Slide Show

Mei 04, 2012

Xar & Vichattan : Takhta Cahaya. Jika anakmu bertugas menyelamatkan dunia, relakah kamu melepasnya?



Judul Buku :      Xar & Vichattan. Seri Ahli Waris Cahaya.
Buku Satu : Takhta Cahaya
Penulis : Bonmedo Tambunan
Penyunting : Lutfi Jayadi dan Ratri Adityarani
Penerbit : Adhika Pustaka
Cetakan kedua : Juli 2010
Tebal : 342 halaman, softcover
ISBN : 978-979-19991-2-0


Kuil kegelapan kembali bangkit, ditandai dengan terwujudnya kutukan yang menimpa pimpinan Kuil Xar dan Vichattan, yaitu Biarawati Agung Mirell dan Penasihat Utama Magdalin. Kedua wanita ini mulai khawatir, bukan karena kesehatan mereka tetapi karena adanya ramalan bahwa Khalash, Sang Penguasa kegelapan akan kembali. Khalash dan para sekutunya telah berhasil dikalahkan pasukan cahaya dalam peperangan tujuh tahun yang lalu. Ramalan itu juga sudah ada selama jangka waktu tersebut, tetapi mereka tidak menyangka bahwa secepat itu Kuil kegelapan akan berdiri lagi.

Sedangkan tanpa penerus Kuil cahaya, kekuatan Kuil Xar dan Vichattan tidak akan mampu melawan Khalash dan sihir kegelapannya. Ya, perang tujuh tahun lalu telah menghancurkan Kuil Cahaya dan Kuil Kegelapan. Lalu jika Kalash bisa membangun kembali Kuil Kegelapan, siapa yang bisa membangkitkan lagi Kekuatan Kuil Cahaya?

Untungnya Pendeta Cahaya Lucia masih terus mengawasi dan mempersiapkan pewaris untuk membangkitkan kembali kekuatan Kuil Cahaya, bahkan meskipun Lucia sebenarnya tidak lagi berada di dunia ini. Dengan kekuatannya, Lucia meneruskan berita bahwa pewaris cahaya tersebut adalah keempat anak yang berasal dari Kuil Xar dan Vichattan. Yaitu Antessa (cucu dari Biarawati Agung Mirell), Dalrin (putra dari Terma uv Elaim pemimpin pasukan penjaga Kuil Xar), Kara (cucu dari Penasihat Utama Magdalin dari Vichattan) dan Gerome (anak dari Tiarawan Mauris dari Vichattan).


Keempat anak ini harus memenuhi takdir mereka menjadi pewaris sihir cahaya dan membangkitkan kembali Kuil Cahaya. Namun untuk membangkitkan Kuil Cahaya, mereka terlebih dahulu harus membangunkan Amor dan Pietas, dua penjaga Kuil cahaya di Pegunungan Eros. Perjalanan mereka tentu saja tidak mudah, selain karena mereka masih anak kecil, adanya serangan dari pengikut Kalash, bahkan dari monster-monster menjijikkan  juga menjadikan petualangan mereka menjadi berbahaya dan menegangkan.

Akankah keempat anak itu akan berhasil membangkitkan lagi kekuatan Kuil Cahaya?

Dari awal membaca buku ini, saya sudah suka dengan pengembangan ide ceritanya. Meski tema ceritanya standar, yaitu kebaikan melawan kejahatan, serta tokoh anak menjadi calon penyelamat masa depan sudah sering juga digunakan di berbagai cerita fantasi tetapi keistimewaan buku ini adalah adanya empat anak sekaligus yang menjadi tokoh utama cerita. Menurut saya pilihan empat tokoh adalah bukan hal yang mudah, karena sebenarnya penulis dituntut untuk menonjolkan karakter dari masing-masing anak.

Yang sayangnya di buku ini, karakter tersebut kurang dibangun dengan kuat, bahkan tokoh Gerome yang seorang anak kecil dengan sifat semaunya juga masih memiliki standar kebaikan yang juga dimiliki ketiga temannya. Bahkan kalau saya perhatikan, si Kara dan Antessa kurang bisa dibedakan karena sama-sama baik hati dan pintar. Meski di beberapa adegan juga ada karakter Kara yang menonjol karena ia terlihat serba tahu akan sejarah meski usianya masih muda.

Keluhan yang muncul saat saya membaca buku ini juga dari tokohnya yang.. em.. cukup banyak, sampai saya kadang bingung membayangkannya. Kenapa? Karena namanya panjang-panjaang.. huwouwooo.. dan karakternya yang ’wah’ Cuma satu kalau menurutku, si Terma doank. Mungkin karena ditokohkan sebagai petinggi dan cowok yang ganteng, eh.. ayah yang ganteng.. jadinya aku gampang banget ngebayangin wajahnya si Terma ini meski ia muncul berkali-kali di beberapa adegan secara mendadak XD

Adegan pertempuran yang diceritakan di buku ini sangat seru, saking serunya sampai saya susah banget nglepasin buku ini buat istirahat kalau sudah dibaca, padahal kalau baca kelamaan agak kurang nyaman karena hurufnya.. mungil.. -- ”

Tapi toh, empat bintang saya sematkan untuk empat ahli waris sihir Cahaya.


Yang masih membuat saya penasaran adalah kenapa dipilih empat orang anak kecil?
Kenapa sebanyak itu? Ya, mungkin jawabannya bisa saya dapatkan kalau sudah membaca buku lanjutannya. :D

*Terima kasih untuk buntelan yang seru ini Mas Boni dan Mbak Truly. :D
Mei 03, 2012

Dalai Lama, Steig Larsson, Kereta dan perjalanan

Sore ini aku duduk di kereta jurusan Jogja-Solo. Nah, kebetulan kereta yang aku tumpangi itu ada nomor duduk di karcisnya, tadinya sih hepi-hepi aja dapet nomer 15 D. Yes, gue duduk di deket jendela. *Pemandangan dari jendela kereta sepanjang Jogja-Solo itu keren banget kalau senja.

Ternyata oh ternyata, gue duduk di depan dan di sebelah tiga orang bule, well, this is could be good or maybe become disaster. gue termasuk mungil kalau dibandingin tubuh-tubuh mereka jeee.. Jadilah sambil tebar senyum sambil bilang permisi (in English of course) aku duduk di kursi 15D, persis di dekat jendela.

Daripada bengong dan memang sudah kebiasaan, aku keluarkan senjata utama pembunuh waktu. Apalagi kalau bukan buku? XD Tadi aku bawa bukunya Mas Boni yang judulnya Xar dan Vichattan. Sebenernya pengen coba ngobrol, tapi bahasa Inggrisku nggak lancar. duh, nggak enak kali ya kalau ngomongnya tiba tiba pake bahasa Tarzan.

Jadilah, aku baca itu buku. Lagi asyik baca, eh tiga backpacker tersebut mengeluarkan buku yang akan mereka baca. Keren ya? Seorang gadis membaca buku The Girl With The Dragon Tattoo, yup buku dalam bahasa Inggris itu ternyata tebel juga, meski nggak segede versi terjemahan Indonesianya.yang dua lagi sepertinya baca buku tentang Dalai lama, tapi aku nggak lihat jelas judulnya apa. Argghhh.. dikelilingi backpacker yang sama-sama sedang membaca buku itu rasanya.. kayak udah kenal lamaa sama mereka *sok banget yak gue.

Terus muncul ide buat ngasihin mereka pembatas buku yang biasa aku bawa. Naaah, celakanya aku nggak bawa satupun pembatas buku yang 'layak', karena aku ternyata masih pake karcis kereta buat mbatesin halaman di buku yg kali ini lagi aku baca. Nggak habis ide, aku buka tas terus nyoba cari kartupos, seingatku aku masih punya 3 kartu versi Indonesia di map. Sialnya ternyata nggak aku bawa. Huwaa.. padahal aku pingin banget ngasih mereka kenang-kenangan terus utamanya sih ngajak mereka kenalan.

Sesampai di Purwosari, baru deh kita ngobrol. Awalnya karena mereka bingung nanya stasiun. Cuma ngobrol sebentar, mereka baru datang ke Solo dan belum reservasi di hotel atau penginapan manapun. Purwosari-Balapan itu kan deket banget, jadilah kita cuma ngobrol-ngobrol sebentar. Nggak sempet nanya nama, nanya asal, apalagi minta nomor kontak.

Tapi setidaknya pertemuan dengan ketiga turis asing tersebut aku jadi dapat pelajaran. Selalu sedia pembatas buku atau kartupos layak karena siapa tahu kamu ketemu lagi dengan Turis yang juga doyan buku kayak kamu. Dengan begitu kamu bisa membuka percakapan dan ngobrol lebih jauh tentang buku. Ya kan? :D

Untuk siapapun kalian, wahai tiga backpacker yang tadi ketemu akuu. I hope you will enjoy Solo, and we can meet again someday. dan kalo ketmeu lagi, gue akan kasih pembatas buku wayang atau kartupos Indonesia deh buat kalian. :D


*pernah punya pengalaman serupa? coba berbagi dengan aku.. :D

Character Thursday 9

Adalah book blog hop di mana setiap blog memposting tokoh pilihan dalam buku yang sedang atau telah dibaca selama seminggu terakhir (judul atau genre buku bebas).
- Kalian bisa menjelaskan mengapa kalian suka/benci tokoh itu, sekilas kepribadian si tokoh, atau peranannya dalam keseluruhan kisah.
- Jangan lupa mencantumkan juga cover buku yang tokohnya kalian ambil.
- Kalau buku itu sudah difilmkan, kalian juga bisa mencantumkan foto si tokoh dalam film, atau foto aktor/aktris yang kalian anggap cocok dengan kepribadian si tokoh.
 


Syarat Mengikuti :

1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di box di bawah button (cukup copas saja kode itu di posting atau di sidebar kalian).
3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu.
4. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: "Nama blogger @ nama blog", misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
5. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…



Character Thursday ini saya mau cerita tentang seorang tokoh dari buku yang sedang aku baca, judulnya Xar dan Vichattan Buku satu : Takhta Cahaya

Tokohnya bernama Antessa, seorang gadis berumur 14 tahun itu adalah cucu dari Biarawati Agung Kuil Xar. Ia adalah seorang dari empat pewaris cahaya yang bertugas menghidupkan lagi Kuil Cahaya untuk memerangi Kuil kegelapan.

Antessa adalah seorang gadis yang cerdas dan berbakat khusunya dalam bidang sihir kuil Xar. Ia ramah dan sopan, pokoknya tipe anak perempuan yang menyenangkan. Antassa juga tipe anak perempuan yang berani. Nah, perfect banget kan? Siapa coba yang nggak suka berteman dengan cewek macam ini. Dan yang lebih-lebih, sepertinya semua orang tua pasti seneng banget kan kalo punya anak kayak dia? Heheh..
Masalahnya adalah, dia itu masih kecil, makanya tokoh ini kok terasa janggal banget waktu aku bayangkan. Tapi memang baru sepertiga buku sih yang aku baca, jadi masih belum tahu seperti apa peranannya dan pembangunan karakternya dalam sisa halaman seterusnya.

Apa dia selalu sempurna? Atau dia juga seperti manusia biasa?

Jadi biar saya baca dulu bukunya ya, lalu nanti kita bahas di review bukunya :D


Mei 01, 2012

Specials. Kamukah diantaranya?


Judul Buku :  Specials (Uglies #3)
Penulis : Scott Westerfeld
Penerjemah : Yunita Candra S
Penerbit : Matahati
Cetakan Pertama : 2011
Penyunting : Lulu Fitri Rahman
ISBN : 978-602-859-0310



Masih ingat bagaimana kisah Tally Youngblood di seri kedua Uglies yang berjudul Pretties? Yak, di buku ini seperti yang sudah bisa ditebak dari judulnya adalah kisah Tally dan kawan-kawannya setelah mereka menjadi Specials.

Specials atau yang biasa disebut Special Circumtances adalah aparat rahasia pemerintahan kota yang bertindak seperti militer. Wajah mereka rupawan, tetapi otak dan tubuh mereka adalah senjata yang mengancam. Tally bergabung dalam kelompok Cutter, kelompok yang didirikan Shay yang dianakemaskan pimpinan mereka, Dr. Cable, Wanita ambisius yang sudah lama mencoba mencari jejak orang-orang Smoke.

Di buku ini, Tally dan kelompoknya mencoba mmencari letak Smoke Baru yang diam-diam telah mempererat cengkeramannya terhadap kota Rupawan Baru. Diketahui bahwa banyak orang-orang di Rupawan Baru yang mulai bertindak sangat ekstrim yang membuat kelompok Cutter, terutama Shay dan Tally curiga telah terjadi sesuatu. Dan ternyata dugaan mereka benar, kaum Smoke Baru telah menyelundupkan banyak pil untuk membantu menjernihkan pikiran mereka. Pil yang diduga sama seperti yang diminum Tally dan Zane dulu.

Satu-satunya cara untuk menghentikan peredaran obat tersebut adalah dengan menghancurkan pusat pembuatnya. Shay dan Tally memiliki ide untuk menemukan dan memusnahkan Smoke Baru, dan sebuah ide cemerlang muncul. Mereka akan memanfaatkan Zane. Awalnya Tally tidak rela kekasihnya itu dijadikan umpan, tapi dengan pertimbangan bahwa jika Zane bisa melarikan diri dari kota Kaum Rupawan, maka mungkin Dr. Cable akan mengijinkan Zane menjadi kaum Specials. Sama seperti Tally dan mereka mungkin akan hidup bahagia selama-lamanya.

Tapi benarkah begitu akhir ceritanya?

Tunggu, cerita yang sebenarnya baru dimulai. Untuk menegaskan kemampuan Zane (yang sebenarnya dibantu oleh Tally dan Shay) melarikan diri, mereka memiliki ide untuk mencuri sebuah pemotong logam di Gudang Senjata. Celakanya, ketika mencuri mereka tidak sengaja menumpahkan sebotol larutan yang berbahaya. Larutan itu memakan semuanya, besi, meja, dinding, mesin-mesin dan banyak hal yang membuat Gudang Senjata hancur terbakar.

Mungkin ini kecelakaan yang berlebihan, tapi Tally pikir ini pasti akan menjadi pertimbangan untuk menjadikan Zane kelak seorang Special. Perjalanan Zane dan teman-temannya dalam menemukan Smoke Baru tentu saja dalam pengawasan Shay dan Tally. Mereka berdua mengendap-endap mencari jejak agar bisa tetap mengikuti kelompok pelarian Rupawan Baru tersebut sambil merancang rencana untuk menghancurkan Smoke Baru.

Kejutannya, akan saya beberkan ya. Smoke Baru itu adalah Kota lainnya. Itu bukan hanya sekedar ’Smoke’, Kota tersebut adalah kota yang penuh warna dan banyak orang. Begitu banyak cerita dan petualangan Tally yang sebenarnya, malah terjadi di kota tersebut.

 Dari awal cerita sampai hampir setengah buku cukup membuat saya bosan membaca buku ini. Tally yang plin-plan, alur yang bikin senewen saking lambatnya, serta Shay yang judes hampir membuat saya punya niat untuk berhenti membaca buku ini. Tapi toh, berhubung saya masih penasaran akan akhir kisahnya Tally, maka saya tetapkan hati untuk terus menyimak jalan ceritanya.

Ternyataaa..oh ternyataa..

Keseruan buku ini itu ada di setengah buku sisanya. Jadi setelah Tally menemukan kota Baru itu, ia mengalami serentetan peristiwa dan kejadian yang membuat saya cukup tegang saat membacanya. Alur ceritanya berubah menjadi cepat meski tetap saja ada detail-detail yang cukup membosankan bila dibaca. Seperti ketika pelarian di Rumah sakit, atau sebelum itu, saat kejadian Tally mengejar helikopter. Jadi, saya membaca sekilas paragraf-paragraf yang banjir detail ini, dan meskipun demikian saya toh tetap tidak kehilangan jalan ceritanya.

Tokoh Tally juga membuat saya sebal bukan main, di cerita ini dia menjadi sangat plin-plan jauh melebihi sifatnya di buku kedua. Meski Tally sudah menjadi Special, tapi kegalauan dan keplin-planannya tidak hilang. Sifat ini ditambah sikap sok tahu, mau menang sendiri dna sok berkuasa sebagaimana sikap seorang ’Special’ membuat Tally lengkap menjadi tokoh yang nggak saya suka.

Tapi toh ending yang mengejutkan membuat saya memberi tiga bintang untuk buku ini.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------






 // Lomba Estafet Review Buku //
Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia
http://www.bookoopedia.com/id/book/id-54379/uglies-series-3-specials.html
So, selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku, di blognya:
Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho! http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html


April 27, 2012

Perkara Mengirim Senja


Judul Buku : Perkara Mengirim Senja
Penulis : Valiant Budi Yogi, Jia Effendie, M. Aan Mansyur, dan 11 penulis lainnya.
Penyunting : Jia Effendie
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Cetakan Pertama : April 2012
ISBN : 978-979-024-502-0




Bagi para penikmat dan pembaca buku Indonesia pasti sudah tak asing dengan nama Seno Gumira Ajidarma (SGA). Beliau adalah salah seorang penulis terbaik Indonesia yang telah menulis puluhan cerpen, novel, puisi, esai bahkan juga pernah mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri. Buku Perkara Mengirim Senja ini berisi 15 cerita yang merupakan penafsiran ulang dari karya-karya SGA.

Mau mencoba menjelajahinya? Saya ceritakan beberapa kisah di dalamnya ya. :)

Cerita pertama adalah karya @vabyo , berjudul Gadis kembang, mengisahkan tentang kisah cinta perselingkuhan dalam rumah tangga. Satu kalimat yang saya suka “Rumah memiliki kekuatan Magis bagi penghuninya.” Empat bintang untuk cerita ini. Ending yang manis tapi getir penuh kejutan.


Cerita kedua milik @JiaEffendie berjudul Perkara Mengirim Senja. Sebagai judul utama buku ini, cerita Jia memiliki keistimewaan tersendiri karena permainan kata ganti yang cantik membuat saya sampai membaca tiga kali agar memahami jalan ceritanya. Potongan senja seperti kisah Alina dan Sukab milik SGA menjadi dasar cerita ini. Empat bintang untuk kartupos senja.

Cerita ketiga milik @hurufkecil yang judulnya saja sudah fenomenal (saking panjangnya). Selepas Membaca Sebuah pertanyaan untuk Cinta, Alina menulis dua cerita pendek sambil membayangkan Lelaki Bajingan yang Baru Meninggalkannya. Sesuai judulnya, ada dua cerita pendek dalam judul ini yang saya rasa tidak berkaitan. Yang satu tentang ‘terpasung’nya Si Wanita oleh Suaminya dan yang satu lagi tentang seorang Pria yang baru ditinggal pergi istrinya. Dua cerita, empat bintang untuk kepiawaian memainkan akhir cerita.

 Akulah Pendukungmu adalah cerita keenam di buku ini. Cerita yang ditulis @salamatahari ini buat saya memiliki kesan yang berbeda di antara cerita-cerita lainnya. Mungkin karena judulnya yang mengingatkan saya akan penggalan sebuah lagu nasional kita, Garuda Pancasila. Cerita ini menceritakan apa yang dilakukan Sang Garuda ketika hari kebangkitan Pancasila yang disandangnya dirayakan yaitu pada tanggal 1 Oktober. Cerita ini merespon cerpen ‘Joko Swiwi’ dan ‘Pelajaran Mengarang’ milik SGA.Satu kutipan yang saya suka dari cerita ini "Waktu adalah pesaing yang tidak kenal ampun".

Cerita ketiga belas adalah cerita milik @FebyIndirani yang berjudul Surat ke-93. Tentang surat ke-93 yang dikirimkan seseorang terhadap cinta yang mengabaikannya. “Karenanya pengabaian adalah bentuk hukuman paling kejam.” Entah karena kebodohan atau kesetiaan seorang wanita yang membuat saya gemas membaca cerita ini. Merupakan tafsir ulang dari Surat dalam Atas Nama Malam.


Ada lagi kisah tentang perselingkuhan, cinta yang diceritakan dengan unik dan apik oleh @monstreza yang berjudul  Empat Manusia. Seperti satu kutipannya “Kenapa kau selalu menawar rindu di saat yang tidak tepat?”

Cerita favorit saya adalah cerita dengan judul Gadis tak Bernama karangan @perempuansore. Cerita ini berkisah tentang seorang gadis yang bekerja di Departemen rahasia yang bernama Dinas Penelitian Senja. Pekerjaannya meneliti senja, sampai sedetil-detilnya. Mengukur diameternya, menghitung serat jingganya sampai mengukur hangatnya. Nah, pekerjaan yang romantis bukan? Tapi seperti yang gadis itu bilang, "Pekerjaan Romantis tidak membawamu kepada hubungan yang romantis", maka begitu juga dengan kisah cinta gadis tak bernama ini. Penokohan yang kuat serta plot cerita yang ringan dan bahasa yang menyenangkan untuk dinikmati membuat cerpen ini amat saya suka.

Mungkin karena saya secara pribadi memiliki ketertarikan tersendiri terhadap pemandangan senja, sehingga tentu saja secara sukses membuat saya begitu tergoda ketika cetakan pertama buku ini diluncurkan lewat @PosCinta. Secara keseluruhan, saya menyukai kesemua cerita yang di dalam buku ini. Tidak semuanya bernafaskan senja atau cinta, sebab ada juga yang membahas konflik social seperti di cerita Guru Omong Kosong milik @arnellism atau pada Satu Sepatu, Dua Kecoak satu cerita lainnya yang ditulis oleh @salamatahari.


Pemilihan diksi yang kaya juga membuat saya sebagai pembaca terlena sampai tak mau berhenti membaca. Ya, selain karena keindahan bahasa, saya cukup butuh perhatian lebih banyak ketika membaca beberapa cerita yang misterius. Kenapa misterius? Terkadang ada bahasa-bahasa yang agak susah dimengerti jika hanya dibaca sekali dua kali, tapi jika telah dibaca berkali-kali baru kita bisa menarik garis besar isi cerita tersebut. Sayangnya, tidak semua cerita ditulis merupakan tafsir ulang karya SGA yang mana, meski beberapa cerita memang mempunyai latar cerita yang sama. Tentang potongan senja, Sukab dan Alina, dimana ketiga elemen tersebut sering muncul di cerita-cerita milik SGA khususnya pada cerita 'Sepotong Senja Untuk Pacarku'.


Ilustrasi yang apik dan misterius juga memenuhi beberapa halaman, membuat kesan cerita yang digambarkannya lebih dalam dan lebih menawan. Tentu saja empat bintang layak saya berikan untuk buku ini!

Seperti kata Alberthiene Endah, Penulis Mimpi Sejuta Dolar "Sihir cerita dengan aransemen wacana yang memikat."

Salam,

Salam,