Slide Show

Februari 24, 2012

Nights in Rodante (Malam-malam di Rodanthe)


Judul Buku :  Nights in Rodanthe (Malam-malam di Rodanthe)
Penulis : Nicholas Sparks
Alih Bahasa : Marina Suksmono
Penerbit  : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama ; November 2006
ISBN : 979-22-2473-4




Ketika anak perempuannya depresi karena kehilangan sesorang, Adrienne Willis memutuskan ini adalah saat yang tepat untuk bercerita tentang rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat.

Cerita ini berawal di sebuah hari di tahun 1988. Setelah suaminya meninggalkan Adrienne demi perempuan lain, kehidupan Adrienne menjadi kacau. Anak-anak yang frustasi, Ayah yang sakit dan keuangan yang mencekik membuat Adrienne menerima tawaran Jean, temannya, untuk menjaga penginapan kecil di kota kecil, Rodanthe. Jean memberitahukan bahwa akan ada seorang tamu lelaki bernama Paul Flanner yang akan tinggal di penginapan tersebut selama Jane pergi, karena itu ia meminta tolong Adrienne menjaga dan mengurus penginapan.

Pertemuan Adrienne dengan Paul ternyata membawa keduanya ke cinta yang selama ini dirindukan. Pernikahan masing-masing yang berakhir dengan kacau pada awalnya membuat mereka berdua khawatir. But love is strong, of course. Mereka jatuh hati dan memutuskan menjalani cinta itu selama mereka memiliki waktu di penginapan, sebab Paul telah mengatur jadwal untuk memperbaiki hubungan dengan anaknya di Ecuador. Dan Adrienne mengizinkan Paul pergi untuk kembali lagi setahun kemudian.

Sparks dengan pandai mengemas berbagai bentuk cinta dalam buku ini. Penokohan yang kuat dan karakter ‘tak sempurna’ yang dihadirkan juga memberi warna pada kisah percintaan Adrienne dan Paul. Kehilangan tentunya adalah sebuah pemicu yang baik bagi seseorang untuk berkisah, mengenang masa lalu atau merencanakan masa depan, dan itu yang dihadirkan Sparks lewat malam-malam di Rodanthe.

Kisah romantis yang tidak berlebihan memang sudah menjadi ciri khas Sparks, tentunya dengan akhir cerita yang membuat pembacanya labil memutuskan apakah ini happy ending atau sad ending. Meski diceritakan dengan alur yang lambat, tapi Sparks dengan baik mampu membawa romansa yang terjadi di penginapan terceritakan dengan baik sehingga tidak membuat pembaca bosan. Penyampaian jalan cerita juga diceritakan secara bergantian, kadang mundur mengisahkan Adrienne dan Paul, tetapi sesekali dibiarkan maju ke masa sekarang ketika Adrienne bercerita pada Amanda, anaknya.

Nights in Rodanthe bahkan telah difilmkan pada tahun 2008 dengan Diane Lane sebagai Adrienne dan Richard Gere sebagai Paul Flanner. Sayangnya banyak kritik buruk yang diberikan pada filmnya, padahal pada novelnya mendapat sambutan yang baik.


Sebuah kisah kehidupan yang emosional, kisah romantis yang disampaikan dengan indah, kekuatan kehilangan, cinta dan kesabaran, tulus kasih dan rasa sayang, semua hal dalam buku ini membuat saya rela memberikan 4 bintang.

Patut dibaca oleh Anda yang rindu akan cinta. Akan kisah romantis novel yang lebih berwarna!

Aku dan Buku

Apa yang terjadi jika 35 pencinta buku diberikan kesempatan untuk mengeluarkan kisahnya tentang ‘aku dan buku’? Rame. Percayalah, itu yang saya rasakan setelah menikmati setiap kisah yang tertuang dalam buletin Pawon yang kali ini terbit spesial dalam bentuk buku.

Ada apa dengan kamu dan buku? Ada banyak cerita yang berwarna pastinya. Kita seperti menunggangi mesin waktu dan pergi bolak-balik ke berbagai tahun yang bersejarah bagi mereka. Bagi kisah-kisah yang tertuang dengan kalimat indah dan menggugah. Jujur, saya butuh lebih dari seminggu sampai bisa melahap habis semua sajian ‘kata buku’ yang disuguhkan.

Pergi ke jaman Bung Karno atau kembali dengan kisah pembaca chicklit, duduk mendengarkan kisah Rabi’ah atau terlempar kembali ke buku karya Seno Gumira Ajidarma. Disuguhi Karl Max, Les Miserables, Jhumpa Lahiri, Ronggeng Dukuh Paruk, Soe Hok Gie, ah.. ada masih banyak lagi buku-buku yang ‘berkisah’ di sini. Tak ada cukup ruang atau tempat bagi saya mengisahkannya kembali, sebab kali ini yang terbaik adalah Anda membacanya langsung dan menghadapi sendiri ‘perjalanan’ yang saya ceritakan sedikit tadi. Jangan khawatir, jika Anda ingin jalan-jalan, maka para pengisah ini akan membawakan ceritanya dalam ruang tempat yang berbeda. Medan, Gorontalo, Bandung, Solo, Hong Kong, Jakarta, Banten, Solo adalah beberapa kota yang akan kita kunjungi saat membaca buku ini.


Sungguh, saya kehabisan kata menceritakan buku ini karena ada banyak kisah yang tertuang di dalamnya. Suka, duka, bahaya bahkan kisah cinta juga terjalin cantik menjadi satu kesatuan yang sama, ini tentang aku dan buku. Tentang cinta dan kebutuhan, tentang sandaran dan penopang, dahaga dan kerakusan yang tak sirna.

Ini tentang mereka dan buku, sejarah dan kisah, serta paduan kata yang indah.

“Kapan pertama kali kau menyadari bahwa jika ada buku, semua akan baik-baik saja?”-Truly Rudiono


Judul Buku : Aku dan Buku
Diterbitkan oleh Pawon, dalam rangka 5 tahun ‘keajaiban’nya.

Membuku | Endy Saputro
Aku dan Buku-buku | Truly Rudiono
Dari Socrates sampai Soekarno: Jendela yang Selalu Menggoda | Halim HD
Sekelumit Buku dan Saya, Saya dan Buku | Ichwan Prasetyo
Tuah Kelenjar Bekisar Jantan | Gunawan Tri Atmodjo
Oase yang Tak Pernah Kering | Andri Saptono
Buku Pramoedya, Mengapa Aku Menulis? | Arif Saifudin Yudistira
Buku yang Menggugahku | Saiful Achyar
Dunia yang Belum Dikabarkan | Beni Setia
Kapan Aku Membacanya? | Agus Budi Wahyudi
Menziarahi Buku, Mencerap Ilmu | Munawir Aziz
Buku Merah dan Nafsu Buku | Bandung Mawardi
Rumah Buku dan Rumah Kebebasan | Afrizal Malna
Buku Imam Ghazali dan Rabi’ah yang Masih Terus Memanggil Saya | Puitri Hati Ningsih
Amru Khalid Bangkitkan Aku Berdiri | Pandan Arum
Antara Cinta dan Cerita | Fanny Chotimah
Pertanyaan dan Penasaran | Indah Darmastuti
Aku dan Buku: Kalau Jodoh, Takkan Kemana | Li Na
Riwayat Buku dan Hal-hal Pertama dalam Hidup Saya | Syam Sdp Terrajana
Sepucuk Doa di Sampul Buku | Sartika Dian Nuraini
Membaca dan Membukukan Kota | Akhmad Ramdhon
Aku dan Buku | Uun Nurcahyanti
Samadi dalam Kelana Kata | Priyadi
Aku Merindu Buku | Rahmah Purwahida
Asyik-Masyuk Bersama Buku | Budiawan Dwi Santoso
Buku, Telinga, Mata | Muhammad Milkhan
Hadiah dari Semesta | Nikotopia
Mengingat Ragawidya | Yunanto Sutyastomo
Berjalan Bersama Karl May | Tulus Wijanarko
Jembatan dan Pengikat | Sanie B. Kuncoro
Buku dan Kegilaan | Geger Riyanto
Aku dan Buku: Takdir Tak Terelakkan | Asni Furaida
Bocah Kecil di Antara Pearl dan Willow | Yudhi Herwibowo
Nasib Karya | Han Gagas


Februari 19, 2012

Melepas Ranting Hati


Judul Buku : Melepas Ranting Hati
Penulis : Sanie B. Kuncoro
Penyunting : @angtekkhun
Penerbit : Gradien Mediatama
Cetakan Pertama : 2011
Tebal : 184 halaman, paperback

Momen ini sudah terpikirkan sebelumnya dalam pikiran Lare, gadis yang tidak suka alpukat ataupun kopi, bahwa Karin akan mendatanginya membahas hubungannya dengan Giri. Tiga tahun hubungan Karin dengan Giri ternyata tidak berlalu dengan baik. didasari sifat Karin yang terlalu protektif mengekang kebebasan Giri sebagai lelaki.

Hadirnya Lare di antara kisah percintaan mereka tak urung membuat Karin resah, sudah pasti ia tidak akan mau kehilangan lelaki yang sangat dicintainya itu. Namun mengapa Giri memilih Lare? Apa yang bisa diberikan Lare sehingga ia menggeser posisi Karin di hati Giri? Siapa yang akan mundur dalam mendapatkan hati Giri, Akankah Karin atau Lare?

Ini adalah sebuah kisah yang menjadi judul utama dalam Buku karya Mbak Sanie kali ini, Melepas Ranting Hati. Buku yang terdiri dari 12 cerita pendek tentang cinta, kehidupan, mimpi, taruhan dan pilihan ini menawarkan sisi lain romansa manusia.

Sayangnya ada banyak inti cerita yang diulang lagi di cerita dengan judul berbeda.  Apalagi diletakkan dalam susunan yang berurutan, ini membuat saya sebagai pembaca jadi berpikir, ‘Tunggu. Kok ceritanya gini lagi? Kok kalimat percakapannya hampir sama?’

“Kalau kau tidak bisa memilih, kami yang akan menentukan.”-Hal.34
“Kalau begitu, kami yang akan melakukannya -Hal.48

Atau dua cerita yang berbeda dengan tokoh utama yang namanya sama. Sebut saja Giri di ‘Melepas Ranting Hati’ dan muncul lagi di ‘Kidung Hutan Cemara’. Atau Geld di ‘Di Ambang Hari Valentin’ dan ‘Lembah Kali Kuning’. Serta adanya kejanggalan nama tokoh dalam cerita berjudul ‘Anyelir Putih’, sebenarnya bernama Kenanga atau Mega?

“Kenanga menggelengkan kepalanya. Matanya muram. Hans tahu, Mega kecewa sekali padanya.”-Hal. 80

Serta bunga anyelir putih yang tiba-tiba menjadi pokok cerita tanpa diketahui darimana asal mula kisahnya. (Entah ini kekeliruan dalam meng-cut cerita dengan sengaja atau tidak)

Tapi dari semua cerita pendek di buku ini, ada satu yang paling saya suka, yang berjudul ‘Camar Terakhir’. Latar cerita di pantai seakan memberi kesegaran saya dari cerita –cerita sebelumnya yang sering menyuguhkan episode memanjat gunung. Pesan kesungguhan dan semangat yang diceritakan lewat tokoh utamanya juga membuat warna lain cerita tentang cinta di buku ini.

Dengan bahasanya yang puitis dan pesan-pesan yang terselip di dalam cerita, Mbak Sanie terampil dalam mengolah kata demi kata ceritanya.

Sebuah pesan yang saya temukan di halaman 153, contohnya.
“Kamu benar. Untuk bisa dihargai, seseorang harus punya harga diri.”

3 bintang untuk buku ini. Buku yang asyik untuk dinikmati terlebih bagi Anda para pencinta suasana pegunungan yang menjadi latar cerita.


Life Traveler


Adalah seorang Windy yang berbagi pengalamannya dalam perjalanan kehidupan lewat buku ini. Tentu saja semua orang pernah melakukan perjalanan, pergi ke kantor, ke sekolah, ke kampus, bahkan ke pasar pun tentunya sudah termasuk ke kategori ‘perjalanan’. Tapi tak semua orang mampu bercerita pengalaman perjalanan seperti yang Windy ceritakan di buku ini. Ia berbagi, mengajari, dan menyadarkan pembaca tentang makna lain yang bisa kita dapatkan dalam sebuah perjalanan.

Sebelum melakukan perjalanan, Windy membantu kita berkemas terlebih dahulu. Sambil mempersiapkan daftar dan tips-tips barang ataupun peralatan yang harus kita bawa, ia menyelipkan satu pikiran yang berkesan bagi saya (lihat, padahal ini baru di awal cerita!).

“Proses berkemas selalu menarik. Kita harus memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting. Kita belajar memutuskan.” – Hal.8

Windy mengajak kita bercengkerama di Vietnam, Kamboja, Praha, Czech Republik, bahkan berburu Louis Vitton di Paris. Dengan bahasanya yang bersahabat dan cara bertutur yang apik, ia mampu membuat pembaca ikut hadir dalam tempat yang sedang ia ceritakan. Ini seperti duduk di sebelahnya sambil menikmati pagi, turut mencium manisnya buah saat ia berbelanja di Swiss, atau duduk melamun sambil mengamati keindahan alam yang bergantian tampil di jendela bus.

Di dalam buku ini juga diselipkan cerita tentang cinta yang ditemui Windy dalam berbagai rupa di perjalanannya.
“Jatuh cinta membuat siapa saja menjadi penuh. Dan buncah karena bahagia.” – Hal.107
Cinta itu ia temui dalam dua orang yang duduk diam di taman, dalam mahasiswa yang saling suap di kedai makan Ha Noi, dan sedikit kisah cinta Windy sendiri dengan pasangan perjalanannya di North Carolina.

Tapi buat saya, perjalanan Windy yang paling berkesan di buku ini ada di Frankfurt, Jerman!! Cara penulisan yang berbeda mungkin menjadikan cerita ini lebih menarik. Mungkin juga karena saya sendiri punya impian untuk dapat menapaki Negara ini, entah kapan atau bagaimana caranya. Tapi sungguh, setiap cerita yang membawa oleh-oleh tentang kehidupan Jerman selalu memesona saya, seakan mereka melambaikan tangan mengajak saya secepatnya datang ke sana. XD

Tak hanya perjalanan, tapi Windy mengenalkan pembaca kepada satu sosok wanita pemandu perjalanan, Marjolein, yang sangat suka memandu orang-orang Indonesia yang melakukan perjalanan di Perancis, karena membuatnya lebih dekat dengan Indonesia. (Ingat, bahwa Mer sendiri bukan orang Indonesia).

“Saya belajar banyak dan lebih dalam tentang hubungan dengan manusia dari orang Indonesia.”- Hal.313

Terkadang memang butuh orang lain untuk menunjukkan betapa sebenarnya kita sedang menggenggam sebuah harta yang amat berharga, Negara kita, Indonesia.

Setelah berlika-liku dalam perjalanan, mari kita membahas sedikit tentang pulang, tentang rumah yang diceritakan Windy melalui kisah 24 jamnya di Bandara Chicago. Dalam sosok wanita tua di sebuah kedai di bandara, terseliplah pertanyaan yang menyadarkan Windy bahwa Wanita tersebut adalah sebuah pelajaran, sebuah hidup itu sendiri.
“Going back or Going Home?”-Hal.351
Dihadirkan bersama foto-foto dan ilustrasi yang sederhana namun indah, Life Traveler membuat saya enggan barang sejenak melepaskan mata menikmati tulisannya. Sungguh pun sebenarnya saya sempat iri terhadap kebebasan dan perjalanan yang dilakukan Windy, saya sangat berterima kasih karena setidaknya ia mau berbagi pengalaman bahkan tips-tips dan tempat-tempat penting yang bisa kunjungi dalam cerita yang ia tuangkan di buku ini. Bukan sebuah panduan perjalanan biasa, sebab ia mengajarkan kita memaknai lebih dalam sebuah perjalanan hidup. Berhenti sejenak untuk melirik kejadian-kejadian sederhana yang mungkin selama ini terlewatkan. Cerdas menangkap momen-momen indah dan menyenangkan untuk dibagi dengan orang lain.

Seperti sebuah quote dari Dewi Lestari yang saya ingat.
"Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?”
Maka diperlukanlah sebuah perjalanan itu. Setidaknya untuk memberikan jarak dan menciptakan kerinduan terhadap sesuatu.

5 bintang untuk buku ini. Semoga terberkatilah engkau Windy. Atas cerita dan pengalamanmu yang menginspirasi. :)

Judul Buku : Life Traveler
Penulis :Windy Ariestanty
Editor : Alit T. Palupi
Penerbit : Gagas Media
Cetakan Pertama : 2011
ISBN : 978-780-444-5
Februari 16, 2012

[Reading Challenge 2012] Books in English

Kali ini saya mau ikutan Reading Challenge dari blog sebelah. yaitu ikutan membaca minimal 1 (satu) buku berbahasa Inggris setiap bulannya.Menantang banget nih proyek, soalnya saya jarang baca buku bahasa Inggris. Kenapa? Karena ribet, apalagi biasanya bentuk e-book. pedes kalo liat komputer mulu. 



Tapi eh jaman kan makin berkembang, apalagi kalau kita makin sering latihan kan makin lama makin lancar membacanya. Jadi inilah .. saya putuskan ikut dalam reading Challenge yang satu ini.

Daftarnya? Mari kita lihat!

JANUARI saya berhasil baca satu buku berjudul Life on The Refrigerator Door by

FEBRUARI  sukses baca dua buku! Oliver Twist (Audio CD) dan Ten Things We Did (and Probably Shouldn't have)


MARET : rencananya baca Lola and The Boy Next Door :)
APRIL : …
MEI : …
JUNI : …
JULI :…
AGUSTUS : …
SEPTEMBER : …
OKTOBER : …
NOVEMBER : …
DESEMBER : …

Yak. semoga bisa sukses ikutan ini acara! :D

Salam,

Salam,