Buku Satu : Takhta Cahaya
Penulis : Bonmedo Tambunan
Penyunting : Lutfi Jayadi dan Ratri Adityarani
Penerbit : Adhika
Pustaka
Cetakan kedua :
Juli 2010
Tebal : 342
halaman, softcover
ISBN : 978-979-19991-2-0
Kuil kegelapan
kembali bangkit, ditandai dengan terwujudnya kutukan yang menimpa pimpinan Kuil
Xar dan Vichattan, yaitu Biarawati Agung Mirell dan Penasihat Utama Magdalin.
Kedua wanita ini mulai khawatir, bukan karena kesehatan mereka tetapi karena
adanya ramalan bahwa Khalash, Sang Penguasa kegelapan akan kembali. Khalash dan
para sekutunya telah berhasil dikalahkan pasukan cahaya dalam peperangan tujuh
tahun yang lalu. Ramalan itu juga sudah ada selama jangka waktu tersebut,
tetapi mereka tidak menyangka bahwa secepat itu Kuil kegelapan akan berdiri
lagi.
Sedangkan tanpa
penerus Kuil cahaya, kekuatan Kuil Xar dan Vichattan tidak akan mampu melawan
Khalash dan sihir kegelapannya. Ya, perang tujuh tahun lalu telah menghancurkan
Kuil Cahaya dan Kuil Kegelapan. Lalu jika Kalash bisa membangun kembali Kuil
Kegelapan, siapa yang bisa membangkitkan lagi Kekuatan Kuil Cahaya?
Untungnya Pendeta
Cahaya Lucia masih terus mengawasi dan mempersiapkan pewaris untuk
membangkitkan kembali kekuatan Kuil Cahaya, bahkan meskipun Lucia sebenarnya
tidak lagi berada di dunia ini. Dengan kekuatannya, Lucia meneruskan berita
bahwa pewaris cahaya tersebut adalah keempat anak yang berasal dari Kuil Xar
dan Vichattan. Yaitu Antessa (cucu dari Biarawati Agung Mirell), Dalrin (putra
dari Terma uv Elaim pemimpin pasukan penjaga Kuil Xar), Kara (cucu dari
Penasihat Utama Magdalin dari Vichattan) dan Gerome (anak dari Tiarawan Mauris
dari Vichattan).
Keempat anak ini
harus memenuhi takdir mereka menjadi pewaris sihir cahaya dan membangkitkan
kembali Kuil Cahaya. Namun untuk membangkitkan Kuil Cahaya, mereka terlebih
dahulu harus membangunkan Amor dan Pietas, dua penjaga Kuil cahaya di
Pegunungan Eros. Perjalanan mereka tentu saja tidak mudah, selain karena mereka
masih anak kecil, adanya serangan dari pengikut Kalash, bahkan dari
monster-monster menjijikkan juga
menjadikan petualangan mereka menjadi berbahaya dan menegangkan.
Akankah keempat
anak itu akan berhasil membangkitkan lagi kekuatan Kuil Cahaya?
Dari awal membaca
buku ini, saya sudah suka dengan pengembangan ide ceritanya. Meski tema
ceritanya standar, yaitu kebaikan melawan kejahatan, serta tokoh anak menjadi
calon penyelamat masa depan sudah sering juga digunakan di berbagai cerita
fantasi tetapi keistimewaan buku ini adalah adanya empat anak sekaligus yang
menjadi tokoh utama cerita. Menurut saya pilihan empat tokoh adalah bukan hal
yang mudah, karena sebenarnya penulis dituntut untuk menonjolkan karakter dari
masing-masing anak.
Yang sayangnya di
buku ini, karakter tersebut kurang dibangun dengan kuat, bahkan tokoh Gerome
yang seorang anak kecil dengan sifat semaunya juga masih memiliki standar
kebaikan yang juga dimiliki ketiga temannya. Bahkan kalau saya perhatikan, si
Kara dan Antessa kurang bisa dibedakan karena sama-sama baik hati dan pintar.
Meski di beberapa adegan juga ada karakter Kara yang menonjol karena ia
terlihat serba tahu akan sejarah meski usianya masih muda.
Keluhan yang
muncul saat saya membaca buku ini juga dari tokohnya yang.. em.. cukup banyak,
sampai saya kadang bingung membayangkannya. Kenapa? Karena namanya
panjang-panjaang.. huwouwooo.. dan karakternya yang ’wah’ Cuma satu kalau
menurutku, si Terma doank. Mungkin karena ditokohkan sebagai petinggi dan cowok
yang ganteng, eh.. ayah yang ganteng.. jadinya aku gampang banget ngebayangin
wajahnya si Terma ini meski ia muncul berkali-kali di beberapa adegan secara
mendadak XD
Adegan pertempuran
yang diceritakan di buku ini sangat seru, saking serunya sampai saya susah
banget nglepasin buku ini buat istirahat kalau sudah dibaca, padahal kalau baca
kelamaan agak kurang nyaman karena hurufnya.. mungil.. -- ”
Tapi toh, empat
bintang saya sematkan untuk empat ahli waris sihir Cahaya.
Yang masih membuat
saya penasaran adalah kenapa dipilih empat orang anak kecil?
Kenapa sebanyak
itu? Ya, mungkin jawabannya bisa saya dapatkan kalau sudah membaca buku
lanjutannya. :D
*Terima kasih
untuk buntelan yang seru ini Mas Boni dan Mbak Truly. :D