atau pernah kita baca tiap minggunya.





Syarat Mengikuti :

1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di box di bawah button (cukup copas saja kode itu di posting atau di sidebar kalian).
3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu.
4. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: "Nama blogger @ nama blog", misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
5. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…


Kemarin saya baru selesai membaca Mockingjay. Ya, serial terakhir dari Trilogi Hunger Games yang beberapa saat lalu marak banget dibicarakan.

 

Tokoh yang saya ambil untuk CT hari ini adalah Katniss Everdeen.
Sang tokoh Utama. Survivor. Pemenang.







Siapa Katniss?

Dia adalah tokoh utama yang membenci kekuasaan Capitol atas perbudakan terhadap Distrik-Distriknya. Katniss memenangkan Hunger Games sehingga ia menjadi pemenang yang dielu-elukan di seluruh Distrik. Katniss juga kelak dianggap sebagai Mockingjay, simbol dari pemberontakan.


Awalnya, tokoh Katniss ini benar benar membius saya di buku satu sampai dua. Ketegaran dan kekuatan serta kemampuannya saat pertarungan Hunger Games atau Quarter Quell sangat mengesankan. Katniss adalah anak perempuan yang sangat mencintai keluarganya, dia bahkan rela menukarkan peran menggantikan adiknya yang sebenarnya terpilih untuk ikut Hunger Games ke 74.

Katniss mampu bersikap kejam dan berbelas kasihan sekaligus. She is special.

Tadinya sih begitu yang saya pikirkan.

Sampai saya membaca Mockingjay. Setelah membaca seri ketiga itu, ada perubahan besar dalam diri Katniss. Dia berubah menjadi gadis yang.. tidak tangguh. Pembangunan karakter yang apik di buku satu dan dua tiba tiba saya rasakan hancur di buku ketiga ini.

She is not special.

Anymore.

Udah gitu kisah cintanya yang young adult banget. cinta segitiga gitu, antara iya iya kucing dengan nggak nggak tapi ngangguk.

Begitulah sedikit cerita saya tentang Si Katniss ini.

Maap kalo kalo fansnya pada ngga suka curhat saya :p
Juli 25, 2012

Wishful Wednesday #20

Saya tipe cewek yang suka banget bertualang. (Ehm, petualangan dalam arti sebenarnya ya, bukan berarti saya petualang cinta). Saya pernah berkemah di puncak gunung,  pinggir pantai, pinggir hutan (duh jadi kangen masa-masa itu) XD

Tapi saya belum pernah ke luar negeri. Yaaa, poor me. T_T
Karena itu saya senang sekali kalau ada berita tentang travelling di luar negeri, seperti di National Geographic Adventure atau di BBC.
Kali ini yang masuk ke daftarWishlist saya adalah satu buku Karya Agustinus Wibowo yang berkelana di Afghanistan.

Saya punya buku seri keduanya (Garis Batas) di mana Agustinus melakukan perjalanan ke negara-negara -Stan. Tapi di sana ia tidak membahas Afghanistan, karena bercerita tentang satu negara itu membutuhkan satu buku super tebal.



Selimut Debu - Agustinus Wibowo (BukaBuku.com)

 Pada setiap langkah di negeri ini, debu menyeruak ke rongga mulut, kerongkongan, lubang hidung, kelopak mata. Bulir-bulir debu yang hampa tanpa makna, tetapi menjadi saksi pertumpahan darah bangsa-bangsa, selama ribuan tahun.

Aura petualangan berembus, dari gurun gersang, gunung salju, padang hijau, lembah kelam, langit biru, danau ajaib, hingga ke sungai yang menggelegak hebat. Semangat terpancar dari tatap mata lelaki berjenggot lebat dalam balutan serban, derap kaki kuda yang mengentak, gemercik teh, tawa riang para bocah, impian para pengungsi, peninggalan peradaban, hingga letupan bedil Kalashnikov.

Agustinus Wibowo menapaki berbagai penjuru negeri perang ini sendirian, untuk menyibak misteri prosesi kehidupan di tanah magis yang berabad-abad ditelantarkan, dijajah, dan dilupakan. Menyibak cadar negeri cantik nan memikat, Afghanistan.
Pengen punyaaaa... karena itu saya ikutkan Wishful Wednesday saya ini di eventnya perpus kecil yang sedang mengadakan  Giveaway!!

Mau ikutan? Bisa lihat ketentuannya di sini :D



Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Salam,

Salam,