Slide Show

Mei 09, 2012

Wishful Wednesday #10

Sudah Wishful Wednesday ke sepuluuuuhhh.. karena ini episode kesepuluh, bole ya saya isi dulu dengan rangkuman buku Wishlist saya 9 episode yang lalu.

WW #1 : Juliet : Anne Fortier --> belum beli dan belum baca
WW #2 : A Tree Grows in Brooklyn : Betty Smith --> belum beli dan belum baca
WW #3 : American Gods : Neil Gaiman --> belum beli dan belum baca
WW #4 : Abraham Lincoln - Vampire Hunter : Seth Grahame-Smith --> belum beli dan belum baca
WW #5 : The Search For The Red Dragon : James A. Owen --> belum beli dan belum baca
WW #6 : Partikel : Dewi Lestari --> Belum beli dan belum baca
WW #7 : The Alexandria Link : Steve Berry --> belum beli dan belum baca
WW #8 : Perkara Mengirim Senja : 14 kontributor --> Sudah beli dan sudah baca. :D
WW #9 : The Ring of Solomon : Jonathan Stroud --> Sudah punya dan belum baca. :)

Jadi ada dua Wishful saya yang udah tercapai, karena program Perpus Kecil ini. Setidaknya sekarang kalau membeli buku, saya jadi lebih punya pakem untuk mewujudkan dulu WW saya daripada tergoda buku lainnya. *eh tapi godaannya gede sebenarnya.

Seperti biasa, buat yang mau ikutan eventnya Perpus kecil.  Wishful Wednesday, ini saya kasih tau caranya ya..




1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Sekarang saya mau kasih tau buku WW saya ke-10. judulnya adalah : Lost (Kepingan Memori) karya Michael Robotham.



Kenapa saya pingin baca? Nah sinopsisnya di GR cukup menggoda  :

Inspektur Detektif Vincent Ruiz tidak ingat bagaimana dia bisa dirawat di rumah sakit. Dia ditemukan mengapung di Sungai Thames dengan luka tembak di kaki dan foto si anak hilang, Mickey Carlyle, di kantongnya.

Mickey Carlyle lenyap tiga tahun lalu. Seorang pedofil telah dijebloskan ke penjara, dituduh membunuh Mickey padahal jasad anak itu tak pernah ditemukan. Inspektur Detektif Ruiz tak pernah percaya Mickey tewas. Dia juga tak percaya saat sekantong berlian ditemukan di rumahnya. Sayangnya, dia tak mampu mengaitkan semua kepingan kejadian itu.

Dianggap berpura-pura amnesia oleh rekan-rekannya di kepolisian, Ruiz berpaling pada Joe O’Loughlin, berharap psikolog itu bisa membantunya menguak ingatannya. Dan lambat laun, kepingan puzzle menyatu, mengungkap jejak kesedihan, pembalasan dendam, dan pembayaran tebusan.


* Peraih Ned Kelly Award 2005 sebagai novel kriminal terbaik
“Thriller luar biasa… dialog lihai, alur cepat, dan karakter kuat.” ––Tucson Citizen
“Kelihaian Robotham menggabungkan emosi dan kekejaman untuk menciptakan misteri pelik.” ––People


Tuhkan, gimana nggak tergoda kalau dikomporin kayak gitu.
Ini WW ku, mana WW mu?
Mei 07, 2012

The Naked Traveler 2



Judul Buku :  The Naked Traveler 2
Penulis : Trinity
Penyunting : Imam Risdiyanto
Penerbit : B-First
Cetakan Ketujuh : Mei 2011
ISBN : 978-979-24-3870-3
Tebal : 352 halaman, paperback


Saya sudah lama berniat membaca buku The Naked Traveler, meski ternyata harus puas membaca langsung ke buku 2. Soalnya nyari buku NT yang pertama minta ampun susahnya. Bagi saya buku yang menceritakan perjalanan seperti obat yang memuaskan sejenak keinginan saya untuk traveling.

Buku yang terdiri dari delapan bab ini berisi pengalaman-pengalaman Trinity ketika ia berjalan-jalan di suatu negara atau kota. Republik Palau di Micronesia, Dubai, New Zealand bahkan saat ia bersekolah di Filipina pun juga diceritakan di buku ini. Pembawaan kisah yang ceplas ceplos dengan bahasa yang campur aduk dan kadang dibumbui adegan konyol ini membuat saya cukup puas membacanya.

Ada banyak cerita, ada banyak pengalaman dan ada banyak kesempatan yang bisa diceritakan dari sebuah perjalanan. Dan Trinity, kalau saya simpulkan, menukilkan pengalaman sosialnya daripada bercerita tentang perjalannya itu sendiri. Sebut saja contoh bagaimana ia berkali-kali diajak menikah oleh cowok ketika bertraveling, atau bagaimana perbandingan nonton film di bioskop luar negeri dan di dalam negeri.

Buku-buku perjalanan yang sudah pernah saya baca, biasanya memang bercerita tentang perjalanan, dan tentunya urut. Maksudnya, bila sedang bercerita di Kamboja, maka seluruh bab itu berisi tentang kejadian-kejadian di Kamboja atau cara naik angkutan di sana, penginapan bahkan sampai beberapa referensi makanan. Yang tidak boleh ketinggalan adalah tempat-tempat mana saja yang menjadi daya tarik kota atau negara tersebut, sehingga masuk ke daftar kita saat berkunjung ke sana.

Maka ketika saya membaca NT, sejujurnya saya sedikit shock, karena saya disodorkan cerita dalam bab-bab yang entah disusun berdasarkan apa. Kalau berdasarkan kesamaan kok ya ada yang nggak nyambung, kalau berdasarkan urutan abjad kok ya nggak. Kalau dibilang berdasarkan letak negara atau kota yang dituju, lebih-lebih nggak banget. Saya seperti main Yoyo, dilempar ke sana balik ke sini, ke sana lagi sampai akhirnya saya malah bingung. Buku ini memang buku tentang perjalanan, tapi bukan seperti kamus perjalanan Lonely Planet atau buku-buku traveling lokal lainnya. Trinity menyuguhkan cerita atau pengalaman-pengalaman pribadinya sendiri yang mungkin bisa berguna bagi ornag lain yang bernasib atau ada pada saat yang sama seperti dia di suatu tempat saat traveling.

Lalu apa yang saya dapatkan dari buku ini? Ada beberapa hal baru kok yang saya dapatkan, seperti penyimpanan uang saat jalan-jalan, cabe yang dahsyat pedesnya dari Lombok, berenang bersama whaleshark, atau apa yang bisa kita lakukan jika saat traveling itu kita memiliki banyak waktu luang. Toh saya juga berhasil dibuat cekikikan sendiri saat membaca beberapa episode cerita Trinity yang konyol. Keunggulan buku ini menurut saya karena Trinity sepertinya sudah mengunjungi banyak tempat di Dunia, pengalamannya sudah banyak jadi dia bisa mudah menceritakan dan menggabungkan satu dengan lainnya.

Tiga bintang untuk Buku ini



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

// Lomba Estafet Review Buku //

Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia
 
http://www.bookoopedia.com/id/book/id-30277/the-naked-traveler-2.html
So, selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku, di blognya:
Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho! http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html
Mei 04, 2012

Glubbslyme –Kodok Ajaib



Judul Buku : Glubbslyme –Kodok Ajaib
Penulis : Jacqueline Wilson
Alih Bahasa : Poppy D. Chusfani
Editor : Dini Pandia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Agustus 2009
ISBN 13 : 978-979-22-4888-3
Tebal : 152 halaman, paperback



Ahhh.. ini buku Jacqueline Wilson pertama yang aku baca dan aku langsung suka dengan gaya bahasanya yang ceplas-ceplos. Buku ini berkisah tentang seorang anak perempuan bernama Rebecca yang bertemu dengan seekor kodok ajaib di kolam taman.

Suatu hari Rebecca bertengkar dengan sahabatnya, Sarah, perihal kolam penyihir yang terletak di taman. Em.. Si Rebecca berkali-kali menegaskan bahwa kolam tersebut dulunya adalah kolam tempat dibuangnya penyihir-penyihir di jaman kuno. Karena Sarah dan Mandy, teman Sarah lainnya, nggak ada yang percaya dengan perkataan Rebecca, maka mereka meninggalkan Rebecca yang sedang berusaha membuktikan bahwa kolam tersebut memang kolam penyihir.

Saat menceburkan diri di dalam kolam, Kaki Rebecca ditempeli seekor kodok buruk rupa (oke, kodok memang jelek, tapi sepertinya kodok di sini lebih jelek lagi rupanya). Spesialnya adalah, Kodok ini bisa bicara! Dulu ternyata dia adalah famili penyihir yang bernama Rebecca Cockgoldde sedangkan Kodok yang ternyata juga bisa menyihir ini bernama Glubbslyme.

Petualangan Rebbeca dan Kodok ajaibnya lucu meski kadang juga mengesalkan. Mulai dari belajar terbang sampai mengusili tetangga Rebecca. Selain kocak, cerewet, banyak maunya, sok keren dan sarkatis, Si Glubbslyme membuat saya tak bosan membaca buku cerita ini.

Bahkan dalam setengah jam saja saya sudah merampungkan kisahnya. Ditambah huruf yang memanjakan mata dan ilustrasi yang lucu di dalamnya, buku ini cocok dibaca sebagai teman anda di kala perjalanan. Sayangnya mungkin ada beberapa kata kasar yang dipakai di buku ini, yang menurut saya belum cocok untuk dibaca anak-anak. Sayang ya, padahal ceritanya itu lucu bangeett..

Tak apalah, Glubb bla bla (namanya susah buat diucapin kan?), aku kasih tiga bintang buat kamu!


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------



 // Lomba Estafet Review Buku //
Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia
http://www.bookoopedia.com/id/book/id-28822/glubbslyme-kodok-ajaib.html
So, selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku, di blognya:
Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho! http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html

Xar & Vichattan : Takhta Cahaya. Jika anakmu bertugas menyelamatkan dunia, relakah kamu melepasnya?



Judul Buku :      Xar & Vichattan. Seri Ahli Waris Cahaya.
Buku Satu : Takhta Cahaya
Penulis : Bonmedo Tambunan
Penyunting : Lutfi Jayadi dan Ratri Adityarani
Penerbit : Adhika Pustaka
Cetakan kedua : Juli 2010
Tebal : 342 halaman, softcover
ISBN : 978-979-19991-2-0


Kuil kegelapan kembali bangkit, ditandai dengan terwujudnya kutukan yang menimpa pimpinan Kuil Xar dan Vichattan, yaitu Biarawati Agung Mirell dan Penasihat Utama Magdalin. Kedua wanita ini mulai khawatir, bukan karena kesehatan mereka tetapi karena adanya ramalan bahwa Khalash, Sang Penguasa kegelapan akan kembali. Khalash dan para sekutunya telah berhasil dikalahkan pasukan cahaya dalam peperangan tujuh tahun yang lalu. Ramalan itu juga sudah ada selama jangka waktu tersebut, tetapi mereka tidak menyangka bahwa secepat itu Kuil kegelapan akan berdiri lagi.

Sedangkan tanpa penerus Kuil cahaya, kekuatan Kuil Xar dan Vichattan tidak akan mampu melawan Khalash dan sihir kegelapannya. Ya, perang tujuh tahun lalu telah menghancurkan Kuil Cahaya dan Kuil Kegelapan. Lalu jika Kalash bisa membangun kembali Kuil Kegelapan, siapa yang bisa membangkitkan lagi Kekuatan Kuil Cahaya?

Untungnya Pendeta Cahaya Lucia masih terus mengawasi dan mempersiapkan pewaris untuk membangkitkan kembali kekuatan Kuil Cahaya, bahkan meskipun Lucia sebenarnya tidak lagi berada di dunia ini. Dengan kekuatannya, Lucia meneruskan berita bahwa pewaris cahaya tersebut adalah keempat anak yang berasal dari Kuil Xar dan Vichattan. Yaitu Antessa (cucu dari Biarawati Agung Mirell), Dalrin (putra dari Terma uv Elaim pemimpin pasukan penjaga Kuil Xar), Kara (cucu dari Penasihat Utama Magdalin dari Vichattan) dan Gerome (anak dari Tiarawan Mauris dari Vichattan).


Keempat anak ini harus memenuhi takdir mereka menjadi pewaris sihir cahaya dan membangkitkan kembali Kuil Cahaya. Namun untuk membangkitkan Kuil Cahaya, mereka terlebih dahulu harus membangunkan Amor dan Pietas, dua penjaga Kuil cahaya di Pegunungan Eros. Perjalanan mereka tentu saja tidak mudah, selain karena mereka masih anak kecil, adanya serangan dari pengikut Kalash, bahkan dari monster-monster menjijikkan  juga menjadikan petualangan mereka menjadi berbahaya dan menegangkan.

Akankah keempat anak itu akan berhasil membangkitkan lagi kekuatan Kuil Cahaya?

Dari awal membaca buku ini, saya sudah suka dengan pengembangan ide ceritanya. Meski tema ceritanya standar, yaitu kebaikan melawan kejahatan, serta tokoh anak menjadi calon penyelamat masa depan sudah sering juga digunakan di berbagai cerita fantasi tetapi keistimewaan buku ini adalah adanya empat anak sekaligus yang menjadi tokoh utama cerita. Menurut saya pilihan empat tokoh adalah bukan hal yang mudah, karena sebenarnya penulis dituntut untuk menonjolkan karakter dari masing-masing anak.

Yang sayangnya di buku ini, karakter tersebut kurang dibangun dengan kuat, bahkan tokoh Gerome yang seorang anak kecil dengan sifat semaunya juga masih memiliki standar kebaikan yang juga dimiliki ketiga temannya. Bahkan kalau saya perhatikan, si Kara dan Antessa kurang bisa dibedakan karena sama-sama baik hati dan pintar. Meski di beberapa adegan juga ada karakter Kara yang menonjol karena ia terlihat serba tahu akan sejarah meski usianya masih muda.

Keluhan yang muncul saat saya membaca buku ini juga dari tokohnya yang.. em.. cukup banyak, sampai saya kadang bingung membayangkannya. Kenapa? Karena namanya panjang-panjaang.. huwouwooo.. dan karakternya yang ’wah’ Cuma satu kalau menurutku, si Terma doank. Mungkin karena ditokohkan sebagai petinggi dan cowok yang ganteng, eh.. ayah yang ganteng.. jadinya aku gampang banget ngebayangin wajahnya si Terma ini meski ia muncul berkali-kali di beberapa adegan secara mendadak XD

Adegan pertempuran yang diceritakan di buku ini sangat seru, saking serunya sampai saya susah banget nglepasin buku ini buat istirahat kalau sudah dibaca, padahal kalau baca kelamaan agak kurang nyaman karena hurufnya.. mungil.. -- ”

Tapi toh, empat bintang saya sematkan untuk empat ahli waris sihir Cahaya.


Yang masih membuat saya penasaran adalah kenapa dipilih empat orang anak kecil?
Kenapa sebanyak itu? Ya, mungkin jawabannya bisa saya dapatkan kalau sudah membaca buku lanjutannya. :D

*Terima kasih untuk buntelan yang seru ini Mas Boni dan Mbak Truly. :D
Mei 03, 2012

Dalai Lama, Steig Larsson, Kereta dan perjalanan

Sore ini aku duduk di kereta jurusan Jogja-Solo. Nah, kebetulan kereta yang aku tumpangi itu ada nomor duduk di karcisnya, tadinya sih hepi-hepi aja dapet nomer 15 D. Yes, gue duduk di deket jendela. *Pemandangan dari jendela kereta sepanjang Jogja-Solo itu keren banget kalau senja.

Ternyata oh ternyata, gue duduk di depan dan di sebelah tiga orang bule, well, this is could be good or maybe become disaster. gue termasuk mungil kalau dibandingin tubuh-tubuh mereka jeee.. Jadilah sambil tebar senyum sambil bilang permisi (in English of course) aku duduk di kursi 15D, persis di dekat jendela.

Daripada bengong dan memang sudah kebiasaan, aku keluarkan senjata utama pembunuh waktu. Apalagi kalau bukan buku? XD Tadi aku bawa bukunya Mas Boni yang judulnya Xar dan Vichattan. Sebenernya pengen coba ngobrol, tapi bahasa Inggrisku nggak lancar. duh, nggak enak kali ya kalau ngomongnya tiba tiba pake bahasa Tarzan.

Jadilah, aku baca itu buku. Lagi asyik baca, eh tiga backpacker tersebut mengeluarkan buku yang akan mereka baca. Keren ya? Seorang gadis membaca buku The Girl With The Dragon Tattoo, yup buku dalam bahasa Inggris itu ternyata tebel juga, meski nggak segede versi terjemahan Indonesianya.yang dua lagi sepertinya baca buku tentang Dalai lama, tapi aku nggak lihat jelas judulnya apa. Argghhh.. dikelilingi backpacker yang sama-sama sedang membaca buku itu rasanya.. kayak udah kenal lamaa sama mereka *sok banget yak gue.

Terus muncul ide buat ngasihin mereka pembatas buku yang biasa aku bawa. Naaah, celakanya aku nggak bawa satupun pembatas buku yang 'layak', karena aku ternyata masih pake karcis kereta buat mbatesin halaman di buku yg kali ini lagi aku baca. Nggak habis ide, aku buka tas terus nyoba cari kartupos, seingatku aku masih punya 3 kartu versi Indonesia di map. Sialnya ternyata nggak aku bawa. Huwaa.. padahal aku pingin banget ngasih mereka kenang-kenangan terus utamanya sih ngajak mereka kenalan.

Sesampai di Purwosari, baru deh kita ngobrol. Awalnya karena mereka bingung nanya stasiun. Cuma ngobrol sebentar, mereka baru datang ke Solo dan belum reservasi di hotel atau penginapan manapun. Purwosari-Balapan itu kan deket banget, jadilah kita cuma ngobrol-ngobrol sebentar. Nggak sempet nanya nama, nanya asal, apalagi minta nomor kontak.

Tapi setidaknya pertemuan dengan ketiga turis asing tersebut aku jadi dapat pelajaran. Selalu sedia pembatas buku atau kartupos layak karena siapa tahu kamu ketemu lagi dengan Turis yang juga doyan buku kayak kamu. Dengan begitu kamu bisa membuka percakapan dan ngobrol lebih jauh tentang buku. Ya kan? :D

Untuk siapapun kalian, wahai tiga backpacker yang tadi ketemu akuu. I hope you will enjoy Solo, and we can meet again someday. dan kalo ketmeu lagi, gue akan kasih pembatas buku wayang atau kartupos Indonesia deh buat kalian. :D


*pernah punya pengalaman serupa? coba berbagi dengan aku.. :D

Salam,

Salam,