Slide Show

Juni 01, 2012

A Stolen Life


Judul Buku : A Stolen Life (a memoir)
Penulis : Jaycee Lee Dugard
Published July 12th 2011 by Simon & Schuster
ebook, 201 halaman
ISBN : 978-1-4516-2920-0 (e-book)





Seorang anak perempuan berusia 11 tahun terlihat berjalan meninggalkan rumahnya yang nyaman. Ibunya telah berangkat kerja sedari tadi, ayah tirinya entah berada di mana dan adik perempuannya sedang nyaman tidur di buaian kamar.

Saat berjalan menuju tempat pemberhentian bus sekolah, ia merasa diikuti oleh sebuah mobil dengan pengemudinya yang terlihat kebingungan. Rupanya Si Pengemudi ini sedang mencari arah suatu jalan, karena ia berhenti dan menanyakannya kepada Si Anak perempuan. Setelah Si Pengemudi memberikan senyum misteriusnya, Si Anak perempuan ditarik paksa masuk ke dalam mobil setelah sebelumnya ia disetrum dengan ‘stun gun’. Si anak perempuan memberontak dengan seluruh tenaganya, tapi toh ia hanya anak kecil biasa. Akhirnya ia kalah, dan dengan setengah sadar ia tahu bahwa ia telah menjadi korban penculikkan.

Anak perempuan ini bernama Jaycee Dugard.

Jaycee dibawa ke sebuah halaman belakang rumah, yang meski matanya dalam kondisi tertutup, ia mampu merasakan tapak-tapak bebatuan dan perasaan yang timbul saat menginjak rerumputan. Ia dikurung di sebuah rumah kecil yang mungkin merupakan gudang. Hari-hari pertamanya dalam penyekapan itu begitu menyiksa, anak kecil yang masih lugu itu berkali-kali diperkosa.

Lama- kelamaan hidup Jaycee mulai difasilitasi oleh penculiknya. Tak hanya makanan dan minuman, ia bahkan juga diberi kesempatan memelihara seekor kucing. Suatu hal yang sangat membahagiakannya karena sebenarnya ia rindu untuk mencurahkan perasaannya kepada seseorang. Jaycee sangat akrab dengan binatang, tapi sayangnya ketika ia mulai akrab dengan seekor hewan, penculiknya selalu mengambil hewan tersebut kembali, itu yang mematahkan lagi semangat Jaycee.

Suatu hari, di usianya yang masih 13 tahun, ia hamil. Suami istri penculik Jaycee lebih memperhatikan Jaycee semenjak itu. Terkadang mereka menonton video tentang perawatan bayi, cara mengasuh anak bahkan juga tentang persalinan. Sampai ketika Jaycee melahirkan anak pertamanya, ia hanya dibantu Nancy, Si istri penculik, yang juga seorang perawat dan juga Philip, Si penculik itu sendiri. Saat itu kalender menunjukkan tanggal 18 Agustus 1994, dengan umur Jaycee yang baru 14 tahun.

Setelah memiliki anak, Nancy dan Philip makin sering memanjakan Jaycee dan A, anak pertamanya. Mereka membelikan mainan, diapers, pakaian, dan kebutuhan Si bayi lainnya. Terkadang Jaycee bingung sendiri, pernah ia merasa cemburu karena Philip dan Nancy lebih memperhatikan Si A daripada Jaycee. Tentu hal ini bisa saya maklumi, karena biar bagaimanapun juga usia Jaycee saat memiliki anak tersebut masihlah 14 tahun, usia awal remaja yang masih sangat haus perhatian dan kasih sayang.

Selang beberapa tahun kemudian, Jaycee melahirkan anak keduanya yang juga perempuan dan diberi nama G. Setelah melahirkan anak kedua ini, Jaycee sendiri malah merasa sekarang ia memiliki keluarga baru. Keluarganya yang lama sudah tak berani ia impikan lagi, karena besar kemungkinan ia tak akan kembali ke rumahnya yang nyaman, bertemu dengan Ibunya, ayah tirinya yang kadang menyebalkan, serta adik perempuannya yang dulu begitu menggemaskan.

 Lalu bagaimana caranya Jaycee bisa bebas dari para penculiknya? Terlebih ia juga harus memikirkan keselamatan anak perempuannya..

Sebenarnya saya mengetahui buku ini dari Om @htanzil, saat kami membahas sedikit tentang sebuah novel kontemporer berjudul Room yang ditulis oleh Emma Donoghue. Apabila di Room ceritanya dikisahkan dari sudut pandang anak kecil yang lahir di tempat di mana ibunya dikurung setelah diculik, maka di buku A Stolen Life ini cerita yang dikisahkan lebih ‘berat’ karena dari sudut pandang anak perempuan yang mengalami penculikan.

Buku yang terdiri dari 33 bab ini cukup membuat saya merasa agak ‘desperate’ saat membaca kisahnya. Bagaimana tidak, Si Penulis menceritakan dengan detail yang cukup banyak tentang pengalamannya di penculikkan. Agak ekstrem memang saya rasa, bahkan dibeberapa ceritanya cukup membuat saya agak mual saat membaca detailnya.

Cara penyampaian cerita saya rasa cukup baik, mengingat betapa beratnya bagi ia untuk menceritakan pengalaman buruknya tersebut. Tetapi karena terkadang disisipi kejadian Flashback dan alur maju (setelah ia bebas) saya agak kerepotan membayangkan kejadiannya. Buat saya, Twistnya kurang ramah. Di setiap bab, atau misalkan ada adegan yang ia kenang atau menjadi mimpi buruknya bertahun tahun kemudian, ia akan meyisipkan ‘Reflection’ yang terkadang berisi bagaimana cara ia memebebaskan diri dari ketakutan yang ia rasakan, terkadang diisi tentang detail kejadian lebih banyak, terkadang ia juga menceirtakan apa pengaruh kejadian itu terhadap ia setelah bebas.

Ada satu reflection di awal cerita yang cukup menyentuh, ketika ia terbiasa mengoleksi kerucut pinus (pine cones) setelah bebas. Ia mengoleksi kerucut pinus dari berbagai tempat, bahkan terkadang ia berpesan kepada temannya yang akan pergi ke suatu daerah untuk membawakannya oleh-oleh berupa kerucut pinus. Ternyata setelah lama diketahui sebabnya, kerucut pinuslah benda terakhir yang ia pegang sebelum akhirnya dibawa paksa masuk ke dalam mobil. Benda itu ia sebut sebagai
 “My last grip on freedom before eighteen years in captivity”

Jaycee buat saya sebagai pembaca kisahnya adalah seorang pejuang kehidupan. Tak banyak orang yang berani mengungkapkan pengalaman hidupnya yang buruk, tapi dengan lantang ia maju ke publik dan berkata bahwa bila ia menutupi cerita masa lalunya yang menyeramkan tersebut, maka sama saja ia menutupi kejahatan yang dilakukan Philip dan Nancy. Maka dari itu ia berani dan dengan dukungan dari banyak pihak, ia berhasil menyelesaikan stau buku memoarnya.

Ah, masih banyak yang ingin saya kisahkan tentang Jaycee, tentang kehidupannya selama penculikkan, tentang Philip, Si penculik, yang mengalami gangguan kejiwaan, tentang Nancy si Isteri penculik, yang sebenarnya pernah memiliki kesempatan untuk membebaskan Nancy saat Philip tak ada di rumah, tapi saya rasa ada baiknya jika Anda membaca cerita dan kisahnya sendiri.

Sebuah buku yang membuat pembacanya merasa bahwa hidup memang adlaah perjuangan, bertahan dan ketegaran untuk tetap berdoa dan berharap.
Seperti kata Jaycee,
"When i don’t dare think, i dare to dream.”
Jaycee Lee Dugard Kidnapping :  June 10, 1991 – August 26, 2009
           

Pemenang Trimester Giveaway #2

Hai semuaaa...
Di awal bulan ini saya mau ngumumin pemenang dari Trimester Giveaway saya yang kedua :)

Sebenernya susah milih-milih komentar, duh tapi saya kudu milih salah satu ya kan? :p

Jadi, setelah membaca, memilih berkali kali, menimbang, milih lagi..

Saya putuskan hadiah ini jatuh kepada...


...

...

...

...

Oky Septya :)

Selamat yaaa... Silakan kirim via DM daftar buku yang kamu inginkan (harga yang akan saya lihat adalah harga dari situs penerbit). :) ke twitter saya @alvina13

Untuk pemenang Leviathan #2



dipilih menggunakan Rafflecopter jatuh pada..


...


...


...

Peri Hutan :D

Selamat yaa... Tolong kirim alamat ya, via DM twitter di @alvina13 :)

Lalu karena saya masih ingin berbagi satu hadiah lagi, dipilih menggunakan random.org keluarlah nama
....
...

...


...

Nana :D

Selamat ya, kamu mendapatkan satu novel De Lian yang berjudul 'Hidup adalah Pilihan'



Kirim alamat kamu via DM ke twitter @alvina13 ya :)
Mei 31, 2012

Gadis Kretek


Judul Buku : Gadis Kretek
Penulis : Ratih Kumala
Editor : Mirna Yulistianti
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Maret 2012
Tebal : 276 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-8141-5



Namanya Pak Raja, ia adalah pimpinan Perusahaan Kretek Djagad Raja yang sangat terkenal. Sayangnya, saat ini kesehatan beliau makin memburuk, dan dalam kesekaratannya, ia malah memanggil-manggil nama seorang wnaita yang jelas bukanlah istrinya. Jeng Yah, nama wanita yang dipanggil-panggil itu tak urung membuat murka Sang Istri. Tapi tidak demikian dengan ketiga anak pewaris kerajaan Kretek Djagad Raja. Lebas, Karim dan Tegar malah penasaran siapa sebenarnya Jeng Yah sampai-sampai Ayah mereka yang sekarat berkali-kali menyebut nama itu.

Maka disusunlah strategi, biar bagaimanapun juga bisa jadi ini permintaan terakhir Sang Ayah yang harus diwujudkan, maka ketiga anak itu akan mencari tahu siapa dan bagaimana cara menjemput Jeng Yah agar bisa bertemu Pak Raja.

Mungkin kebetulan, mungkin memang takdir, Lebas, Si Bungsu, mendapatkan info dari Sang Ayah bahwa Jeng Yah kemungkinan besar ada di Kudus. Berangkatlah ia dari Jakarta ke Kudus, dengan harapan bisa mencapai titik terang siapa itu Jeng Yah.

Tapi dasar Lebas, hidupnya yang cukup berantakan dan tak terjadwal membuat ia malah tersangkut di rumah seorang temannya dengan tujuan berunding tentang proyek film barunya. Beruntung Tegar, kakaknya, menyusul dan memaksa Lebas meneruskan perjalanan mencari Jeng Yah.

Kudus adalah kampung halaman mereka, di sanalah Kretek Djagad Raja dilahirkan dan masih dibesarkan sampai sekarang oleh Mbah kakung yang kini sudah meninggal. Pencarian Jeng Yah ternyata belum berakhir di Kudus, karena mereka mendapatkan cerita yang membantu memecahkan teka-teki siapa Jeng Yah itu sebenarnya dan di mana sebenarnya ia berada.

Seiring perjalanan pewaris Djagad Raja mencari tahu siapa Jeng Yah, pembaca juga di ajak menempuh puluhan waktu ke belakang untuk bertemu dengan Idroes Moeria dan Soedjagad.  Kedua pria ini saling bersaing satu sama lain, awalnya hanya dalam percintaan. Ya, mereka mencintai gadis yang sama, Roemaisa, putri Juru Tulis yang telah memikat hati mereka. Tapi kemenangan saat itu berada di tangan Idroes, karena kemudian mereka menikah. Kehidupan mereka berangsur makin sukses, terutama karena Idroes juga mulai melinting kreteknya untuk dijual sendiri.

Peribahasa bilang, hidup bagaikan roda, kadang di atas sesekali ia juga terpuruk jatuh.

Begitupula dengan Idroes, ketika itu ia ditangkap dan dibuang ke Surabaya, oleh pemerintah Kolonial Jepang. Roemaisa yang ditinggal, kalang kabut memikirkan nasib suaminya. Soedjagad yang merasa kasihan dengan Roem, pelan-pelan mendekatinya. Ia juga mulai melebarkan usaha kreteknya meski Roem juga masih mempertahankan usaha kretek yang dulu dijalankan suaminya. Akankah Idroes kembali pulang? Lalu apa hubungan antara kedua cerita ini? Siapakah Jeng Yah sebenarnya? Apakah dia Sang Gadis Kretek dalam judul novel ini?

Sebenarnya hanya butuh dua hari menghabiskan cerita dalam buku ini meski di awal cerita saya penasaran setengah pingsan karena Si Gadis Kretek nggak muncul-muncul. Sudah gitu typonya yang bikin alis saya berkerut-kerut waktu membaca, bukan hanya kesalahan cetak, tapi kekeliruan nama pun seringkali terjadi di beberapa bagian buku. Ow, menurut saya ini cukup fatal, terlebih tak hanya sekali terjadi. Bagaimana bisa? Duh, mungkin kalo di cetakan kedua butuh proofreader, saya mau deh direkrut.

Lalu jalan ceritanya. Sebenarnya tak masalah bila memang adegan yang ditampilkan maju mundur secara bergantian, tetapi saya tadinya berharap twist yang dihadirkan lebih smooth, nggak kasar mak jeblag jeblug ganti topic. Duh, mana flashbacknya itu nggak Cuma puluhan tahun ke belakang, tapi kadang Cuma beberapa tahun ke belakang doank. Contohnya tentang masa lalu ketiga pewaris Djagad Raja.

Lalu mengapa saya beri bintang tiga? Apa yang menajdi keunggulan cerita ini?


Bagi saya, cerita tentang sejarah sebuah pabrik kretek tentu bukanlah hal yang mudah untuk dikisahkan. Saya yakin penulis telah melakukan riset yang cukup mendetail untuk mengetahui sejarah rokok pada saat awal kemerdekaan Indonesia dulu. Selain itu buku ini bisa saya bilang sarat dengan konflik, mungkin memang ada kisah cinta, tapi tetap saja kemudian memicu terjadinya konflik, Baik konflik utama dalam kisah gadis kretek ini maupun konflik sampingan yang dibawa oleh ketiga pewaris Djagad Raja. Toh memang terkesan berat, tapi ternyata saya lancar jaya membaca buku ini.

Dan aroma kreteknya, benar-benar menguar dari setiap halaman buku ini. Menghadirkan suasana yang berbeda waktu tapi dengan gurih disatukan oleh nikmatnya Kretek.


Posting Gadis Kretek ini dalam rangka Posting Bareng Buku Gramedia bersama teman-teman Blogger Buku Indonesia (BBI) :)

Character Thursday 12

Hari Kamis ini saya mau berbagi cerita tentang satu tokoh dalam buku yang baru saya selesai baca kemarin. Judulnya : A Stolen Life karya Jaycee Dugard

 
Character Thursday saya kali ini agak tidak biasa, karena buku ini sebenarnya adalah memoar gadis yang diculik selama 18 tahun semenjak ia berusia 11 tahun. Ia berhasil kembali ke keluarganya pada usianya yang ke 29, dengan membawa dua anak perempuan yang dilahirkannya saat ia diculik.

Jaycee Dugard sebelumnya adalah anak perempuan biasa. Penculikan tersebut mengubah seluruh orientasi hidupnya. Di buku ini diceritakan dengan cukup detail bagaimana  ia menghabiskan tahun-tahun penculikannya. Menurut saya, Jaycee adalah sosok yang amat sangat berani. Berani bertahan hidup, berani berharap, berani untuk bercerita ke dunia luar apa yang biasanya dianggap aib oleh orang lain.


Ia diculik pada umur sebelas tahun, lalu pada umur 14 tahun ia melahirkan anak pertamanya. Saya rasa perjuangan anak sekecil itu untuk bertahan hidup demi anak dan demi dirinya sendiri amat sangat tidak mudah. Sekalipun kehidupannya dan anaknya difasilitasi oleh Si Penculik.

Jaycee Dugard adalah juga seorang penyayang binatang. Berkali-kali diceritakan bahw aia pernah memelihara seekor hewan, terkadang kucing, anjing, sampai burung kakak tua. Semuanya karena ia merasa dengan hewanlah ia dapat mencurahkan perasaannya. Teman mengobrol yang tak pernah mengeluh, mungkin begitu maksudnya.

Ah, saya tak sanggup menceritakan lebih banyak kisah Jaycee Dugard, tunggu reviewnya saja ya. Kebetulan belum saya buat :)


Seperti biasaaaa.... Character Thursday

Adalah book blog hop di mana setiap blog memposting tokoh pilihan dalam buku yang sedang atau telah dibaca selama seminggu terakhir (judul atau genre buku bebas).
- Kalian bisa menjelaskan mengapa kalian suka/benci tokoh itu, sekilas kepribadian si tokoh, atau peranannya dalam keseluruhan kisah.
- Jangan lupa mencantumkan juga cover buku yang tokohnya kalian ambil.
- Kalau buku itu sudah difilmkan, kalian juga bisa mencantumkan foto si tokoh dalam film, atau foto aktor/aktris yang kalian anggap cocok dengan kepribadian si tokoh.
 


Syarat Mengikuti :

1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di box di bawah button (cukup copas saja kode itu di posting atau di sidebar kalian).
3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu.
4. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: "Nama blogger @ nama blog", misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
5. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…
Mei 30, 2012

Wishful Wednesday #12

Halo haloo.. sudah hari Rabuuu.. berarti saatnya Wishful Wednesday.. :D

Seperti biasa, kalau kamu ingin ikutan eventnya Perpus Kecil, begini caranya :


1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Hari ini saya mau membagi sebuah wishlist saya yang berjudul Love, Rosie yang merupakan karya dari Cecilia Ahern



Kayaknya sih belum diterjemahkan di Indonesia, maka kemungkinan besar saya harus mencari Ebooknya atau beli versi aslinya (dengan catatan kudu diskon), atau mungkin juga ada yang mau memberikan saya buntelan ini? Duh, saya pasti berbahagia sekaliii :)

Sedikit saya cuplikkan sinopsisnya ya :


From the bestselling author of PS, I Love You comes a delightfully enchanting novel about what happens when two people who are meant to be together just can't seem to get it right.

Rosie and Alex are destined for one another, and everyone seems to know it but them. Best friends since childhood, their relationship gets closer by the day, until Alex gets the news that his family is leaving Dublin and moving to Boston. At 17, Rosie and Alex have just started to see each other in a more romantic light. Devastated, the two make plans for Rosie to apply to colleges in the U.S.

She gets into Boston University, Alex gets into Harvard, and everything is falling into place, when on the eve of her departure, Rosie gets news that will change their lives forever: She's pregnant by a boy she'd gone out with while on the rebound from Alex.

Her dreams for college, Alex, and a glamorous career dashed, Rosie stays in Dublin to become a single mother, while Alex pursues a medical career and a new love in Boston. But destiny is a funny thing, and in this novel, structured as a series of clever e-mails, letters, notes, and a trail of missed opportunities, Alex and Rosie find out that fate isn't done with them yet.

From the gifted author of PS, I Love You comes this charming, romantic, addictively page-turning novel that will keep readers laughing and guessing until the very last page

 Nah, kenapa saya tertarik baca buku ini? Anyway, setelah sukses dengan PS I love you-nya yang berkali kali membuat saya banjir air mata, saya dengar ini karya keduanya dengan rating yang cukup tinggi di Goodreads.

Nah, semakin penasaranlah saya.. duh tapi harganya agak mahal ..$12 di Amazon, belum lagi ongkirnya -___-"

Ini wishlistku, mana milikmu? :)

Salam,

Salam,