Judul Buku : A Stolen Life (a memoir)
Penulis : Jaycee Lee Dugard
Published July 12th 2011 by Simon
& Schuster
ebook, 201 halaman
ISBN : 978-1-4516-2920-0 (e-book)
Seorang anak perempuan berusia 11 tahun terlihat
berjalan meninggalkan rumahnya yang nyaman. Ibunya telah berangkat kerja sedari
tadi, ayah tirinya entah berada di mana dan adik perempuannya sedang nyaman
tidur di buaian kamar.
Saat berjalan menuju tempat pemberhentian bus
sekolah, ia merasa diikuti oleh sebuah mobil dengan pengemudinya yang terlihat
kebingungan. Rupanya Si Pengemudi ini sedang mencari arah suatu jalan, karena
ia berhenti dan menanyakannya kepada Si Anak perempuan. Setelah Si Pengemudi memberikan
senyum misteriusnya, Si Anak perempuan ditarik paksa masuk ke dalam mobil
setelah sebelumnya ia disetrum dengan ‘stun gun’. Si anak perempuan memberontak
dengan seluruh tenaganya, tapi toh ia hanya anak kecil biasa. Akhirnya ia
kalah, dan dengan setengah sadar ia tahu bahwa ia telah menjadi korban
penculikkan.
Anak perempuan ini bernama Jaycee Dugard.
Jaycee dibawa ke sebuah halaman belakang rumah,
yang meski matanya dalam kondisi tertutup, ia mampu merasakan tapak-tapak
bebatuan dan perasaan yang timbul saat menginjak rerumputan. Ia dikurung di
sebuah rumah kecil yang mungkin merupakan gudang. Hari-hari pertamanya dalam
penyekapan itu begitu menyiksa, anak kecil yang masih lugu itu berkali-kali
diperkosa.
Lama- kelamaan hidup Jaycee mulai difasilitasi
oleh penculiknya. Tak hanya makanan dan minuman, ia bahkan juga diberi
kesempatan memelihara seekor kucing. Suatu hal yang sangat membahagiakannya
karena sebenarnya ia rindu untuk mencurahkan perasaannya kepada seseorang. Jaycee
sangat akrab dengan binatang, tapi sayangnya ketika ia mulai akrab dengan
seekor hewan, penculiknya selalu mengambil hewan tersebut kembali, itu yang
mematahkan lagi semangat Jaycee.
Suatu hari, di usianya yang masih 13 tahun, ia
hamil. Suami istri penculik Jaycee lebih memperhatikan Jaycee semenjak itu.
Terkadang mereka menonton video tentang perawatan bayi, cara mengasuh anak
bahkan juga tentang persalinan. Sampai ketika Jaycee melahirkan anak
pertamanya, ia hanya dibantu Nancy, Si istri penculik, yang juga seorang
perawat dan juga Philip, Si penculik itu sendiri. Saat itu kalender menunjukkan
tanggal 18 Agustus 1994, dengan umur Jaycee yang baru 14 tahun.
Setelah memiliki anak, Nancy dan Philip makin
sering memanjakan Jaycee dan A, anak pertamanya. Mereka membelikan mainan,
diapers, pakaian, dan kebutuhan Si bayi lainnya. Terkadang Jaycee bingung
sendiri, pernah ia merasa cemburu karena Philip dan Nancy lebih memperhatikan
Si A daripada Jaycee. Tentu hal ini bisa saya maklumi, karena biar bagaimanapun
juga usia Jaycee saat memiliki anak tersebut masihlah 14 tahun, usia awal
remaja yang masih sangat haus perhatian dan kasih sayang.
Selang beberapa tahun kemudian, Jaycee
melahirkan anak keduanya yang juga perempuan dan diberi nama G. Setelah
melahirkan anak kedua ini, Jaycee sendiri malah merasa sekarang ia memiliki
keluarga baru. Keluarganya yang lama sudah tak berani ia impikan lagi, karena
besar kemungkinan ia tak akan kembali ke rumahnya yang nyaman, bertemu dengan
Ibunya, ayah tirinya yang kadang menyebalkan, serta adik perempuannya yang dulu
begitu menggemaskan.
Lalu bagaimana caranya Jaycee bisa bebas dari
para penculiknya? Terlebih ia juga harus memikirkan keselamatan anak
perempuannya..
Sebenarnya saya mengetahui buku ini dari Om
@htanzil, saat kami membahas sedikit tentang sebuah novel kontemporer berjudul
Room yang ditulis oleh Emma Donoghue. Apabila di Room ceritanya dikisahkan dari
sudut pandang anak kecil yang lahir di tempat di mana ibunya dikurung setelah
diculik, maka di buku A Stolen Life ini cerita yang dikisahkan lebih ‘berat’
karena dari sudut pandang anak perempuan yang mengalami penculikan.
Buku yang terdiri dari 33 bab ini cukup membuat
saya merasa agak ‘desperate’ saat membaca kisahnya. Bagaimana tidak, Si Penulis
menceritakan dengan detail yang cukup banyak tentang pengalamannya di
penculikkan. Agak ekstrem memang saya rasa, bahkan dibeberapa ceritanya cukup
membuat saya agak mual saat membaca detailnya.
Cara penyampaian cerita saya rasa cukup baik,
mengingat betapa beratnya bagi ia untuk menceritakan pengalaman buruknya
tersebut. Tetapi karena terkadang disisipi kejadian Flashback dan alur maju
(setelah ia bebas) saya agak kerepotan membayangkan kejadiannya. Buat saya, Twistnya
kurang ramah. Di setiap bab, atau misalkan ada adegan yang ia kenang atau
menjadi mimpi buruknya bertahun tahun kemudian, ia akan meyisipkan ‘Reflection’
yang terkadang berisi bagaimana cara ia memebebaskan diri dari ketakutan yang
ia rasakan, terkadang diisi tentang detail kejadian lebih banyak, terkadang ia
juga menceirtakan apa pengaruh kejadian itu terhadap ia setelah bebas.
Ada satu reflection di awal cerita yang cukup
menyentuh, ketika ia terbiasa mengoleksi kerucut pinus (pine cones) setelah
bebas. Ia mengoleksi kerucut pinus dari berbagai tempat, bahkan terkadang ia
berpesan kepada temannya yang akan pergi ke suatu daerah untuk membawakannya
oleh-oleh berupa kerucut pinus. Ternyata setelah lama diketahui sebabnya,
kerucut pinuslah benda terakhir yang ia pegang sebelum akhirnya dibawa paksa
masuk ke dalam mobil. Benda itu ia sebut sebagai
“My last grip on freedom before eighteen years in captivity”
Jaycee buat saya sebagai pembaca kisahnya adalah
seorang pejuang kehidupan. Tak banyak orang yang berani mengungkapkan
pengalaman hidupnya yang buruk, tapi dengan lantang ia maju ke publik dan
berkata bahwa bila ia menutupi cerita masa lalunya yang menyeramkan tersebut,
maka sama saja ia menutupi kejahatan yang dilakukan Philip dan Nancy. Maka dari
itu ia berani dan dengan dukungan dari banyak pihak, ia berhasil menyelesaikan stau
buku memoarnya.
Ah, masih banyak yang ingin saya kisahkan
tentang Jaycee, tentang kehidupannya selama penculikkan, tentang Philip, Si penculik,
yang mengalami gangguan kejiwaan, tentang Nancy si Isteri penculik, yang
sebenarnya pernah memiliki kesempatan untuk membebaskan Nancy saat Philip tak
ada di rumah, tapi saya rasa ada baiknya jika Anda membaca cerita dan kisahnya
sendiri.
Sebuah buku yang membuat pembacanya merasa bahwa
hidup memang adlaah perjuangan, bertahan dan ketegaran untuk tetap berdoa dan berharap.
Seperti kata Jaycee,
"When i don’t dare think, i dare to dream.”
Jaycee Lee Dugard Kidnapping : June 10, 1991 – August 26, 2009