Slide Show

Juni 29, 2012

Believe


Judul Buku :  Believe
Penulis : Morra Quatro
Editor : Raylina
Penerbit : Gagasmedia
Cetakan Pertama 2011
Tebal : 212 halaman, paperback
ISBN : 979-780-526-3



Pernah merasa jatuh cinta? Pasti rasanya kaya iklan permen itu, apa namanya?Hmm yang punya tagline berjuta rasanya.
Lalu pernahkah saat jatuh cinta, kamu dipisahkan oleh jarak?
Gimana rasanya? Pasti berat ya kalau harus setia? Atau kamu tipe lainnya, yang selalu setia meski jarak memisahkan?

Tema itu yang diangkat penulis di buku ’Believe’ ini.Tentang Langit yang harus melanjutkan kuliah di Kairo dan harus meninggalkan Layla, kekasihnya di Indonesia. Biru, begitu biasa Langit emanggil gadis itu adalah seorang gadis yang energik, luar biasa setia dan luar biasa pencinta, kalau boleh saya simpulkan. Jarak membuat keduanya harus berusaha benar-benar percaya bahwa kelak hubungan mereka akan lenggang sampe ke jenjang pernikahan, mungkin sampai menjadi aki-aki nini-nini, bahagia. Tapi mampukah bermodalkan ’believe’ cinta mereka dapat awet?

Sebenarnya ada yang saya harapkan lebih ketika menyimak rating buku ini di goodreads. Okelah nggak besar-besar amat, tapi pasti ada ’something’ yang bisa membuat mereka mau memberikan empat atau tiga bintang. Tetapi ternyata saya kecewa. (cieeh..)

Datar.

Itu kesan saya terhadap percintaan Langit dan Biru (dan entah kenapa penulis memilih nama ini, mungkin biar romantis ya?). Okelah mereka berpisah, terus gimana? Bukannya menceritakan kisah mereka, drama percintaan mereka, cinta segitiga atau kalau perlu segiempat kek, lha kok masing masing tokoh utama malah bercerita tentang kisah cinta orang lain?

Saya masih berbaik sangka, bahwa dalam cerita cerita yang diceritakan oleh Langit dan Biru, masing-masing memiliki kekuatan ’believe’ yang jadi judul buku ini. Seperti Egit dan Zie, Wolf dan Rara, Attar dan Rein atau Jendra dan Jasmine, tapi sesungguhnya bagi saya porsi ’believe’ itu pun sedikit. Kebanyakan bercerita tentang pilihan, tentang bagaimana memilih waktu yang tepat, memilih orang yang tepat, dan doa yang tepat untuk kemudian diaminkan dalam bentuk sebuah kepercayaan.

Ada lagi yang lebih parah, tadinya diceritain lewat dua sosok yang bergantian, Langit dan Biru, tapi ternyata di bagian akhir ada kisah cinta Rara yang juga dimasukkan di buku ini. Kesannya dipaksakan, kenapa satu kasus ini tidak diceritakan dari sudut pandang sama dengan cerita cinta lainnya?

Dan endingnya membuat saya menepuk dahi saya sendiri waktu membaca. What? Buku 200an halaman endingnya gini doank? Okelah saya memang tidak bisa menulis novel atau cerpen yang baik, tapi saya sebagai pembaca membutuhkan cerita yang lebih klimaks, yang bikin gregetan waktu dibaca atau yang bikin air mata mengalir tersedu sedu karena kisah cintanya nggak sesuai tebakan saya.

Yang saya suka dari buku ini adalah beberapa kalimat indah yang muncul di beberapa bagian buku, salah satunya :

”Berarti Tuhan kaya. Tidak Pelit. Kita Cuma perlu berusaha.”, Hal. 44

Ya, semoga penulisnya kelak akan menghadirkan satu novel lagi dengan kisah cinta yang lebih baik dan lebih ’dapet’ feelnya daripada ini. :)

Let The Right One In


Judul Buku : Let The Right One In
Penulis : John Ajvide Lindqvist
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Januari 2011
Tebal : 684 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-6572-9



Blackeberg adalah sebuah daerah pinggiran biasa yang ketika kejadian di buku ini terjadi, daerah itu telah berusia tiga puluh tahun. Di sebuah apartemen di pinggiran kota, Oskar, anak lelaki berusia 12 tahun tinggal bersama Ibunya. Suatu hari Oskar bertemu dengan anak perempuan yang duduk di tempat bermain di dekat apartemennya. Anak perempuan itu terlihat rapuh tapi juga janggal. Di hawa yang dingin ini, anak perempuan itu hanya mengenakan selembar kaos sweater tipis berwarna merah muda.

Anak perempuan itu bernama Eli dan ia tinggal tepat bersebelahan dengan apartemen Oskar. Karena Oskar adalah anak laki-laki yang sering dijahili oleh teman-temannya, kehadiran Eli terasa pas sebagai seorang teman meski Oskar masih merasa aneh dengan sosok Eli. Seakan-akan Eli terlalu cantik, sikapnya dan sorot matanya tidak pas untuk menjadi seorang anak perempuan biasa. Tapi toh daripada berteman dengan Jimmy, anak lelaki yang selalu menghina dan menganiaya dia, Oskar memilih untuk mulai mengenal Eli.

Sementara itu di Blackeberg sedang terjadi pembunuhan brutal yang terjadi berurutan. Dimulai dari seorang anak kecil yang tergantung di hutan dalam keadaan terbalik, darahnya habis padahal di lokasi kejadian tidak ada genangan darah yang seharusnya ada. Kemudian ada seorang pemabuk yang menghilang selama berhari-hari, teman-temannya mulai mengkhawatirkan Jocke, nama pemabuk itu, tetapi tidak tahu harus mencari ke mana.

Tapi ternyata setinggi-tingginya tupai melompat, suatu waktu ia akan jatuh juga. Si Pembunuh yang telah dicari-cari polisi, akhirnya bisa ditangkap ketika ia gagal melakukan aksinya di sebuah kolam renang umum. Tapi sialnya polisi tidak datang tepat waktu, Si Pembunuh sudah terlebih dahulu menuangkan cairan asam ke wajahnya sehingga proses identifikasi makin sulit. Niatnya mungkin bunuh diri, tetapi bukan itu yang terjadi, lelaki masih hidup bahkan dirawat di rumah sakit karena polisi membutuhkan keterangan tentang pembunuhan-pembunuhan yang telah terjadi.

Hubungan Eli dan Oskar ternyata makin dekat, bahkan Eli makin sering mengunjungi Oskar di apartemennya saat malam.

“Oskar…Boleh aku masuk?”
“Ya-a..”
“Bilang bahwa aku boleh masuk.”
“Kau boleh masuk”. (Hal. 246)

Sampai suatu hari Oskar tahu siapa Eli sebenarnya. Alasan mengapa Eli terlihat begitu rapuh. Alasan mengapa Eli hanya bisa bermain dengannya saat malam tiba dan pergi saat pagi. Seperti Romeo dan Juliet, Eli sering meninggalkan pesan kepada Oskar setelah pagi tiba.

”Aku mesti Pergi dan hidup, atau tetap di sini dan mati. Milikmu, Eli”, - Hal. 277

Vampirekah dia?
Atau hanya seorang manusia yang memiliki penyakit tak lazim?
Lalu apa hubungan antara Eli dan Si Pembunuh berantai yang ada di kota Blackeberg?

Nah, jika kamu penasaran, buku ini menyediakan banyak jalinan rumit sebagai jawabannya.

Terdiri dari empat bagian dengan bab-bab yang merupakan hari di mana peristiwa tersebut terjadi, buku yang telah difilmkan ini memiliki keunikannya sendiri. Selain ide cerita yang tidak biasa, jalan ceritanya juga cukup rumit dan mbulet. Kenapa? Karena ada banyak tokoh yang bermain dalam cerita ini yang sialnya saling berkaitan satu sama lainnya.

Pada awalnya saya sempat kesal karena capek membayangkan siapa si A, siapa Si B, yang mana Steffan yang mana Lacke, tapi kemudian seiring ceirtanya mengalir, tokoh tokoh tersebut tersimpan secara sederhana dalam skema yang bisa diingat. Tadinya sih mau saya buatkan rotasi atau perputaran kejadian dengan peran tokoh dan hubungan antarmereka, tapi nanti jadi spoiler donk ah XD


Meski secara jujur perlu saya ungkapkan juga bahwa buku ini suram dan seram saat dibaca, tapi tak bisa tidak justru hal itu yang membuat saya makin tertarik untuk menyelesaikannya. Eli dan Oskar diceritakan dengan penokohan yang kuat padahal karakteristik mereka berlawanan. Eli yang tampak rapuh sebenarnya memiliki kekuatan yang tak terbayangkan akan dimiliki seorang anak kecil, ia memiliki kendali dalam pengaturan nafsunya, kepolosan yang ia tampilkan menutupi sifat buas yang sebenarnya ada dalam dirinya. Sedangkan Oskar adalah sosok khas anak kecil yang sering menjadi korban bullying teman sekolahnya. Ia memiliki dendam yang jauh tersimpan dalam hatinya namun tak pernah benar-benar berani ia ungkapkan. Perasaan kesal itu hanya ia ceritakan kepada Eli, karena ia menganggap hanya Eli yang mengerti rasanya.

Novel ini pernah difilmkan dua kali, sekali dalam judul yang sama, Let The Right One In, Film Swedia yang diputar tahun 2008 dan mendapat penghargaan Founders Award for Best Narrative Feature dan Best European Fantastic Feature Film. Pada tahun 2010, buku ini difilmkan lagi dalam judul Let Me In, dalam seri Amerika.

Tertarik menonton filmnya? Atau membaca bukunya dulu? Apapun yang membuat Anda tergoda menikmati kisah ini, pesan utamanya adalah..

“Hati-hati mengijinkan seseorang masuk ke dalam rumahmu...”





Juni 28, 2012

Character Thursday 15

Hai-hai.. Sudah hari Kamis dan sudah saatnya Character Thursday lagi.
Kali ini saya mau bercerita sedikit tentang Eli, tokoh dalam cerita 'Let The Right One In', yang saya baca dalam rangka baca bareng Gothic Bersama teman-teman BBI.






Eli adalah seorang anak perempuan yang menjadi salah satu tokoh utama dalam buku ini. Umurnya sekitar dua belas tahun, masih muda tetapi bagi Oskar, sang tokoh utama kedua, ada yang berbeda dari tampilan Eli. Sesuatu yang membuat Eli terlihat lebih dewasa, tetapi juga tampak rapuh.

Tapi sebenarnya Eli memiliki kekuatan yang tak terbayangkan akan dimiliki seorang anak kecil, ia memiliki kendali dalam pengaturan nafsunya, kepolosan yang ia tampilkan menutupi sifat buas yang sebenarnya ada dalam dirinya.

Buat saya tokoh Eli membuat point penting dalam buku ini benar-benar tersorot dan terkubas habis dengan jelas. Segala alasan yang tampaknya tidak nyata menjadi cukup logis untuk dipahami. Bahkan kesuraman yang muncul bisa menjadi rasa kasihan karena tokoh Eli ini.


Intinya, Eli adalah bintang di buku ini.


Karena buku ini sudah pernah difilmkan, saya akan menyebutkan siapa saja yang pernah memerankan tokoh ini.

Lina Leandersson dalam Let The Right One In, Swedia 2008

Chloë Grace Moretz dalam Let Me In, Amerika 2010


Menurut saya yang paling pantas adalah yang atas, paling sesuai dengan deskripsi Eli di dalam novel. Berambut hitam dengan kesan kuno dan misterius. :)




Character Thursday

Adalah book blog hop di mana setiap blog memposting tokoh pilihan dalam buku yang sedang atau telah dibaca selama seminggu terakhir (judul atau genre buku bebas).
- Kalian bisa menjelaskan mengapa kalian suka/benci tokoh itu, sekilas kepribadian si tokoh, atau peranannya dalam keseluruhan kisah.
- Jangan lupa mencantumkan juga cover buku yang tokohnya kalian ambil.
- Kalau buku itu sudah difilmkan, kalian juga bisa mencantumkan foto si tokoh dalam film, atau foto aktor/aktris yang kalian anggap cocok dengan kepribadian si tokoh.
 


Syarat Mengikuti :

1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di box di bawah button (cukup copas saja kode itu di posting atau di sidebar kalian).
3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu.
4. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: "Nama blogger @ nama blog", misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
5. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…

Juni 27, 2012

Wishful Wednesday #16

Salah satu yang saya suka dari hari rabu adalah karena ada Wishful Wednesday yang bisa membuat saya berbagi buku 'kepengenan' saya minggu ini. XD

Kali ini saya mau cerita sebuah novel berjudul The Look, yang versi terjemahannya sudah diterbitkan di Indonesia.






Kalo versi aslinya



Ini sinopsisnya :

Semua gadis pasti iri setengah mati dengan apa yang akan didapatkan Ted. Jimmy Choo, Vera Wang, Prada, Zac Posen, mobil mewah, apartemen berkelas, dan kepopuleran akan mengelilinginya begitu ia jadi model papan atas.

Mimpi ini berawal di Jalan Carnaby, London, saat ia mengamen bersama Ava, kakaknya. Seorang agen pencari bakat, Simon, mendatangi Ted yang jangkung, kurus, dan jauh dari kata fashionable. Tentu saja ini membingungkan. Kenapa bukan Ava si gadis cantik pemilik senyum ala bintang film, yang dilirik Simon melainkan Ted si cupu?

Ted diam-diam penasaran dengan Simon dan agensi modelnya. Di saat yang sama, Ava divonis kanker limfoma oleh dokter. Semua perhatian keluarga dicurahkan kepada Ava dan penyakitnya. Ini membuat Ted harus memilih, akan meraih kesempatan untuk menjadi supermodel atau tetap bersama Ava, menjadi supersister.

Sophia Bennett mulai memberanikan dirinya untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang penulis setelah membaca buku serial Harry Potter karya J.K. Rowling. Tak disangka, novel Threads menang pada sebuah kompetisi menulis. Ia pun terus menulis novel selanjutnya, Beads Boys & Bangles dan Sequin Stars & Spotlights. The Look adalah buku terbarunya



Kenapa saya tertarik sama buku ini? Yeaah, sejujurnya meski saya cinta buku, tapi saya juga suka fashion. Bener. meski dandanannya saya gak pernah modis, tapi rasanya suka aja dengan hal-hal berbau fashion. XD

Mungkin ini karena dulu waktu kecil pernah punya cita-cita jadi pragawati kali ya?
Hahaha..
Begitulah, yang pasti saya berharap banget dapet buku ini secepatnya. *ga sadar timbunan

Ini Wishlist saya minggu ini, mana punyamu? :))





Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Suddenly Supernatural #4 : Hantu dalam Bus


Judul Buku : Suddenly Supernatural #4 : Hantu dalam Bus
Penulis : Elizabeth Cody Kimmel
Penerjemah : Barokah Ruziati
Penyunting : Jia Effendie
Penerbit : Atria
Cetakan Pertama : April 2012
ISBN : 978-979-024-496-2



Pernahkah kalian membaca atau menonton cerita tentang seorang yang bisa berkomunikasi dengan Hantu? Yah, Kat Roberts adalah salah seorang yang memiliki anugerah (atau musibah ya?) tersebut.

Kali ini petualangan Kat terjadi dalam perjalanan study tour bersama teman-temannya ke Montreal, Canada. Dengan menumpangi sebuah bus pariwisata antar Negara, anak-anak di kelas Bahasa Prancis ikut dalam perjalanan tersebut. Tentu saja seharusnya semua menyenangkan, jalan-jalan ke luar negeri, apalagi dengan cowok impian, Ben.

Nah, sayangnya hidup Kat kali ini nggak mulus-mulus banget, soalnya dalam perjalanan itu ikut pula Ibu Kat dan Ibu Jac sebagai pengawas. Meski Jac adalah sahabat Kat, tapi hubungan Kat maupun Ibu Kat dengan Ibu Jac tidak begitu baik. Kalau boleh diibaratkan, mereka seperti hutan dengan kebun. Yang satu tertata rapi, yang lainnya tampil apa adanya.

Kali ini Kat merasa mengalami peningkatan dalam kemampuan supernaturalnya. Dia mulai dapat mendengar suara-suara hantu!! Padahal hanya seorang clairaudient saja yang bisa mendengar suara-suara hantu, dan Kat setengah yakin bahwa ia bukanlah Clairaudient. Apa kemampuannya bertambah?

Belum lagi kemunculan hantu-hantu yang turut serta mengiringi karyawisata Kat dan teman-teman. Ada hantu anak perempuan, penjaga perbatasan, bahkan sampai pemandu wisata.. Tapi mereka bukannya mendekati Kat malah mendekati Ben, sehingga Kat kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka tanpa salah tingkah di hadapan Ben.

Lalu bagaimana kisah Supernatural Kat kali ini akan berakhir?
Berhasilkah Kat menyeberangkan hantu-hantu itu, atau ia malah dianggap tidak waras oleh Ben, cowok yang ia suka?

Ini adalah seri pertama Kat yang saya baca, dan saya langsung jatuh hati dengan ceritanya meski saya belum membaca seri pertama sampai ketiganya. (Yang kemudian menjadikan saya penasaran kaya apa kisah Kat pada awal dia tahu bahwa dia memiliki kemampuan supernatural?)

Tokoh Kat mengingatkan saya pada Melinda di seri Ghost Whisperer. Mereka sama-sama memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan menyeberangkan arwah ke ’dunia lain’, tetapi Kat memiliki karakter yang cuek dan berani, Melinda (sewaktu kecil) amat tidak nyaman dengan kemampuannya sebagai medium. Mungkin hal ini karena Kat memiliki Ibu yang juga memiliki kemapuan sama dan mengasah kemampuan itu, sedang Melinda tidak.

Cerita yang mengalir dengan sederhana dan ringan membawa saya kembali ke sebuah buku fiksi fantasi baru yang tidak membutuhkan waktu lama untuk menghabiskan ceirtanya. Ukuran huruf yang besar, buku yang ringan, serta cerita yang simpel membuat saya berani merekomendasikan buku fantasi ini untuk anak-anak remaja.

Tentu saja 4 bintang layak untuk Suddenly Supernatural #4

Terima aksih untuk gadis peri @atrianic yang membuntelkan saya hadiah buku ini karena menang kuisnyaaa

 :)

Salam,

Salam,