Slide Show

Februari 26, 2012

Ten Things We Did (and Probably Shouldn't have)

Judul Buku : Ten Things We Did (and Probably Shouldn't have)
Penulis : Sarah Mlynowski
ISBN : 978-0-06-170124-5
Harper Collins Publisher





Ten things that i have found in this book :

  1. Imagine 2 girls +1 house - the parents! it is chaos but it is really fun!
  2. Unless suddenly you have to start learning to cook, shop and take care of your financial things.
  3. Unless your boyfriend cheat you with another girl!
  4. But still, no parents is… what we should name that? hmm..  cool!! And you can have your own party!
  5. Hang on, You should be aware of the police patrol on duty to handle the noise from your party.
  6. Sometimes we need to 'move on'.
  7. Maybe we need to get into a dangerous problem to awaken and grown us up.
  8. You will not want to give your virginity away to someone, because it is dangerous!
  9. "People found running to something easier than running from something."
  10.  4 stars for the cover, the plot, and the Hudson!
  
The plot was a bit slow at the beginning of the story. But the author can make the reader still enthusiast by inserting some flashbacks story in it. Many moral messages conveyed on this story. Strong characterizations and fairly complete for many prominent story, the language is simple and easy to understand, and close to the life of a typical teenager. And the ending is also quite a sweet story. :)
Februari 24, 2012

Manusia-manusia paling Misterius di Indonesia

Kali ini penerbit bukukatta hadir lagi dengan buku ‘misterius’ lainnya. Berisi sepuluh tokoh Indonesia yang jejak kehidupannya begitu misterius, kita diajak kembali menyusuri sejarah negara kita. Diawali dengan kisah Gajah Mada, kita dikembalikan ke abad ke-14 saat-saat keemasan Kerajaan Majapahit.

Gajah Mada, yang terkenal akan Sumpah Palapa, memiliki asal-usul yang tidak diketahui kebenarannya. Demikian juga tentang akhir hayatnya, ada yang berpendapat Gajah Mada moksa (menghilang secara gaib) dan ada pula yang berpendapat ia meninggal karena sakit. Di buku ini diceritakan riwayat Gajah Mada berdasarkan berbagai literatur seperti kitab Nagarakretagama , Kidung Sunda, Pararaton, juga dari Buku Muhammad Yamin yang berjudul Gajah Mada : Pahlawan Persatuan Nusantara.

Cerita berikutnya adalah kisah Syekh Siti Jenar yang kisahnya sangat kontroversial karena ia dikenal merupakan wali sesat yang dihukum mati oleh Wali Songo. Tapi benarkah demikian? Di sinilah diceritakan kehidupan Siti Jenar sampai misteri tentang apa yang diajarkannya tentang makna ketauhidan. Mengapa ia disebut wali yang sesat? Jangan-jangan perseteruan Siti Jenar dengan Wali Songo hanyalah Mitos belaka? Inilah yang dikupas oleh penulis dari berbagai sumber literatur sehingga menghasilkan ringkasan kisah yang padat tapi tetap misterius.


Siapa tokoh misterius selanjutnya? Mari kita bahas sedikit tentang Supriyadi, seorang tokoh Sejarah Indonesia yang terkenal terutama saat pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA) terjadi di tahun 1945. Ia pernah dipilih menjadi Menteri Keamanan Rakyat tetapi tidak pernah hadir untuk menerima amanah tersebut. Ia hilang, keberadaannya seketika lenyap setelah peristiwa pemberontakan PETA berlangsung. Mengapa orang ini sedemikian misteriusnya? Apa yang ia sembunyikan, atau dari apa sebenarnya ia bersembunyi? Di tahun 2008 pernah ada seorang laki-laki yang mengaku bahwa ia adalah Supriyadi, namun benarkah lelaki itu orang misterius yang dulu pernah hilang itu? Bagi saya, kisah Supriyadi ini benar-benar menyimpan misteri...



Tak hanya sejarah yang menjadikan orang-orang di buku ini misterius, Sudjana Kerton adalah satu-satunya tokoh dalam buku ini yang menjadi misteri karena pengalamannya dengan Benda Terbang Aneh (BETA). Seorang pelukis terkenal yang karyanya pernah dipilih UNICEF untuk dicetak pada kartu natal ini menceritakan pengalaman ‘unik’nya ketika terjadi pertama kali saat ia tinggal di Amerika dan terulang kembali ketika ia tinggal di rumahnya di Dago Pakar, Bandung. Anda sering mendengar pengalaman dengan alien dari cerita-cerita orang luar negeri kan? Nah, di buku ini Anda diajak mendengarkan cerita orang negeri sendiri yang menurutnya pernah ‘berinteraksi’ dengan makhluk luar angkasa tersebut.

Belum puas dengan kisah empat orang di atas? Tenang, Anda akan dapat lagi! Ada Hang Tuah, Ronggowarsito, Si Pitung, Tan Malaka, Kahar Muzakkar, dan Syam Kamaruzaman yang siap membuka ke’misterius’annya dengan Anda.

Penulis dengan runut mampu membeberkan sebuah peristiwa lengkap dengan sumber literatur yang ia gunakan. Meski ada beberapa cerita sejarah yang tidak terlalu saya ingat (ketahuan deh kalo nilai sejarah saya dulu di sekolah jelek XD) tapi tidak mengurangi ketertarikan saya dengan orang-orang yang diceritakan di dalam buku ini. Huruf yang cukup memanjakan mata pembaca serta ukuran buku yang tipis juga membuat saya betah membacanya karena inginnya segera mengetahui apa saja kemisteriusan manusia-manusia dari Indonesia ini.

Seperti kalimat Charles Dickens yang terselip di kata pengantar

“Suatu kenyataan menakjubkan untuk direnungkan, bahwa setiap manusia merupakan rahasia besar dan misteri bagi yang lainnya.”


Judul Buku  : Manusia-manusia paling Misterius di Indonesia
Penulis : Anton W.P
Desain sampul dan Layout : Yudhi Herwibowo
Penerbit : bukukatta
Cetakan pertama  : 2012
ISBN : 978-979-1032-71-1
Tebal : 126 halaman, paperback

Nights in Rodante (Malam-malam di Rodanthe)


Judul Buku :  Nights in Rodanthe (Malam-malam di Rodanthe)
Penulis : Nicholas Sparks
Alih Bahasa : Marina Suksmono
Penerbit  : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama ; November 2006
ISBN : 979-22-2473-4




Ketika anak perempuannya depresi karena kehilangan sesorang, Adrienne Willis memutuskan ini adalah saat yang tepat untuk bercerita tentang rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat.

Cerita ini berawal di sebuah hari di tahun 1988. Setelah suaminya meninggalkan Adrienne demi perempuan lain, kehidupan Adrienne menjadi kacau. Anak-anak yang frustasi, Ayah yang sakit dan keuangan yang mencekik membuat Adrienne menerima tawaran Jean, temannya, untuk menjaga penginapan kecil di kota kecil, Rodanthe. Jean memberitahukan bahwa akan ada seorang tamu lelaki bernama Paul Flanner yang akan tinggal di penginapan tersebut selama Jane pergi, karena itu ia meminta tolong Adrienne menjaga dan mengurus penginapan.

Pertemuan Adrienne dengan Paul ternyata membawa keduanya ke cinta yang selama ini dirindukan. Pernikahan masing-masing yang berakhir dengan kacau pada awalnya membuat mereka berdua khawatir. But love is strong, of course. Mereka jatuh hati dan memutuskan menjalani cinta itu selama mereka memiliki waktu di penginapan, sebab Paul telah mengatur jadwal untuk memperbaiki hubungan dengan anaknya di Ecuador. Dan Adrienne mengizinkan Paul pergi untuk kembali lagi setahun kemudian.

Sparks dengan pandai mengemas berbagai bentuk cinta dalam buku ini. Penokohan yang kuat dan karakter ‘tak sempurna’ yang dihadirkan juga memberi warna pada kisah percintaan Adrienne dan Paul. Kehilangan tentunya adalah sebuah pemicu yang baik bagi seseorang untuk berkisah, mengenang masa lalu atau merencanakan masa depan, dan itu yang dihadirkan Sparks lewat malam-malam di Rodanthe.

Kisah romantis yang tidak berlebihan memang sudah menjadi ciri khas Sparks, tentunya dengan akhir cerita yang membuat pembacanya labil memutuskan apakah ini happy ending atau sad ending. Meski diceritakan dengan alur yang lambat, tapi Sparks dengan baik mampu membawa romansa yang terjadi di penginapan terceritakan dengan baik sehingga tidak membuat pembaca bosan. Penyampaian jalan cerita juga diceritakan secara bergantian, kadang mundur mengisahkan Adrienne dan Paul, tetapi sesekali dibiarkan maju ke masa sekarang ketika Adrienne bercerita pada Amanda, anaknya.

Nights in Rodanthe bahkan telah difilmkan pada tahun 2008 dengan Diane Lane sebagai Adrienne dan Richard Gere sebagai Paul Flanner. Sayangnya banyak kritik buruk yang diberikan pada filmnya, padahal pada novelnya mendapat sambutan yang baik.


Sebuah kisah kehidupan yang emosional, kisah romantis yang disampaikan dengan indah, kekuatan kehilangan, cinta dan kesabaran, tulus kasih dan rasa sayang, semua hal dalam buku ini membuat saya rela memberikan 4 bintang.

Patut dibaca oleh Anda yang rindu akan cinta. Akan kisah romantis novel yang lebih berwarna!

Aku dan Buku

Apa yang terjadi jika 35 pencinta buku diberikan kesempatan untuk mengeluarkan kisahnya tentang ‘aku dan buku’? Rame. Percayalah, itu yang saya rasakan setelah menikmati setiap kisah yang tertuang dalam buletin Pawon yang kali ini terbit spesial dalam bentuk buku.

Ada apa dengan kamu dan buku? Ada banyak cerita yang berwarna pastinya. Kita seperti menunggangi mesin waktu dan pergi bolak-balik ke berbagai tahun yang bersejarah bagi mereka. Bagi kisah-kisah yang tertuang dengan kalimat indah dan menggugah. Jujur, saya butuh lebih dari seminggu sampai bisa melahap habis semua sajian ‘kata buku’ yang disuguhkan.

Pergi ke jaman Bung Karno atau kembali dengan kisah pembaca chicklit, duduk mendengarkan kisah Rabi’ah atau terlempar kembali ke buku karya Seno Gumira Ajidarma. Disuguhi Karl Max, Les Miserables, Jhumpa Lahiri, Ronggeng Dukuh Paruk, Soe Hok Gie, ah.. ada masih banyak lagi buku-buku yang ‘berkisah’ di sini. Tak ada cukup ruang atau tempat bagi saya mengisahkannya kembali, sebab kali ini yang terbaik adalah Anda membacanya langsung dan menghadapi sendiri ‘perjalanan’ yang saya ceritakan sedikit tadi. Jangan khawatir, jika Anda ingin jalan-jalan, maka para pengisah ini akan membawakan ceritanya dalam ruang tempat yang berbeda. Medan, Gorontalo, Bandung, Solo, Hong Kong, Jakarta, Banten, Solo adalah beberapa kota yang akan kita kunjungi saat membaca buku ini.


Sungguh, saya kehabisan kata menceritakan buku ini karena ada banyak kisah yang tertuang di dalamnya. Suka, duka, bahaya bahkan kisah cinta juga terjalin cantik menjadi satu kesatuan yang sama, ini tentang aku dan buku. Tentang cinta dan kebutuhan, tentang sandaran dan penopang, dahaga dan kerakusan yang tak sirna.

Ini tentang mereka dan buku, sejarah dan kisah, serta paduan kata yang indah.

“Kapan pertama kali kau menyadari bahwa jika ada buku, semua akan baik-baik saja?”-Truly Rudiono


Judul Buku : Aku dan Buku
Diterbitkan oleh Pawon, dalam rangka 5 tahun ‘keajaiban’nya.

Membuku | Endy Saputro
Aku dan Buku-buku | Truly Rudiono
Dari Socrates sampai Soekarno: Jendela yang Selalu Menggoda | Halim HD
Sekelumit Buku dan Saya, Saya dan Buku | Ichwan Prasetyo
Tuah Kelenjar Bekisar Jantan | Gunawan Tri Atmodjo
Oase yang Tak Pernah Kering | Andri Saptono
Buku Pramoedya, Mengapa Aku Menulis? | Arif Saifudin Yudistira
Buku yang Menggugahku | Saiful Achyar
Dunia yang Belum Dikabarkan | Beni Setia
Kapan Aku Membacanya? | Agus Budi Wahyudi
Menziarahi Buku, Mencerap Ilmu | Munawir Aziz
Buku Merah dan Nafsu Buku | Bandung Mawardi
Rumah Buku dan Rumah Kebebasan | Afrizal Malna
Buku Imam Ghazali dan Rabi’ah yang Masih Terus Memanggil Saya | Puitri Hati Ningsih
Amru Khalid Bangkitkan Aku Berdiri | Pandan Arum
Antara Cinta dan Cerita | Fanny Chotimah
Pertanyaan dan Penasaran | Indah Darmastuti
Aku dan Buku: Kalau Jodoh, Takkan Kemana | Li Na
Riwayat Buku dan Hal-hal Pertama dalam Hidup Saya | Syam Sdp Terrajana
Sepucuk Doa di Sampul Buku | Sartika Dian Nuraini
Membaca dan Membukukan Kota | Akhmad Ramdhon
Aku dan Buku | Uun Nurcahyanti
Samadi dalam Kelana Kata | Priyadi
Aku Merindu Buku | Rahmah Purwahida
Asyik-Masyuk Bersama Buku | Budiawan Dwi Santoso
Buku, Telinga, Mata | Muhammad Milkhan
Hadiah dari Semesta | Nikotopia
Mengingat Ragawidya | Yunanto Sutyastomo
Berjalan Bersama Karl May | Tulus Wijanarko
Jembatan dan Pengikat | Sanie B. Kuncoro
Buku dan Kegilaan | Geger Riyanto
Aku dan Buku: Takdir Tak Terelakkan | Asni Furaida
Bocah Kecil di Antara Pearl dan Willow | Yudhi Herwibowo
Nasib Karya | Han Gagas


Februari 19, 2012

Melepas Ranting Hati


Judul Buku : Melepas Ranting Hati
Penulis : Sanie B. Kuncoro
Penyunting : @angtekkhun
Penerbit : Gradien Mediatama
Cetakan Pertama : 2011
Tebal : 184 halaman, paperback

Momen ini sudah terpikirkan sebelumnya dalam pikiran Lare, gadis yang tidak suka alpukat ataupun kopi, bahwa Karin akan mendatanginya membahas hubungannya dengan Giri. Tiga tahun hubungan Karin dengan Giri ternyata tidak berlalu dengan baik. didasari sifat Karin yang terlalu protektif mengekang kebebasan Giri sebagai lelaki.

Hadirnya Lare di antara kisah percintaan mereka tak urung membuat Karin resah, sudah pasti ia tidak akan mau kehilangan lelaki yang sangat dicintainya itu. Namun mengapa Giri memilih Lare? Apa yang bisa diberikan Lare sehingga ia menggeser posisi Karin di hati Giri? Siapa yang akan mundur dalam mendapatkan hati Giri, Akankah Karin atau Lare?

Ini adalah sebuah kisah yang menjadi judul utama dalam Buku karya Mbak Sanie kali ini, Melepas Ranting Hati. Buku yang terdiri dari 12 cerita pendek tentang cinta, kehidupan, mimpi, taruhan dan pilihan ini menawarkan sisi lain romansa manusia.

Sayangnya ada banyak inti cerita yang diulang lagi di cerita dengan judul berbeda.  Apalagi diletakkan dalam susunan yang berurutan, ini membuat saya sebagai pembaca jadi berpikir, ‘Tunggu. Kok ceritanya gini lagi? Kok kalimat percakapannya hampir sama?’

“Kalau kau tidak bisa memilih, kami yang akan menentukan.”-Hal.34
“Kalau begitu, kami yang akan melakukannya -Hal.48

Atau dua cerita yang berbeda dengan tokoh utama yang namanya sama. Sebut saja Giri di ‘Melepas Ranting Hati’ dan muncul lagi di ‘Kidung Hutan Cemara’. Atau Geld di ‘Di Ambang Hari Valentin’ dan ‘Lembah Kali Kuning’. Serta adanya kejanggalan nama tokoh dalam cerita berjudul ‘Anyelir Putih’, sebenarnya bernama Kenanga atau Mega?

“Kenanga menggelengkan kepalanya. Matanya muram. Hans tahu, Mega kecewa sekali padanya.”-Hal. 80

Serta bunga anyelir putih yang tiba-tiba menjadi pokok cerita tanpa diketahui darimana asal mula kisahnya. (Entah ini kekeliruan dalam meng-cut cerita dengan sengaja atau tidak)

Tapi dari semua cerita pendek di buku ini, ada satu yang paling saya suka, yang berjudul ‘Camar Terakhir’. Latar cerita di pantai seakan memberi kesegaran saya dari cerita –cerita sebelumnya yang sering menyuguhkan episode memanjat gunung. Pesan kesungguhan dan semangat yang diceritakan lewat tokoh utamanya juga membuat warna lain cerita tentang cinta di buku ini.

Dengan bahasanya yang puitis dan pesan-pesan yang terselip di dalam cerita, Mbak Sanie terampil dalam mengolah kata demi kata ceritanya.

Sebuah pesan yang saya temukan di halaman 153, contohnya.
“Kamu benar. Untuk bisa dihargai, seseorang harus punya harga diri.”

3 bintang untuk buku ini. Buku yang asyik untuk dinikmati terlebih bagi Anda para pencinta suasana pegunungan yang menjadi latar cerita.


Salam,

Salam,