Slide Show

Juli 05, 2012

Chracter Thursday 16


Character Thursday

Adalah book blog hop di mana setiap blog memposting tokoh pilihan dalam buku yang sedang atau telah dibaca selama seminggu terakhir (judul atau genre buku bebas).
- Kalian bisa menjelaskan mengapa kalian suka/benci tokoh itu, sekilas kepribadian si tokoh, atau peranannya dalam keseluruhan kisah.
- Jangan lupa mencantumkan juga cover buku yang tokohnya kalian ambil.
- Kalau buku itu sudah difilmkan, kalian juga bisa mencantumkan foto si tokoh dalam film, atau foto aktor/aktris yang kalian anggap cocok dengan kepribadian si tokoh.
 


Syarat Mengikuti :

1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di box di bawah button (cukup copas saja kode itu di posting atau di sidebar kalian).
3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu.
4. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: "Nama blogger @ nama blog", misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
5. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…


Minggu ini ada beberapa buku yang sedang-telah dibaca, tapi bingung mau menceritakan siapa tokoh yang asyik buat diceritain. -___-"



Jadi pilihan saya jatuh ke buku bacaan ringan ala Roald Dahl berjudul Si Jerapah dan Si Pelly dan Aku.
Tokoh yang akan saya ceritain adalah si Pelly, pelikan yang hijrah dari pinggir laut untuk membangun perusahaan jasa penmbersih jendela bersama teman-temannya, Si Jerapah dan si Monyet :)

Si Pelikan ini tokoh yang kocak, paruh atasnya bisa maju mundur (melesak ke dalam) kalau sedang diperlukan. Terutama kalau paruhnya sedang digunakan sebagai tempat air cuci jendela.Si Pelly ini cerewet, jujur, blak-blakan, polos dan ramah. Duh kalau ketemu pelikan kaya gini pasti seneng banget deh..



Makanan favoritnya ikan salmon. meski ia mau makan apa aja asalkan ada 'ikan'nya. termasuk tukang ikan. :))

"Aku pernah dengar ada pai ikan, perkedel ikan, dan keripik ikan, tapi aku belum pernah mendengar tentang tukang ikan. Apakah tukang ini enak dimakan?"

Ini tokohku di hari kamis ini. punyamu mana? :)

Layla Majnun ~ Pengantin Surga


Judul Buku : Pengantin Surga
Penulis : Nizam Ganjavi
Penerjemah : Ali Nur Zaman
Penyunting : Salahuddien Gz
Penerbit : Dolphin
Tebal : 256 halaman, paperback
ISBN : 978-979-17998-3-6


Kalau saya disuruh menyebutkan kisah cinta yang melegenda, maka saya akan menyebut Layla dan Majnun di antara beberapa kisah cinta lainnya. Padahal sebenarnya saya belum tahu kisah lengkap mereka seperti apa, nah rasa penasaran itu yang membawa saya begitu bersemangat saat membuka halaman awal buku ini. Siapa Layla? Siapa Majnun? Seperti apa kisah cintanya?

Alkisah di Arabia pada suatu masa hiduplah seorang anak lelaki bernama Qays, Ayahnya bernama Sayd Omri, seorang penguasa Badui atas Suku Bani Amir. Qays jatuh cinta kepada Layla, seorang gadis anggun berparas jelita. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, tetapi ternyata jalan percintaan mereka tidaklah semudah awalnya. Ketika banyak gosip tersiar, kabar burung beredar, orang tua Layla mengambil tindakan untuk mengurung anak mereka di dalam rumah.

Qays adalah seorang Pencinta, terpisah dari belahan hati adalah sebuah siksaan yang menyengsarakan perasaannya. Dengan apa ia bisa membawa rindu kepada Layla? Maka lewat angin ia berkisah, dalam bentuk jalinan kata yang memabukkan siapa saja yang mendengar denting indah yang keluar dari bibir Qays. Tapi kelamaan, Qays dianggap tidak waras lagi. Ia lebih sering dipanggil ‘Majnun’ yang berarti ‘orang tidak waras’, karena rasa cintanya yang sedemikian besar terhadap Layla. Orangtua Qays sudah mencoba melamar Layla, tetapi Ayah Layla terlalu angkuh untuk menikahkan anak gadisnya dengan Qays. Maka tetaplah Qays menjadi si Pujangga cinta berbekal rasa rindunya yang berkerak untuk Layla seorang.

A scene from Nizami's adaptation of the story
Jika Qays sedemikian bebas mengumbar rindu untuk kekasihnya, tetapi tidak demikian dengan Layla. Ia sebagai anak perempuan, sebagai wanita, memiliki keterbatasan dalam menampakkan kerinduan yang ia pikul terhadap Qays. Layla membisikkan rindunya terhadap angin, berharap Qays mendengarkan kepiluan yang juga mendera hati dan perasaannya.

Apakah dua kekasih ini bisa bersatu lagi?

Ah, membaca kisah Qays dan Layla di buku ini sejak awal membuat saya tersenyum-senyum pilu sambil kasihan membayangkan kegilaan Qays atas cintanya terhadap Layla.
Tetapi semakin lama membaca, saya perlahan menyadari bahwa kisah Layla Majnun bukanlah romantisme picisan antara dua orang, pertentangan orang tua, lalu kegilaan karena cinta.

Awalnya memang saya sempat jengkel bukan main terhadap pribadi Majnun yang nggak easy going (ceileh), kenapa nggak putusin aja itu Layla, lalu cari cewek lain? Kenapa harus menyiksa diri di pedalaman hutan, berteman dengan hewan, makan hanya rerumputan dan jauh dari hiruk pikuk keduniawian? Tapi ternyata hal-hal itulah yang membuat cerita ini berkaitan erat dengan ajaran sufi. Seperti kata sang editor buku ini di akhir cerita, yang saya sempatkan baca duluan karena tertarik dengan perenungan ini dan membawa saya melihat dalam sudut pandang berbeda para pencinta.

Hasht-Bihisht Amir Khusro Walters

Layla Majnun memang sering dianggap sebuah cerita yang mewakili ke-sufi-an seorang Hamba terhadap Tuhannya.Berikut kutipan yang saya ambil dari artikel tentang Laila Majnun Sufism
Kita adalah Majnun, untuk dapat masuk dan larut dalam Cinta Ilahi, kita harus menghilangkan ‘kesadaran’ atas diri kita sendiri dan menemukan Diri kita dalam Sang Kekasih.
Sufisme pada dasarnya adalah Jalan Cinta, dan para pencari adalah pencinta yang mencari Sang Kekasih Abadi. Ketika pencinta dan Sang Kekasih menyatukan semuanya, yang tersisa adalah Cinta. (Amat-un-Nur. 15th Sept. 2008.)

Seperti yang disarankan oleh seorang sahabat, kenikmatan membaca buku ini terletak dari pilihan kata – katanya. Cantik, puitis-melankolis-abstrak kalau saya simpulkan dalam tiga kata. Sedangkan kisah Majnunnya? Perlu dilihat dari kacamata cinta yang tak biasa, kesengsaraan yang kita lihat atas dirinya ternyata adalah kekayaan yang ia rasa dan ia miliki. Dengan membunuh ‘kerakusan’ dalam dirinya, ia merasa menemukan cinta yang sebenarnya, cinta yang penuh, yang utuh dan suci.

Pantaslah kalau cerita ini sangat populer, telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, telah difilmkan dan diilustrasikan berkali-kali..

Saya setuju, seperti yang dikatakan Damar Shashangka, penulis novel Sabda Palon. “ Kitab agung yang diterjemah dan disunting dengan sangat indah ini sungguh mampu menembus hakikat cinta para sufi.”


Juli 04, 2012

Wishful Wednesday #17

Hari Rabu, satu buku lagi untuk dipengenin. :D

Kali ini singkat aja, (berhubung masih ketimbun UAS dan tugas), saya lagi penasaran sama satu buku yang udah lama diterjemahin di Indonesia, tapi aku malah baru tau kemarin kalau udah diterjemahin.

Judulnya


ratingnya biasa aja sih cuma karena review beberapa orang temen di GR kayaknya pada nggak puas, malah membuatku penasaran sama cerita fantasi ini.

Sedikit sinopsisnya :

Kunci itu.
Sebelum kugunakan pun, aku sudah tahu.
Kunci itu sangat pas, seakan memang di sana tempatnya.
Kubuka pintu, melangkah ke luar, dan ternganga...

Reason Cansino tahu-tahu mendapati dirinya di tengah jalan asing, diguyur hujan salju. Melalui pintu belakang rumah neneknya, Reason berpindah tempat ribuan kilometer dari Sydney ke negeri asing!
Ia terpaksa mengakui bahwa sihir memang ada.
Namun seperti ibunya, neneknya, dan teman-teman barunya, Tom dan Jay-Tee, Reason harus menerima takdir sihir yang mengalir dalam darahnya. Takdir yang akan membuatnya terjebak dalam dilema, sekaligus menjawab semua pertanyaannya selama ini

 And guess what, apa alasan yg bikin aku nggak ngerasa pernah ngelihat buku ini di toko buku?


Karena cover versi terjemahannya serem, biasa banget dan aku nggak suka. jadi mungkin otakku udah menyortir buku ini dari ingatan sehingga dulu mungkin pernah lihat tapi terus lupa.. :))


Penasaran sama cover versi Indo nya? Nih dia..




Mari berharap Sang Penerbit akan menerbitkan ulang dengan cover lebih elegant -___-"




Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Juli 02, 2012

Unforgettable


Judul Buku : Unforgettable
Penulis : Winna Efendi
Editor : Rayina
Penerbit  : Gagaas Media
Tebal : 176 halaman, paperback
Cetakan kedua : 2012
ISBN : 979-780-541-7



Manis.

Kalau novel ini boleh saya ungkapkan dalam satu kata, maka kata itu yang keluar.

Unforgettable bercerita tentang sebuah pertemuan antara wanita dan pria di Muse, sebuah lounge dengan desain rumah sederhana yang hangat dan menjadi pelampiasan bagi mereka yang betah sendiri. Seperti dua orang yang tidak saling mengenal itu.

Sang Wanita adalah adik dari pemilik Lounge, dibalik layar laptopnya yang berkedip kedip, wanita ini lebih suka menghabiskan malam di sudut ruang Lounge. Mengamati orang-orang yang singgah, mereka yang berceloteh ria atau sekedar mampir melepas lelah. Sampai ia mulai sering mengamati Sang Lelaki.

Sang Lelaki ini adalah seseorang yang membutuhkan tempat untuk berhenti sejenak dari rutinitas kerja dan hidupnya yang statis. Begitu ia melihat Sang Wanita, ia tahu bahwa ada kesamaan antara mereka.

Berawal dari perbincangan ringan kemudian berlanjut sampai bertukar rahasia mendalam. Seperti itulah yang terjadi dengan dua orang yang awalnya sama sekali tidak mengenal. Dua orang yang buta identitas. Yang mereka miliki adalah penggalan kenangan-kenangan serta mimpi masa depan yang diceritakan bersama.

Diiringi wangi wine dan hangatnya Muse, kisah dua orang ini memiliki kekuatannya sendiri. Akankah mereka bahagia bersama selamanya atau suatu saat yang satu akan meninggalkan yang lainnya? Sebab mereka tak saling meninggalkan nama untuk dikenali atau alamat untuk dicari.

Saya sudah dua kali ini membaca novel dengan ketidak laziman penggunaan tanda baca. Yang pertama adalah The Road oleh Cormac Mc Carthy dan yang kedua adalah Unforgettable ini. Keduanya tidak menggunakan tanda petik dalam percakapan, tetapi di The Road saya masih mampu mengenali yang mana percakapan dan yang mana yang bukan, sebab ada alinea yang menjorok ke dalam jika kalimat itu merupakan percakapan. Sedangkan di Unforgettable, saya rasa ada ketidakkonsistenan bentuk tulisan yang entah disengaja maupun tidak.

Di awal, percakapan Si Wanita dengan Layla (calon kakak iparnya) ditulis dengan huruf miring. Percakapan Si Wanita dengan Si Pria pada halaman 22 ditulis demikian juga, tetapi di halaman 39, perkataan Si Lelaki ditulis tidak dengan huruf miring, tetapi justru penjelasannya yang ditulis miring. Begitu berlanjut sampai akhir, sampai kadang saya bingung apakah cerita ini didongengkan oleh tokoh utama sendiri atau oleh penulis sebagai tuhan dalam cerita?

Belum lagi suasana yang hadir bukanlah suasana rumah kuno seperti di Indonesia, menurut saya lebih cenderung terlalu Eropa, mungkin karena pengaruh Wine ya? Ada banyak Wine yang disebutkan dicerita ini, rasa dan keharumannya yang berbeda memang menggoda. Tapi bagi saya yang belum pernah sama sekali menghidu (ya, saya menemukan kosakata baru di buku ini! Horeee) Wine, agak kesulitan bagaimana harum arbei bercampur vanili atau kayu manis atau sebagainya -__-”.

Lalu klimaks atau konflik cerita. Hanya terjadi di bagian akhir buku yang membuat saya gemas kenapa sedikit sekali porsinya? Ending yang pas-pasan membuat saya mengakhiri buku ini dengan ketidak puasan yang permanen --”.

Tapi yang saya suka adalah gaya bercerita penulis, oke, lebih tepatnya bahasa yang digunakan penulis. Puitis romantis melankolis. Hehehh..

Satu hal yang saya setujui dari Penulis :

Bercerita lepas memang mudah dilakukan di antara dua orang yang sebelumnya belum pernah mengenal. Karena terkadanag Identitas menjadi pembatas bagi sebuah keterbukaan.


Juni 30, 2012

Kalap karena obral?


Karena sedang musim obral buku, saya rasa berbagi cerita tentang ‘kalap’ ini bolehlah saya bagi di blog ini. Ceritanya kemarin sewaktu pulang kuliah, saya duduk di dekat dua ibu-ibu yang sedang bercerita. Dasar sayanya usil, dan memang percakapan mereka juga cukup jelas terdengar, saya ikut menyimak deh..

Ibu I : “kenapa ya Bu, tiap ke Pasar itu kadang malah beli barang-barang yang nggak terlalu penting. Padahal udah bawa daftar, tapi tetep aja belanja yang lain. Apalagi ada diskon, wah kepinginnya itu beli..beli..dan beli…”
Ibu II : “Lhah memangnya dibeli buat apa Bu, kalo nggak ada di daftar?”
Ibu I : “Ya kan mumpung diskon, mumpung murah. Lumayan buat stock. Atau lumayan bajunya bagus, saya belum punya sepatunya, atau apalah. Ada aja pokoknya, Bu.”

Sampai sini saya merasa Si Ibu I itu kok mirip saya ya.. -___-“

Ibu II : “Ya mungkin ibu belum berdoa waktu masuk ke Pasar.”
Ibu I : “Loh, iya ya Bu? Ada doa masuk pasar?”
Ibu II : “Iya Bu.. doanya sederhana kok (lalu Ibu itu membaca doa masuk pasar)”
Ibu I : “Kalau saya berdoa, apa pasti bisa aman dari kalap Bu?”
Ibu II : “Ya nggak ada jaminan nggak kalap, Bu. Tapi kalau Ibu membaca doa itu paling nggak Ibu ingat Allah. Ibu ingat kalau mereka yang ber-mubadzir itu saudaranya syaithan.”

Dan setelah itu senyum saya hilang seketika.

Saya malu karena setiap masuk ke pusat perbelajaan (bukan hanya pasar) saya hampir selalu lupa membaca doa. Mungkin itu sebabnya saya selalu kalap kalau masuk ke Supermarket atau ke toko buku. Sebab itu dana saya di akhir bulan selalu pas-pasan padahal di awal bulan sudah direncanakan betul bagaimana pengeluaran itu seharusnya diatur. Bagaimana seharusnya pas tanpa perlu berhemat-hemat ria di akhir bulan. 

Semuanya tidak hanya karena obral, tapi juga karena buku baru yang tiap bulan selalu muncul. Buku inceran yang membludak, ngalir terus sedangkan rejeki dana yang masuk pas-pasan. Padahal buku pinjeman juga setumpuk. Padahal beberapa buku jg sudah dihibahkan kepada perpustakaan. Tapi tetep saja ada buku yang tertumpuk, tertimbun, yang jika saya amat-amati, saya malah sedih.

Sedih nggak punya waktu cukup buat ngabisin itu buku (padahal bukunya selalu nambah, kerjaan selalu banyak), tapi di lain sisi saya puas. Puas karena saya punya buku inceran saya, dengan harga diskon, menjadi peng-order pertama (padahal kadang buku yg udah berbulan-bulan dibeli juga belum tentu dibaca secepatnya). Puas karena saya punya buku itu. Titik.

Salahkah saya? Duh, kalau begini rasanya mungkin saya perlu mendisiplinkan diri saya sendiri lebih ketat. -___-“

Dan mungkin saran Ibu di perjalanan itu bolehlah dicoba, agar tidak kalap, agar tidak khilaf.

Salam,

Salam,