Slide Show

Maret 16, 2012

Sarah’s Key


Julia Jarmond adalah seorang wanita Amerika yang bekerja sebagai wartawan di sebuah surat kabar di Perancis. Suatu hari ia ditugaskan untuk membuat artikel tentang peringatan ke enam puluh tahun Vel’d’Hiv’. Operasi Angin Musim Semi, nama lainnya, adalah peristiwa pengumpulan besar-besaran di sebuah stadion indoor bernama Vélodrome d’Hiver pada tanggal 16 Juli 1942. Ribuan keluarga Yahudi disekap di sana lalu dikirim ke Auschwits dan dimasukkan ke kamar gas.

Masalahnya, ini adalah aib bagi orang-orang Prancis, sehingga Julia mungkin akan kesulitan menemukan fakta-fakta atau jejak masa lalu dari peristiwa memalukan tersebut. Mengapa? Karena orang-orang Yahudi tersebut ditangkapi oleh Polisi-Polisi Prancis, Kamp-kamp yang dijadikan tempat tahanan juga berada dekat dengan rumah-rumah warga Prancis dan para terluka tersebut, orang-orang Yahudi, dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya di depan mata warga Prancis, karena mereka melalui jalan-jalan utama yang tentu dapat dilihat orang banyak.

Penjelajahan Julia akan peristiwa Holocaust tersebut membuatnya sangat penasaran. Terlebih banyaknya ketidaktahuan banyak orang Prancis sendiri akan tragedi apa yang terjadi saat itu. Aib yang mereka anggap angin lalu, sampai Julia menemukan rahasia antara apartemen nenek suaminya dengan sebuah keluarga dari korban Holocaust tersebut.
26 Rue de Saintonge, saat ini
Tersebutlah Sarah Starzynski, gadis kecil berumur sepuluh tahun yang pada malam di Juli 1942 mendengar gedoran di pintu apartemennya. Ia segera membangunkan ibunya, berdua mereka membuka pintu dan mendapati dua Polisi Prancis menyuruh mereka mengemasi barang-barang. Ibunya membereskan barang dan Sarah membangunkan adik laki-lakinya, Michel, supaya bergegas mengikuti ia dan Ibunya. Michel terlalu takut untuk ikut, ia memilih bersembunyi di tempat persembunyian petak umpet favorit mereka, yaitu di dalam lemari.

Sarah menyetujuinya, ia membiarkan Michel masuk dan berbisik bahwa Sarah akan kembali untuk mengeluarkan Michel. Pintu lemari terkunci dan Sarah tahu adiknya akan aman, di dalam lemari ada sebotol air minum, sebuah senter dan buku cerita yang disukai Michel. Sarah memasukkan kunci kuningan itu ke dalam sakunya dank e luar rumah bersama Ibunya. Ia berbisik bangga kepada Ibu, kalau Michel bersembunyi dalam lemari dan ia akan aman. Kita akan segera kembali untuk mengeluarkannya.

Saat itu Ibu dan Ayahnya yang menyusul kemudian menunjukkan senyum tersedih yang pernah dilihat Sarah. Kenapa? Ah, celakanya Sarah dan orangtuanya tidak langsung dikembalikan ke rumah. Mereka di bawa ke sebuah ruangan besar bersama banyak orang-orang Yahudi lainnya. Benak Sarah berkecamuk, ia harus kembali menolong adiknya, Michel masih di dalm lemari. Ia harus segera melarikan diri. Jika tidak…

Ya, sebuah cerita yang menautkan dua kehidupan, beberapa generasi dan disatukan oleh peristiwa pahit dalam sejarah manusia. Diceritakan secara bergantian antara kisah Sarah dan Julia, yang membuat pembaca betah lama-lama menikmati alurnya. Meski font huruf yang digunakan kurang nyaman di mata, namun konflik pernikahan, tragedy kemanusiaan, pengungkapan misteri yang dijalin penulis dalam cerita ini seakan menjadi perekat yang membuat saya penasaran untuk terus membaca.

Velodrome d'Hiver memorial sculpture
 Penokohan Julia dan Sarah yang kuat serta cerita yang tragis membuat buku ini amat berkesan bagi saya. Bahkan dalam waktu kurang dari 24 jam sudah selesai dibaca, tentu karena terbawa emosi dan rasa penasaran yang muncul saat membaca kisahnya. Mungkin Sarah adalah tokoh fiksi, tapi bisa jadi ia benar-benar ada di luar sana. Seorang dari beribu korban Holocaust, yang tak hanya terjadi di Prancis tapi terjadi di beberapa bagian dunia lainnya. Tragedi yang diungkap penulis ini membuat saya memandang aib suatu Negara sebagai suatu hal yang jika ditutup-tutupi malah menjadi penyakit yang menggerogoti batin orang-orang yang terlibat di dalamnya secara langsung maupun tidak langsung.

Poster Film Sarah's key
 Tatiana de Rosnay, sang penulis novel ini sebenarnya adalah orang Prancis, sejak tahun 1992 ia telah menerbitkan 12 novel baik dalam bahasa Inggris maupun Prancis. Novel Sarah’s Key diterbitkan pertama kali tahun 2006 dan berhasil mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya Livre du Poche - Reader's choice, Prix de lecteurs de Corse dan Cronos prize of literature. Novel Sarah’s Key juga sudah difilmkan pada tahun 2010 dengan Kristin Scott Thomas sebagai Julia dan Melusine Mayance sebagai Sarah. Anda bisa mengunjungi website de Rosnay di http://www.tatianaderosnay.com/.

4/5 bintang untuk buku ini!


Judul Buku :  Sarah’s Key
Penulis : Tatiana de Rosnay
Alih Bahasa : Lily Endang J.
Tebal : 340 halaman, paperback
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Cetakan Pertama : 2011
ISBN : 978-602-00-0923




Maret 15, 2012

Character Thursday 3

Udah Character Thursday ketigaa.. *hip hip huraa.
*Apa sih.
Baiklah, sebelum mulai menokohkan si dia. Mari kita ulas dulu peraturannya yang masih sama.

Peraturannya masih samaa..


Character Thursday
 
 
 
Adalah book blog hop di mana setiap blog memposting tokoh pilihan dalam buku yang sedang atau telah dibaca selama seminggu terakhir (judul atau genre buku bebas).
- Kalian bisa menjelaskan mengapa kalian suka/benci tokoh itu, sekilas kepribadian si tokoh, atau peranannya dalam keseluruhan kisah.
- Jangan lupa mencantumkan juga cover buku yang tokohnya kalian ambil.
- Kalau buku itu sudah difilmkan, kalian juga bisa mencantumkan foto si tokoh dalam film, atau foto aktor/aktris yang kalian anggap cocok dengan kepribadian si tokoh.

Syarat Mengikuti :

1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di box di bawah button (cukup copas saja kode itu di posting atau di sidebar kalian).
3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu.
3. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: "Nama blogger @ nama blog", misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
 4. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…
 
 
 Kali ini saya mau cerita tentang seorang wanita keren bernamaa.. *aduh, nggak tahu namanyaaa.

Sebut saja Ibunya Lena Haloway, dari cerita di Novel Delirium karya Lauren Oliver. 
 
 
Kenapa saya milih Si 'Ibu' ini? Begini, dia (menurut saya pribadi) adalah sumber dari konflik yang sebenarnya terjadi pada tokoh utama, yaitu Lena Haloway, anak perempuannya.Si Ibu ini amat sangat menyayangi anak-anaknya. Yaitu Lena dan Rachel, kakak Lena.
“Aku mencintaimu. Ingat. Mereka Tidak bisa mengambilnya.”
Padahal saat itu tidak ada orangtua lain yang bersikap begitu sayang terhadap anaknya, seperti kasih sayang Ibunya Lena. Mereka bernyanyi (padahal musik adalah suatu hal yang diatur ketentuannya oleh undang-undang, jadi tidak boleh sembarang musik bisa didengarkan dengan legal), bermain kejar-kejaran di rumah, pesta piyama, tertawa-tawa, dan semuanya dilakukan secara rahasia, dengan pintu dan sela-sela jendela yang tertutup rapat, agar tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi di rumah mereka.Ini yang membuat Lena sebenarnya sangat beruntung, karena sejak kecil ia disiram dengan penuh cinta oleh keluarganya. Meski saat itu pemerintah telah bersikeras menganggap cinta adalah penyakit mematikan yang harus dihindari.

Kira-kira kalau difilmin, siapa ya yang pantas jadi si Ibu yang 'keras kepala' tapi penyayang ini? Hmm.. berbagai wajah bersliweran di pikiran saya, tapi menurut saya paling pas kalo diperankan..
 
 
 Halle Berry!! Dia mewakili sosok wanita yang penuh cinta tapi juga ada sisi keras dan perjuangannya. :)
 
Maret 14, 2012

Wishful Wednesday #3

Udah hari Rabuuu.. Meski agak ketinggalan, namun tak apalah. Kali ini saya mau ngajak kalian menyimak sebuah buku yang sudah saya pingin-in sejak pertama bertatap muka di toko buku. Tsaaah.. Eh, sebelumnya, sesuai peraturaan, kita kenalan dulu sama Wishful Wednesday nya Perpus kecil.


 Nah, yang mau share Wishful Wednesdaynya, silakan lho! 




1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Kali ini, Wishful Wednesday saya adalah sebuah buku karya Neil Gaiman berjudul American Gods.

Kenapa saya pingin buku ini? Well, utamanya sih karena saya penasaran dengan cerita fantasi khas Amerika. Sebenarnya selama ini saya lebih sering membaca fantasi khas dunia Eropa, Afrika atau Asia. Nah, jarang banget saya membaca cerita Fantasi yang ada totemnya.

Ini yang membuat saya bersemangat untuk terus menabung agar bisa membeli satu persatu Wishful Wednesday saya. Wakakak *curcol.

American Gods memenangkan penghargaan Hugo Award for Best SF/Fantasy Novel, Bram Stoker Award for Best Horror Novel, Locus Award for Best Fantasy Novel, Nebula Award for Best Novel, udah gitu bintannya di Goodreads tinggi. Jadi saya rasa, pantaslah kalau buku ini jadi Wishful Wednesday saya kali ini.



Sedikit review dari Goodreads yang saya culik.
Menjalani masa hukuman tiga tahun di penjara, Shadow melalui hari-harinya dengan tenang, menunggu dengan sabar hari ketika dia bisa kembali ke Eagle Point, Indiana. Pria yang tidak lagi takut akan yang mungkin terjadi esok, yang dia inginkan hanyalah kembali bersama dengan Laura, istri yang sangat dia cintai, dan memulai kehidupan baru.

Tetapi beberapa hari sebelum dia dibebaskan, Laura dan sahabat Shadow tewas dalam kecelakaan mobil. Hidupnya berantakan dan kehilangan arah, Shadow memutuskan untuk menerima pekerjaan dari orang asing yang memesona yang Shadow temui dalam perjalanan pulang. Pria misterius itu menamakan dirinya Mr. Wednesday, yang sepertinya lebih memahami Shadow daripada dirinya sendiri.

Kehidupan sebagai pelindung, sopir, dan pesuruh Wednesday ternyata lebih menarik dan berbahaya daripada yang dibayangkan Shadow––pekerjaan ini membawanya melalui perjalanan gelap dan aneh dan memperkenalkannya kepada karakter-karakter eksentrik dengan takdir yang bertautan dengan takdir Shadow sendiri. Shadow belajar bahwa masa lalu tidak pernah mati; bahwa semua orang, termasuk Laura yang dia cintai, menyimpan rahasia; dan bahwa mimpi, totem, legenda, dan mitos sebenarnya lebih nyata daripada yang kita ketahui. Puncaknya, dia akan menemukan di balik permukaan tenang kehidupan sehari-hari, ada badai datang––dan peperangan epik untuk jiwa Amerika––dan dia berdiri di tengah-tengah semua itu.

Semburat Senyum Sore



Judul Buku : Semburat Senyum Sore
Penulis : Vinca Callista
Penyunting : Jia Effendie
Penerbit : Atria
Cetakan Pertama : Mei 2011
Tebal : 244 halaman, paperback



 Langit Astreila Kawiswaran adalah seorang gadis berumur 20 tahun yang bekerja sebagai seorang penyiar di Ganendra Radio. Untuk merayakan ulang tahun Ganendra Radio yang kesepuluh, general manager Ganendra meminta Langit untuk membuat naskah film. Bahagia bukan kepalng, Langit tentu saja langsung menyanggupi permintaan itu. Me nulis sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi gadis yang supel itu, ia telah sering membuat cerpen, tulisan di blog, bahkan sampai menulis novel. Tapi keinginan terbesar Langit sebenarnya adalah membuat jalan cerita sebuah film.

Ternyata membuat sebuah film itu tidaklah mudah. Menentukan jalan cerita yang sesuai dengan kemauan banyak pihak dan terlibat langsung dalam pengambilan gambarnya membuat Langit cukup lelah, meski dijalaninya dengan semangat 45. Padahal saat itu di keluarganya sedang ada masalah. Oom kesayangannya meninggal dunia, sementara tantenya berbuat semena-mena terhadap Mama Langit dan Nini, neneknya. Belum lagi masalah yang timbul dari kisah cintanya Langit. Khas anak muda, menyukai dua orang pada saat yang bersamaan. XD

Tapi pertemuan Langit dengan Nenek Romlah dan Waris membuat cara pandang Langit terhadap hidup ini berubah. Pedagang tasbih di pinggir jalan itu menyadarkan Langit bahwa Langit masih jauh lebih beruntung daripada banyak orang yang tak mampu seperti Si Nenek. Pertemuan sederhana membuat Langit terlibat dan terikat lebih erat dalam jalinan kasih sayang yang diciptakan melalui senyum tulus dan keikhlasan Nenek Romlah.

Sebuah cerita yang benar-benar padat dan sarat makna. Yang paling saya suka dari buku ini adalah kata-kata indah yang ditulis di bagian bawah bab baru. Sebenarnya memang merupakan inti dari kisah yang tertuang dalam bab tersebut, tapi dengan manis, penulis menulisnya dalam kalimat yang panjang, tapi bermakna.

Membaca cerita ini sebenarnya membuat saya seperti menonton alur padat sinetron, cerita khas anak muda dan reality show tentang kehidupan yang disajikan secara singkat. Terlalu banyak masalah pada tokoh utama sehingga menyebabkan masalah itu jadi berlompatan di tiap-tiap bab. Kurang terpadu, kesannya.

Tapi tetaplah, pembawaan Langit yang riang. Alur yang cepat. Bahasanya yang keren dan gampang melekat, membuat saya memberi 4 bintang untuk buku ini.

Satu kalimat Langit yang saya suka,
“Kalau kita nggak bisa dapet apa yang kita suka, lebih baik kita suka apa yang udah kita dapet.”
Maret 11, 2012

Delirium


Judul Buku :  Delirium (Delirium #1)
Penulis : Lauren Oliver
Penerjemah : Vici Alfanani Purnomo
Penerbit : Mizan Fantasi
Cetakan Pertama : Desember 2011
ISBN : 978-979-433-646-5

Kenapa Orang yang merasakan cinta disebut : jatuh cinta?
Mari saya bantu menjawab. Disebut jatuh, karena merasakan cinta itu berarti merasakan sakit. Dengan kata lain, layak donk kalau cinta disebut sebagai penyakit?



Nah, di buku ini diceritakan pada suatu masa ketika pada usia 18 tahun, orang-orang diwajibkan mendapatkan penawar akan sebuah  penyakit bernama amor deliria nervosa, nama lain dari cinta. Jadi bayangkan sebuah kehidupan yang begitu teratur tetapi tanpa cinta di dalamnya! Menyedihkan? Well, bagi mereka yang hidup di masa itu, penawar tersebut adalah sebuah kebutuhan yang selalu diidam-idamkan bagi mereka yang belum mendapatkannya. Termasuk bagi Lena Haloway, yang masih harus menunggu sembilan puluh lima hari lagi untuk dapat ‘disembuhkan’.

Sejarah keluarga Lena tidak begitu menyenangkan untuk diceritakan. Ibunya bunuh diri karena sakit ‘cinta’nya terlalu parah, dan bibinya meninggal karena suaminya dicurigai merupakan seorang Simpatisan, yaitu orang-orang yang masih menganggap cinta itu bukanlah sebuah penyakit yang begitu menakutkan. Inilah yang membuat Lena sedemikian besar berharap bahwa setelah ia lulus evaluasi, disembuhkan dan segera dipasangkan, ia akan dapat hidup normal tanpa harus mendapat pandangan iba dan jijik dari orang-orang. Ia ingin membuktikan bahwa penyakit cinta tersebut bukan hasil keturunan, bahwa ia akan mengembalikan nama baik keluarganya yang sebelumnya telah tercoreng. Pada intinya, ia hanya ingin membebaskan dirinya.

Sayangnya, perkenalan Lena dengan Alex Sheates membuat semuanya berubah. Bersama Alex, Lena melanggar banyak peraturan dan mengetahui apa makna sebenarnya dari kebebasan. Mereka bahkan melewati perbatasan untuk pergi ke ‘Alam Liar’, di mana akhirnya Lena mengetahui bahwa selama ini orang-orang telah dibodohi dan dikekang oleh peraturan-peraturan atas alasan yang tidak tepat. Namun masalahnya, waktu masih mengalir dengan cepat dan Lena masih harus bersiap dengan proses penyembuhannya. Ia harus memilih akankah hidup dengan pilihan ‘kebebasan’ yang diberikan pemerintah, atau ‘kebebasan’ yang ia rasakan ketika ia bersama Alex?

Di awal cerita, saya agak bosan dengan penokohan Lena yang terlalu ‘kelam’ dan alur cerita yang agak lambat. Pertemuan pertamanya dengan Alex juga tidak serta merta membuat cerita ini menjadi menarik. Tetapi semakin lama, penulis semakin terampil dalam menceritakan suasana cinta yang tumbuh di antara mereka berdua. Di latari tempat-tempat romantis dan pertemuan diam-diam demi menghindar dari para Regulator, membuat pembaca turut tegang tapi juga berbunga-bunga.

Di antara semua kisah yang saya baca di buku ini, saya paling suka ketika penulis menceritakan masa kecil Lena yang tumbuh dengan seorang Ibu yang benar-benar mencintainya.

“Aku mencintaimu. Ingat. Mereka Tidak bisa mengambilnya.”

Padahal saat itu tidak ada orangtua lain yang bersikap begitu sayang terhadap anaknya, seperti kasih sayang Ibunya Lena terhadap Lena dan Rachel, kakak Lena. Mereka bernyanyi (padahal musik adalah suatu hal yang diatur ketentuannya oleh undang-undang, jadi tidak boleh sembarang musik bisa didengarkan dengan legal), bermain kejar-kejaran di rumah, pesta piyama, tertawa-tawa, dan semuanya dilakukan secara rahasia, dengan pintu dan sela-sela jendela yang tertutup rapat, agar tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi di rumah mereka.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika seorang anak hidup tanpa diberikan cinta sejak kecil. Itu yang sebenarnya saya suka dari kisah di buku ini. Meski mungkin itu hanya kisah sampingan dari kisah utama yang terjadi dalam diri Lena, saya tersentuh dan menitikkan air mata ketika tahu berkali-kali Ibunya menyatakan betapa ia sangat mencintai Lena. Cinta adalah hal yang sudah pasti akan dirasakan manusia, tidak terbatas terhadap pasangannya, tetapi juga terhadap keluarga dan orang-orang terdekat kita.


Delirium adalah buku pertama dari sebuah Trilogi dengan buku keduanya, Pandemonium, yang dikabarkan terbit di tahun 2012 ini. Dari segi kesehatan, delirium sendiri sebenarnya adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kedasaran yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif, Penderita gangguan mental ini biasanya menunjukan tanda-tanda seperti, rasa mengantuk, pemahaman keliru tentang waktu, ruang dan orang, tidak punya orientasi (sumber : health.detik).

Sayangnyaaaa.. sewaktu membaca buku ini, saya terbayangi cerita Uglies (2005, Scott Westerfeld) yang dulu pernah saya baca. Tokoh utamanya sama-sama seorang gadis remaja yang menantikan ‘penyembuhan’. Bedanya kalau di Uglies, orang-orang di sana disembuhkan dari buruk rupa, sedangkan di Delirium, orang-orangnya disembuhkan dari penyakit cinta. Si Pria juga berasal dari orang-orang yang ‘tidak disembuhkan’ yang telah kabur ke daerah di luar ‘daerah aman’, dan si Tokoh utama wanitanya memiliki seorang teman (wanita juga) yang mengajak berbuat ‘nekad’ dengan melanggar peraturan yang telah ditetapkan.

Entahlah, apakah sebuah ketidak sengajaan atau bagaimana, tetapi bagi saya baik Delirium ataupun Uglies, keduanya sama-sama mengusung nilai-nilai sosial yang mulai bergeser di masyarakat. Di Uglies, kita disuguhi cerita tentang kecantikan yang sekarang ini menjadi ‘segalanya’. Sedangkan di Delirium, kita disuguhi fakta bahwa urusan pribadi (dalam hal ini, cinta) sudah semakin dibatasi kebebasannya oleh peraturan yang tidak beralasan kuat.

4 bintang untuk Delirium!

Ow, anda bisa berkunjung ke Website penulis di http://www.laurenoliverbooks.com/


Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia

http://www.bookoopedia.com/id/book/id-57019/delirium.html

Selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku Rahmatika Dian Amalia, di blognya:
Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho! http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html


Salam,

Salam,