Slide Show

Mei 23, 2012

Ther Melian- Revelation


Judul Buku : Ther Melian- Revelation
Penulis : Shienny M.S
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal : 448 halaman, paperback
ISBN : 978-979-27-9866-1
Cetakan Pertama : 2011




Ther Melian adalah sebuah benua yang menjadi rumah bagi tiga bangsa besar, yaitu manusia, Draeg dan Elvar. Dua bangsa terakhir adalah ras sangat tua yang telah mendiami Ther Melian ribuan tahun sebelum manusia datang. Nah, setelah lama berselang, munculnya ras baru di Ther Melian, yaitu Vier-Elv, campuran Manusia dan Elvar. Vier Elv memiliki keunikan karena merupakan ras campuran, maka mereka juga memiliki sifat fisik maupun kemampuan yang tak jauh beda dengan Manusia dan Elvar.

Di antara para Vier-Elv ini, tersebutlah Vrey, seorang gadis yang profesinya (kalau bisa dibilang profesi) adalah mencuri. Ia dan kawan-kawannya yang tergabung ke dalam Komplotan Kucing Liar yang sering menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan mencuri. Karena Vrey adalah seorang Vier-Elv, ia memiliki kemampuan seperti Elvar, yaitu penglihatan dan pendengaran yang tajam, karena itu ia termasuk ahli saat mencuri.

Petualangan Vrey yang sebenarnya dimulai saat ia mendapat dukungan teman-temannya untuk menemukan cara membuat Jubah Nymph. Vrey sudah punya banyak sayap Nymph, jadi yang ia butuhkan hanya cara agar sayap-sayap tersbeut bisa dirangkai menjadi jubah Nymph yang Konon seringan bulu tapi sekuat baja. Maka berangkatlah ia bersama Aelwen, seorang teman komplotannya, untuk pergi ke Granville, Ibukota kerajaan di mana mereka harap dapat menemukan petunjuk mengenai Jubah Nymph.

Di sisi lain Ther Melian, Valadin yang seorang Elvar sedang merekrut orang-orang kepercayaannya untuk membantunya menjalankan misi besar. Misi untuk menunjukkan pada dunia bahwa Bangsa Elvar adalah Bangsa yang paling berkuasa. Misi agar para Manusia berhenti berbuat semena-mena terhadap keberlangsungan hidup makhluk-makhluk di sekitarnya.

”Mereka menebangi pohon dan membakar hutan untuk dijadikan tanah pertanian mereka. Mereka juga menumpahkan darah dari makhluk-makhluk ajaib yang hidup di hutan suci kita, semuanya untuk keuntungan mereka sendiri.”-Hal.233

dari deviantart.net
Tetapi karena para Tetua tidak bersedia membantu, maka Valadin bergerak bersama teman-temannya untuk membangunkan para Aether, Jiwa dari tujuh elemen alam pujaan Bangsa Elvar. Tapi tentu saja pemberontakan terhadap Tetua ini tidak mudah dilakukan, terlebih segala hal yang berhubungan dengan ritual pemanggilan Aether telah dihapus oleh Para Tetua untuk mencegah ada pihak yang menyalahgunakan kekuatan tersebut.

Lalu apa hubungan yang mempertemukan Vrey dengan Valadin? Dapatkah mereka menemukan jalan mencapai tujuan perjalanan masing-masing?

dari deviantart.net
 Nah, di situlah letak keistimewaan buku ini. Dua tokoh yang tertulis di sinopsis cerita bukannya kompak sejak awal, tapi diceritakan lewat dua jalan berbeda yang akhirnya mempertemukan mereka. Jalan cerita di awal memang terkesan lambat, tapi setelah lewat beberapa bab, saya mulai bisa menikmati ritme dan keseruan yang ditampilkan penulis. Karakter Vrey sebagai seorang gadis yang bengal, nekad dan punya keistimewaan diceritakan dengan penokohan yang kuat. Selain itu jarang ada novel yang mana tokoh utama wanitanya diceritakan sejak awal memiliki kemampuan spesial, karena biasanya tokoh wanita itu diceritakan biasa-biasa saja, lalu tiba tiba dia punya kekuatan tersembunyi. Ya, meski Si Aelwen di buku ini diceritakan dengan runutan kisah seperti itu juga, sih.. Tapi kan Aelwen saya anggap bukan sebagai tokoh utama di buku ini. :p

Valadin, sebagai Tokoh Utama Pria juga memiliki karakteristik yang unik. Biasanya sih kalau tokoh Pria diceritain punya superpower, dingin, rada ngeselin. Nah di cerita ini, Valadin berkebalikan banget sama tokoh-tokoh utama pria yang biasa. Dia ramah, ganteng, sabar (lihat aja kelakuannya sama si Eizen), dan ’berperasaan’. Meski kadang suka aneh sih, Valadin ini bencinya minta ampun sama manusia, tapi kok dia oke-oke aja ya sama Vier-Elv, padahal mereka kan juga blasteran manusia. -__-”

Apalagi ya..
Hmm.. Oh, iya, ilustrasi yang bertebaran di dalam buku juga membuat saya lebih mudah membayangkan tokoh-tokohnya. Apalagi ditambah peta dan glosarium yang lengkap memuat istilah-istilah yang bagi telinga saya masih tergolong baru. Covernya juga glamour gitu, duh waktu baca di kereta jadi dilihatin orang-orang, mungkin pada penasaran ya ini buku kok mengkilap begitu.. :D 

Pesan kemanusiaan dan lingkungan yang dimasukkan sejak awal sempat membuat saya berpikir ini penulis kayaknya ’memaksakan’ sekali bahwa hal-hal itulah yang membuat Valadin sebegitu bencinya sama manusia. Meski ide 'pemberontakan' sering muncul dalam beberapa buku (salah satunya HG yang masih booming), tapi pemberontakan yang dilakukan Valadin agak berbeda. Kenapa? Karena sebagai 'orang dalam', Valadin terlihat nggak jelas statusnya di buku ini. Apakah ia memiliki peran antagonis atau malah protagonis?

Selain itu (Jujur saja) yang menyiksa saya saat membaca buku ini adalah typonya. Rasanya gemes banget kalau lagi seru-serunya baca, eh ketemu sama typo.

Tokoh favorit saya di buku ini? Ya.. sudah jelas ketebak donk ah. Siapa lagi kalau nggak Eizen (*si cuek nan judes :p).

Empat bintang saya berikan untuk buku ini :)

Yuk, baca buku terusannya, Chronicle atau 'Kisah' yang menegaskan bahwa kisah mereka terus berlanjut. (kutipan dari obrolan Shienny dengan Opsir Panda di Goodreads) :D
Mei 22, 2012

His Last Bow


Judul Buku : His Last Bow : Salam Terakhir Sherlock Holmes
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa : Daisy Dianasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kesembilan : November 2010
Tebal : 320 halaman
ISBN : 978-979-22-3751-1



Bagi pecinta serial Detektif, tentunya tidak akan asing dengan Sherlock Holmes. Tokoh yang dibuat Conan Doyle ini setahu saya masih memegang ketenaran pertama di jagad buku atau ceirta perdetektifan. Selain karena keeksentrikannya, Holmes terkenal karena keberhasilannya memecahkan kasus-kasus yang bisa dibilang sudah terlalu pelik dihadapi pihak berwenang saat itu.

Buku ”His Last Bow” ini terdiri dari 8 cerita pendek yang kesemuanya menceritakan misteri-misteri yang dipecahkan Holmes. Ada Petualangan di Wisteria Lodge, Misteri Kotak Kardus, Petualangan Lingkaran Merah, Kasus Pencurian Rancangan Kapal Selam Bruce-Partington, dan Misteri hilangnya Lady Frances Carfax. Dua cerita lainnya akan saya bahas di sini ya...

Cerita ketujuh adalah cerita favorit saya yang berjudul Petualangan Detektif yang Sekarat. Apa yang ada di pikiran Anda karena judul tersebut? Bila Anda mengira Sherock Holmes sedang sekarat saat mengerjakan kasus ini, ya, berarti Kesimpulan Anda benar. Tiga hari dia tak turun dari tempat tidur, bahkan juga tidak makan dan minum sampai-sampai Mrs. Hudson, Sang Pemilik Rumah yang disewa Holmes memanggil Dr. Watson untuk memeriksa kesehatan Holmes. Setahu Nyonya pemilik rumah tersebut, Holmes memang sedang menyelidiki kasus yang berkaitan dengan Demam Sumatra, atau lazimnya disebut Tapanuli Fever. Kemungkinan besar, Sherlock juga terjangkit penyakit yang sama.

Seperti yang kita tahu betapa keras kepalanya Sherlock, bahkan saat sekarat pun dia masih sibuk menyelidiki kasus. Ketika Watson hendak memeriksa Sherlock, dengan segera Sherlock menolak, dengan alasan penyakit ini amat sangat mudah menular. Yang ada malah Si Watson ini diperalat Sherlock untuk membantu Sherlock menyelidiki kasus yang ia kerjakan. Lalu dapatkah Sherlock sembuh dan menyelesaikan kasusnya? Tentu saja bagi pembaca yang teliti dan awas, pasti tahu bagaimana cara Sherlock menyelesaikan kasus ini akhirnya.

Cerita terakhir di buku ini adalah cerita yang menjadi judul utama, His Last Bow. Panah terakhir Sherlock Holmes. Diceritakan bahwa akhirnya Holmes berhenti menjadi detektif dan tinggal di pertanian kecil di South Downs, bersama tawon tawon peliharaannya. Karena sebuah kasus sangat penting, yang bahkan membuat Perdana Menteri turun tangan langsung meminta bantuan dari Holmes, maka ia terpaksa ’turun gunung’ kembali mengerjakan kasus bersama Watson, sahabatnya.

Kasus ini berhubungan dengan perang dan keselamatan Negara Inggris. Diketahui ada mata-mata dari Jerman yang diam-diam mencuri berbagai data keamanan Negara Inggris, Sherlock ditugaskan untuk menemukan siapa mata-mata tersebut dan menangkapnya. Tentu saja dengan caranya yang unik, Sherlock dan Watson bekerja sama mencari tahu siapa tersangka berbahaya tersebut. Sebuah cerita yang seru tapi ada juga bagian yang lucu. :D

Secara keseluruhan saya menyukai cerita-cerita di dalam buku ini, masing-masing cerita memiliki keistimewaan dan kemisteriusannya sendiri. Seperti biasa kesemua cerita diceritakan dari sudut pandang Dr. Watson, sahabat setia Sherlock Holmes. Nah, si Watson ini menurut saya adalah orang yang unik. Pria yang memiliki nama lengkap John H. Watson ini bertemu pertama kali dengan Sherlock Holmes ketika akan menyewa bersama sebuah flat di 221B Baker Street (dalam kisah Holmes berjudul A Study in Scarlet), keeksentrikan dan kejeniusan Holmes membuat Dr. Watson penasaran dan anehnya malah bersahabat dengan Detektif tersebut.


Dr. Watson dalam Serial BBC
Dr. Watson, seperti biasa adalah seorang yang saya yakin banyak orang lain yang mau jadi sahabatnya. Bagaimana tidak, dalam kisah-kisah di buku ini ditekankan dengan jelas bahwa Watson adalah seorang sahabat yang sabar, mungkin karena sudah berpengalaman menghadapi Holmes yang penuh misteri, makanya ketika Watson penasaran (dalam hal ini adalah tentang kasus yg ditangani Holmes), ia memilih tetap diam saja mengendapkan rasa penasarannya. Hebat ya? Dia nggak nanya yang macem macem atau sok cerewet kepada Holmes. Yang ia yakini, suatu hari nanti Holmes pasti akan menceritakan detail apa saja yang teramati Holmes tapi terlewat oleh Watson.

Watson juga selalu siap sedia ketika dimintai saran atau pendapat tentang suatu kejadian yang memerlukan pengamatan medis. Cerita yang dibawakannya (Conan Doyle menceritakan kisah Holmes dari sudut pandang Dr. Watson) pun penuh detil sehingga membuat pembaca serasa ikut menyelami kejadian tersebut bersama dia dan Holmes berbarengan.

Sherlock dalam serial BBC
Berbalikan dengan sifat Watson yang penyabar, Holmes lebih sering diidentikkan dengan sifat keras kepala, nggak sabaran, dan sarkastis. Tetapi dibalik keegoannya tersebut, sebenarnya Holmes adalah seorang yang lembut dan sayang sekali dengan orang terdekatnya, yang ditampilkan dalam beberapa bagian dalam cerita di buku ini. Keduanya memang berbeda, tetapi toh perbedaan itu malah membuat cerita Sherlock lebih hidup. Meski kadang sering monoton juga sih, pasti adaaa aja adegan di mana Si Watson ini secara tidak langsung diperalat atau di’bully’ sama Si Sherlock :p

Cover bukunya sederhana, sampai-sampai waktu menemukan buku ini saya sempat nggak yakin kalau ini buku seri Sherlock Holmes beneran. Tapi Covernya terlalu gelap dan suram, sehingga ketika pembaca membaca ceita di dalamnya, ikut-ikutan merasa suram juga. Semoga kalau diterbitkan ulang, akan muncul dengan warna yang lebih ngejreng tapi tidak terlalu ramai, karena toh Sherlock bukan pecinta keramaian. *salahfokus. Terjemahannya terkadang kurang smooth, nah, selain itu ada kata ’Tut’ yang sering muncul (ini terjemahan atau bukan ya?) yang menurut saya kurang pas sama adegan yang terjadi.

Saya memang memiliki kesukaan terhadap cerita detektif , terutama pada seri Sherlock Holmes. Sebenarnya dulu sempat membaca beberapa serinya, tetapi karena sudah lama, jadinya malah lupa. Maka event @bacaklasik dan Gramedia ini menjadi titik awal saya untuk kembali membaca dan mengoleksi semua buku-buku serial Sherlock Holmes.

Ada beberapa kutipan yang saya suka

Ternyata tetap saja ada misteri besar dalam hidup ini yang tak bisa dijelaskan nalar manusia - Hal.97
Apa yang fantastis itu kok gampang sekali menjadi mengerikan - Hal.60
Jadi, 4 bintang untuk His Last Bow. Buat Penggemar serial detektif, saya sarankan harus punya buku ini!





Mei 17, 2012

A Lady’s Pleasure (Mistress Trilogy #1)


Judul Buku : A Lady’s Pleasure (Mistress Trilogy #1)
Penulis : Renee Bernard
Penerjemah : Endang Sulistyowati
Editor : Ayuning
Penerbit : Gagas Media
Cetakan Pertama : 2011
Tebal : 368 halaman, paperback
ISBN : 978-780-483-6


Hal yang membuat saya tertarik membaca buku ini sebenarnya adalah label : Romantic Times Award Winner of ‘Best First Historical Romance’ (2006) yang tertulis di cover depan buku. Tentunya bukan sembarang buku biasa yang bisa mendapatkan label seperti itu, terlebih karena penerbitnya punya kekhususan tersendiri dalam seri romance terbitannya, maka tambah penasaranlah saya dengan buku ini.

Ceritanya tentang seorang janda muda yang bernama Merriam Everett, yang dianggap sebagai seorang wanita muda yang pemalu, penurut dan pemurung. Suatu hari ia berniat membalas dendam kepada seorang lelaki bernama Julian Clay yang pernah menghinanya diam-diam dengan beranggapan bahwa Merriam adalah tidak berguna, baik sebagai janda berwajah pucat ataupun perawan yang lemah (Hal.3)
Kali ini Merriam akan membuat lelaki itu bertekuk lutut untuk tidak lagi mengabaikannya, apalagi menghinanya. Ia akan membuat Julian, Sang Cassanova itu tergila-gila bahkan mendamba Merriam, lalu dengan sekali helaan, Merriam akan meninggalkannya. Biar tahu rasa bagaimana rasanya bertemu dengan ’si tikus’ yang telah berubah menjadi ’Si Kucing’.

Sayangnya takdir menunjukkan jalan yang berbeda. Ketika Merriam meluncurkan jurus rayuannya, ternyata ia menggoda lelaki yang salah. Lelaki yang bernama Drake Sotherton itu kelimpungan karena tergoda bujuk rayu Merriam. Kenapa bisa salah goda? Nah, ceritanya saat itu sednag Pesta Kostum, dan Merriam luput memilih lelaki.

Padahal Julian dan Drake memiliki konflik pribadi yang belum selesai, hubungannya dengan kematian Lily, istri Drake yang juga pacar Julian, mereka berdua saling tuduh siapa yang sebenarnya membunuh Lily. Julian kah dengan hasrat memnangkan persaingan dengan Drake, atau Drake sendiri karena kesal istrinya berselingkuh dengan lawannya?

Kehadiran Merriam bukannya memperjelas masalah, yang ada malah memperuncing konflik tersebut. Karena Julian berambisi merebut Merriam dari Drake dan Drake curiga bahwa Merriam dan Julian bersekongkol menghancurkan dirinya.. Lalu bagaimana akhir kisah mereka?

Ide ceritanya menarik, sayangnya bukan model detektif-detektifan meski ada juga peran detektif dalam buku ini. Kesan saya ketika membuka 10 halaman pertama adalah ’oh ya ampun, buku ini ya.....’ sambil nyiapin kipas segede gambreng. Ada banyak adegan ’hot’ yang kemudian saya ’skip’ karena toh saya nggak kehilangan ide cerita utama meski nggak baca ’itu’. Cover yang elegan sayangnya tidak diimbangi juga dengan pilihan hurufnya. Saya jadi mikir, ini font dipilih kecil biar nggak ada yang ngintip waktu baca atau karena pertimbangan lain ya?

Penokohan Merriam ditonjolkan cukup berani, meski agak labil juga. Lha kadang dia jadi ’kucing’ tapi kali lain dia jadi ’tikus’. Mungkin idenya bagaimana seorang wanita sebenarnya mampu keluar dari lingkar amannya sendiri, hanya saja butuh lompatan atau dorongan ekstra besar agar ia bisa menemukan kehidupan yang jauh lebih baik daripada rutinitasnya setiap hari. Meski saat melakukan lompatan tersebut, ia mendapat pandangan negatif atau cemoohan dari pihak lain. Sebenarnya bila pesan itu yang mau disampaikan, mungkin saya anggap penulis sudah berhasil, karena memang ide yang tercetuskan tersebut telah tertanam dalam karakter Merriam sendiri.

Sedangkan untuk penokohan Julian dan Drake, saya rasa agak kurang. Saya masih belum merasa kedua tokoh ini punya ciri khasnya masing-masing. Karena sama-sama jual mahal, sok berwibawa, nggak mau kalah dan sama-sama egois. Tapi Si Julian ini sebenarnya akan menjadi tokoh utama di buku seri ketiga dengan judul A Rogue’s Game. Siap membaca? Ah, nanti dulu ya.. saya butuh matahari dulu setelah beku ngadem di kamar saat baca buku ini :p

3 bintang untuk buku ini
5 kipas untuk banjir adegan kipasnya.

Character Thursday 11

Adalah book blog hop di mana setiap blog memposting tokoh pilihan dalam buku yang sedang atau telah dibaca selama seminggu terakhir (judul atau genre buku bebas).
- Kalian bisa menjelaskan mengapa kalian suka/benci tokoh itu, sekilas kepribadian si tokoh, atau peranannya dalam keseluruhan kisah.
- Jangan lupa mencantumkan juga cover buku yang tokohnya kalian ambil.
- Kalau buku itu sudah difilmkan, kalian juga bisa mencantumkan foto si tokoh dalam film, atau foto aktor/aktris yang kalian anggap cocok dengan kepribadian si tokoh.
 


Syarat Mengikuti :

1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di box di bawah button (cukup copas saja kode itu di posting atau di sidebar kalian).
3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu.
4. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: "Nama blogger @ nama blog", misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
5. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…


Hari ini saya mau menceritakan sedikit tentang tokoh di buku yang kemarin baru selesai saya baca, yaitu Ther Melian #1 - Revelation.



Tokoh yang akan saya ceritakan bernama Eizen. Dia bukan tokoh utama sih, tapi sosoknya cukup berkesan buat saya. Jadi Si Eizen ini adalah seorang Gardian yang berambisi memiliki kekuatan Aether (Jiwa dari tujuh elemen alam yang dipuja Bangsa Elvar). Nah, suatu hari dia pernah mencoba mencuri perkamen yang berisi 'resep' untuk mendapat kekuatan Aether, tapi usahanya ini berhasil digagalkan. Akibatnya? Dia dibuang deh.. :p

Iya, jadi dia termasuk Gardian yang terbuang. Meski akhirnya dia muncul lagi dalam perjalanan Valadin (salah satu tokoh utama cerita) dan membantu Valadin yang ternyata juga berambisi memiliki kekuatan tersebut.

Si Eizen ini sok cuek, tipe cowok 'bengal' dan sok tahu gitu deh. Gaya bicaranya yang ketus dan dingin, membuat saya malah suka sama dia. Aneh ?
Nggak juga sih, bagaimanapun tetap perlu ada seorang tokoh yang 'menghidupkan' suasana dalam cerita kan? Biar nggak monoton.

Nah Si Eizen ini pas banget sama peran tersebut. 

Kalau difilm-in, cocoknya diperankan siapa ya.. hmmm.. *bingung milih aktor dalam negeri apa luar negeri *dudududu

Kita pilih dalam negeri aja ya :p


 





Yak.... Nicholas Saputra :D

Review buku ini bakal terbit bareng @peri_hutan, Insya Allah tgl 23 :D
Mei 12, 2012

Weekend Quote #1

The idea is to pick a quote from a book or author you read, like, or hate, and write your comment about it. You can post the “Weekend Quote” article every weekend (Saturday or Sunday), or at any weekend suits you best.
 
This Meme is celebrated by Half-Filled Attic
 
And i am exciting to join this meme. Why? because in every single book that i read, i always find some awesome quotes .

Here are the rules:

  • You have to pick one quote and comment about it. It may be the reason why you agree or don't agree with it, or why it is interesting for you. I can also be your experience that reminds you of that quote. Feel free to use your imagination. :D
  • Please put the picture of “Weekend Quote” on either your blog sidebar or everytime you post the quote. (It helps people to know what we are doing).
  • Please give a link back to this page at your post.
  • Fill the linky.
Today i want share one quote from Sherlock Holmes Series : His Last Bow that was published by Gramedia Pustaka Utama.

" Education never ends, Watson. It is a series of lessons, with the greatest for the last.

yeaah.. that's true isn't it? education never ends. even tough you are not a student anymore, but the life is teaching you everyday even in every moment.

:)

Salam,

Salam,