Slide Show

Februari 03, 2012

A Very Yuppy Wedding


Judul Buku : A Very Yuppy Wedding

Penulis : Ika Natassa

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan Keempat : Desember 2008

Tebal : 288 halaman, softcover

ISBN -10 : 979-22-3181-1

ISBN – 13: 978-979-22-3181-6



Mau tahu gimana kehidupan business banker? Ya, kursus singkatnya bisa Anda dapatkan di buku ini. Nggak kebayang gimana rasanya berangkat pagi pulang pagi buat meeting ama Boss, ngurusin debitur, nasabah, atau apalah yang berhubungan dengan Bank.


Novel ini menceritakan seorang bankir muda bernama Andrea Siregar. Di usianya yang masih muda, kariernya mulai menanjak, proyek-proyeknya banyak yang disetujui, hidup mewah, difasilitasi kantor, dan dia punya pacar yang “too good to be true”. Adjie, pacarnya, adalah seorang bankir yang juga bekerja di Bank tempat Andrea bekerja, di Perdana. Dia tampan, cool, romantis, perhatian, dan jujur. Dengan tinggi 181 cm dan berat 77 kg, Adjie sering menjadi incaran wanita-wanita disekitarnya.


Meski mereka berdua bekerja di kantor yang sama dan berstatus “pacar”, tapi tak banyak orang kantor yang tahu akan hubungan mereka. Karena di Bank ada aturan yang tidak memperbolehkan sesame pegawainya menikah, maka mereka berdua menutupi rapat-rapat fakta bahwa sebenarnya mereka pacaran.

Nah, karena rahasia, alhasil baik Andrea maupun Adjie seringkali cemburu saat pasangannya memiliki hubungan dekat dengan lawan jenisnya. Padahal rencananya setelah kontrak kerja mereka habis, salah satu akan mengundurkan diri dan mencari pekerjaan di tempat lain agar mereka bisa langsung menikah. Tentu saja jalan menuju pernikahan itu tidak mudah, selain rasa cemburuan yang super duper baik antara Adjie maupun Andrea, pernikahan yang “perfeksionis”, calon mertua yang berbeda adat, dan masih ada banyak lagi hal yang membuat lika-liku cinta Adjie dan Andrea bikin penasaran.


Hebatnya si penulis benar-benar bisa membuat pembaca sebal dengan masalah-masalah “cemburu” yang ditimpakan ke kedua tokoh utama. Sayangnya banyak sekali istilah perbankan yang buat saya (yang nggak ada basic pengetahuan tentang Bank) amat sangat asing saat mendengarnya. Belum lagi ada banyak merk toko, baju, kemeja, celana sampai nama masakan bertebaran di dalam buku ini yang membuat saya sebagai pembaca yang nggak ngikutin trend belanja begituan jadi nggak ngerti barang apa yang sedang dibicarakan penulis. Belum lagi campuran bahasa yang digunakan, Inggris dan Indonesia yang meski pada percakapan-percakapan ringan, tetap saja membuat saya agak nggak nyaman waktu baca.


Ya, saya rasa 3 bintang cukup deh untuk Adjie. Oh you’re too good to be true, Djie.

Februari 01, 2012

The Power of Six


Judul Buku : The Power of Six
Penulis :Pittacus Lore
Penerbit : Mizan Fantasi
Cetakan Pertama : November 2011
Tebal : 427+102 halaman
ISBN : 978-979-433-671-7

Masih ingat kisah tentang John Smith? Salah satu dari sembilan anak yang memiliki tanggung jawab besar akan keselamatan Planet mereka, Lorien dan juga Bumi. Di buku ini, kisah John Smith kembali bergulir, berpacu dengan sedikitnya waktu yang dimiliki untuk mencegah para Mogadorian menghancurkan semuanya…
Cerita ini dimulai dengan pelarian John, Bernie Kosar, Nomor Enam dan Sam setelah membuat kehebohan di Paradise. Peristiwa di sekolah (diceritakan di buku pertama) itu membuat mereka dianggap Buronan Nasional, foto-foto mereka disebar dan bagi siapa saja yang bisa memberi petunjuk atau bahkan mampu menangkap mereka akan diberikan hadiah oleh pemerintah. Hal ini meyulitkan, sehingga mereka harus berkendara diam-diam dan lebih sering memanfaatkan kemampuan Enam yang membuat mereka tidak dapat terlihat.

Mereka juga menguatkan diri untuk terus berlatih agar kelak jika berhadapan lagi dengan Mogadorian, mereka memiliki kemampuan yang lebih baik. Sam juga ikut belajar bertarung, dan John yang masih berduka karena kehilangan Henry harus tetap berlatih terutama melatih Pusakanya agar dapat berguna bagi mereka.

Sementara itu di suatu tempat di Spanyol, diceritakan tentang salah satu Garde lainnya yang selamat. Dia Nomor Tujuh, seorang gadis yang tinggal di sebuah biara khusus wanita. Dia dan Cepannya, Adelina, telah lama tinggal di tempat itu. Marina, nama garde itu, masih terus berusaha untuk mencari kabar kelima garde lainnya yang masih hidup lewat berita baik di internet maupun koran. Sayangnya, Adelina tidak antusias lagi dalam misi penyelamatan Planet Lorien tersebut. Mungkin karena ia sudah terlalu capek berpindah-pindah, bertukar nama, menjadi miskin, hingga akhirnya ia pasrah dan lebih khusyuk dalam mengurus hal-hal yang bersifat agamis. Ia menjadi seorang suster, dan menolak meladeni Marina jika Marina mulai membahas tentang Lorien ataupun tentang Garda. Pun ketika Marina bercerita kepada Adelina bahwa ia melihat satu Mogadorian di dalam biara itu…

Suatu hari, setelah membaca surat dari Henry yang tersimpan dalam peti John, Sam mengetahui ada rahasia Lorien dan Bumi yang disembunyi di rumahnya. Untuk itu mereka (John, Enam, Sam dan BK) harus kembali ke Paradise, kota yang pernah meninggalkan kenangan pahit bagi mereka. Dilema menghadapi John, akankah ia pergi menemui Sarah, kekasihnya yang kini ia tinggalkan? Berhasilkah mereka menememukan Rahasia yang tersembunyi di rumah Sam? Serta bagaimana caranya Marina kembali menyadarkan Adelina bahwa bahaya besar tengah mengincar mereka?
Cerita yang disajikan penulis benar-benar menghipnotis pembacanya. Alurnya yang cepat, detail yang berlimpah dan pertarungan yang menegangkan membuat saya betah menyimaknya sampai akhir. Kejutan-kejutan yang disisipkan di dalamnya juga membuat saya kadang berdecak sebal, heran dan bahkan kagum sampai-sampai saya merasa turut ada dalam kejadian di cerita ini. Sebuah buku yang memikat, meski dengan pasrah saya harus menerima kenyataan bahwa cerita ini masih akan berlanjut…

4 bintang untuk buku ini!
Ini membuat saya semakin curiga, mungkinkah ada konspirasi besar yang sedang terjadi di dunia akan kerawanan semesta?
Januari 31, 2012

Pak Harto : The Untold Stories


Judul Buku : Pak Harto : The Untold Stories
Penulis : Anita Dewi A., Bakarudin, Donna Sita I., Dwitri Waluyo, Mahpudi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku : 604 halaman, Softcover
Cetakan Pertama : 2011
ISBN : 978-979-22-7131-7


Bung Karno pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya.”

Pak Harto adalah Seorang Pahlawan. Itulah yang saya simpulkan dari keseluruhan membaca buku ini. Pak Harto sebagai seorang individu yang pernah memimpin Bangsa Indonesia dari keterpurukan setelah peristiwa G30S/PKI pernah membawa Indonesia menjadi salah satu Negara yang pembangunan dan kekuatan pangannya diakui oleh Dunia Internasional.

The Untold Stories ini menceritakan Pak Harto dari 113 orang yang pernah berinteraksi dengan beliau. Baik itu Perdana menteri dari Negara tetangga, para ajudan, saudara kandung Pak Harto, dokter pribadinya, pekerja seni sampai seorang pengamen juga bercerita di buku ini. Tun Mahathir bin Mohamad, Fidel Ramos, Des Alwi, Basofi Sudirman, Camelia Malik, Dorce Gamalama, Meutia Hatta dan Quraish Shihab adalah contoh para pencerita di buku ini.

Buku ini menceritakan banyak hal tentang pribadi dan sifat Pak Harto yang saya simpulkan adalah seorang pribadi yang tidak banyak bicara, sayang terhadap keluarga, murah senyum dan memiliki pandangan ke depan dalam membuat suatu kebijakan. Berbagai contoh kegiatan masyarakat juga dibangunnya dengan tujuan agar masyarakat Indonesia benar-benar berkembang dan menuju arah yang lebih baik. Sebut saja seperti PKK, Keluarga Berencana, SD Inpres, pembangunan jalan dan listrik yang mulai masuk desa adalah beberapa kegiatan yang sampai sekarang masih bermanfaat bagi Bangsa.

Ketika krisis ekonomi tahun 1998, kepemimpinan Pak Harto sebagai Presiden harus disudahi karena banyak pihak yang memintanya. Fadli Zon dalam buku ini menceritakan bagaimana Direktur IMF belakangan memberikan pidato resmi yang mengatakan bahwa IMF lah yang membuat kondisi agar Suharto meletakkan jabatannya. Selain itu adanya asumsi negatif masyarakat terhadap pemerintahan Pak Harto juga karena para pejabat disekitar beliau yang memiliki prinsip Asal Bapak Senang, sehingga Pak Harto terhalangi untuk melihat realitas yang terjadi. (Yuddy Chrisnandi, hal.260)

Buku ini juga tidak hanya berserita tentang Pak Harto dari orang-orang yang pro dengannya. A.M. Fatwa adalah salah satu penyumbang cerita di buku ini. Ia yang pernah melawan rezim Orde Lama dan Orde Baru bahkan sampai dipenjara menyimpulkan bahwa “sesungguhnya kebijakan politik itu merupakan tanggung jawab bersama sebagai sebuah rezim”. (Hal. 273)
Pak Harto juga sangat mencintai Ibu Tien, seperti yang diceritakan Satyanegara (Hal. 564) bahwa ketika Ibu Tien meninggal, ia melihat Pak Harto meneteskan air mata saat bertanya mengapa istrinya tidak bisa ditolong.

Cerita dalam buku ini lebih mengingatkan pembaca bahwa Pak Harto benar telah berjasa bagi Bangsa Indonesia. Sepeti yang dikatakan Lee Kuan Yew (Hal.35) “Pada akhirnya, sejarah akan menilai Soeharto secara adil. Beliau harus diberi tempat yang terhormat dalam sejarah Indonesia.”

Life on The Refrigerator Door


Judul Buku : Life on The Refrigerator Door

Penulis : Alice Kuipers

Penerbit : Harper Collins E-Books

Tebal : 233 halaman

ISBN : 978-0-06-147551-1


Apa yang Anda tempelkan di kulkas? Daftar belanja, Memo, Jadwal kuliah, Agenda kerja, nomor telepon penting? Saya yakin ada banyak hal yang bisa kita tempelkan di pintu kulkas.

Seperti pada cerita kali ini, Seorang Ibu dan anak perempuannya punya hobi berkomunikasi lewat catatan yang ditempel di pintu kulkas mereka. Claire, nama anak perempuan itu memiliki seorang Ibu yang super sibuk. Ibunya adalah seorang dokter yang membantu proses kelahiran bayi. Claire, seorang gadis berusia 15 tahun yang juga sangat sibuk dengan dunianya. Mereka jarang mengobrol, biasanya hanya melalui pesan-pesan singkat yang mereka tempelkan di pintu kulkas. Kenapa mereka nggak saling mengirim pesan saja lewat ponsel? Ya, faktanya, Si Ibu ini nggak punya telepon dan tidak mau punya telepon meski Claire sebenarnya punya.

Si Ibu ini kelewat sibuknya, sampai-sampai urusan berbelanja, mencuci piring dan memelihara Peter, kelinci mereka, dilakukan oleh Claire. Ibu Claire sudah bercerai dengan ayahnya, mungkin itu yang menyebabkan ia harus bekerja keras mencari nafkah menghidupi ia dan Claire.


Suatu hari Si Ibu menemukan benjolan di payudara kanannya, khawatir akan kanker maka Si Ibu mulai rutin berkonsultasi kepada dokter. Akhirnya diputuskan bahwa ia harus mengalami lumpektomi (pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara). Saat menjelang dan setelah operasi itulah berbagai kejadian emosional menerpa mereka berdua.

Claire yang mulai bermasalah dengan pacarnya serta tekanan fisik dan emosional yang diterima Si Ibu ketika ia harus menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang penderita kanker payudara. Berbagai kesalahpahaman dan ketidakenakan yang kesemuanya dituliskan di buku ini dalam bentuk catatan-catatan kecil membuat pembaca betah membacanya. Sayangnya karena keterbatasan catatan itulah konflik yang ditimbulkan dan penyelesaian yang diberikan penulis kurang mengena. Peralihan kondisi keluarga yang coba dihadirkan penulis jadi terkesan terlalu tiba-tiba.


Tapi selebihnya saya menikmati ceritanya, apalagi dikisahkan dari dua sudut pandang (ibu dan anak) yang mempengaruhi bagaimana perbedaan cara mereka melihat suatu kejadian yang sama. Buku ini juga menunjukkan bagaimana komunikasi bisa dilakukan tanpa harus berhadap-hadapan langsung dengan orang lain. Terkadang mengungkapkan sesuatu lewat tulisan lebih mudah daripada berbicara langsung lewat kata. Ceritanya juga menyindir saya sebagai pembaca untuk tetap memperhatikan orang-orang disekitar kita, terlebih orang yang kita cintai karena kita tak tahu kapan waktu untuk bersamanya kemudian kelak sirna.


3 bintang untuk ending yang mengejutkan!


Selene Putri Sang Cleopatra


Judul Buku : Selene Putri Sang Cleopatra
Penulis : Michelle Moran
Penerjemah : Sujatrini Liza
Penerbit : Esensi
Tebal : 500 halaman, paperback
ISBN : 978-979-075-526-0

Cleopatra VII adalah Ratu Mesir yang kisah cintanya mendunia. Setelah pernikahannya dengan Julius Caesar yang berakhir saat Caesar mati dibunuh, selang beberapa tahun kemudian, Cleopatra VII menikah dengan Markus Antonius. Dari pernikahan mereka, lahirlah tiga orang anak dengan dua diantaranya kembar, yaitu Cleopatra Selene dan Alexander Helios (pada tahun 40 SM) serta Si Bungsu Ptolemeus (pada 36 SM).

Pada tahun 30 SM, Pasukan Oktavianus, penguasa Roma, berhasil menaklukan Mesir yang saat itu dibawah pemerintahan Cleopatra VII dan Markus Antonius. Ketika Mesir berduka atas kematian Cleopatra dan Antonius, untuk menunjukkan kekuasaan dan pengampunannya Oktavianus memutuskan membawa ketiga keturunan terakhir Ptolemy ke Roma. Di perjalanan tersebut Si Bungsu, Ptolemeus meninggal karena sakit dan jenazahnya dibuang ke tengah laut.

Kemudian kisah Si Kembar dimulai di Roma. Mereka tinggal di rumah Oktavia, kakak Oktavianus, yang dulu adalah istri dari Antonius. Di Roma mereka berteman dengan Marcellus, anak Oktavia dari suami pertamanya sebelum Antonius, dan dengan Julia, anak Oktavianus dari istri pertamanya. Kehidupan mereka bisa dibilang sangat makmur, karena dicukupi oleh Oktavia dan mendapat pengawalan ekstra. Semua orang menganggap mereka sebagai tamu dari Mesir, kecuali fakta bahwa mereka sendiri masih menganggap kalau mereka adalah tawanan yang bisa sewaktu-waktu dibuang oleh Oktavianus.

Di Roma, selama mereka memendam keinginan untuk pulang kembali ke Mesir, berbagai peristiwa terjadi di kota itu. Perselisihan diam-diam atas siapa yang kelak akan menggantikan posisi kepemimpinan Kaisar, serta hembusan kencang atas pergolakan budak yang dipelopori seseorang yang dijuluki Elang Merah yang wajahnya masih misterius. Selene dan Alexander harus bertahan di tengah persaingan kekuasaan dalam keluarga Oktavianus sendiri. Dan meski mereka sangat ingin pergi dari Roma, meeka tetap harus bertahan di kota itu sampai mungkin suatu saat nanti Oktavianus akan memperkenankan mereka kembali ke Mesir.

Oktavianus adalah Kaisar yang ditakuti. Selain keras dan kejam terhadap siapa saja yang melawannya, ia juga dikawal Panglima perang yang selalu melindunginya. Di antaranya Agrippa, jenderal kepercayaannya, dan Juba II, yang dulunya merupakan Pangeran Numidia yang membayar kehidupannya dengan kesetiaan terhadap Oktavianus, orang yang menaklukan negaranya.

Kisah percintaan, dendam dan persahabatan terulas dengan rapi di cerita ini. Belum lagi ada banyak fakta yang menambah pengetahuan saya tentang kehidupan masyarakat Romawi dan Mesir saat itu.
Seperti :
- Tradisi Ludi Romani adalah tradisi yg dilaksanakan selama 15 hari. Berisi pacuan kuda, gladiator, pertunjukan teater.. (Hal. 235)
- Hermes adalah pembawa pesan Dewa, dan Sharon adalah pengantar orang mati. Selena, hal. 249
- Oktavianus adalah Pemimpin yang diberi gelar kaisar Augustus
- Apa itu Crenellation, Lupercalia, Lustratio, Triklinium.

Dan masih ada banyak lagi pengetahuan sejarah yang bisa Pembaca temukan di buku ini tanpa harus merasa bosan membacanya. Terlebih adanya Glosarium di bagian belakang buku, yang sangat membantu saya memahami beberapa kata asing dalam cerita. Kita akan disuguhi alur cerita yang cepat, terkadang tragis bahkan ada saat hampir di bagian akhir cerita yang membuat hati saya teriris. Penulis benar-benar mampu membawa pembacanya masuk ke mesin waktu dan menikmati Romawi saat itu. Arsitektur yang menawan serta keindahan suasana yang dilukiskan sedemikian nyata sampai saya merasa dapat merasakan megahnya bangunan-bangunan di sana.

Sayangnya masih ada beberapa typo penulisan di halaman 240 dan 258. Tapi tidak terlalu mengganggu saya yang menikmati kisahnya. Covernya juga kurang menyolok, terkesan biasa saja. Saya lebih suka kesan glamour dan wanita misterius dari sampul hardcover versi aslinya.

Satu kutipan yang saya suka
"begitu kita meninggal, yang kita tinggalkan bukanlah yang terpahat di batu monumen, melainkan yang terajut dalam kehidupan orang lain.", Hal. 474

4 bintang untuk buku ini.

Jabat erat untuk SS (Mas Eko) dan Peri bukunya (Mbak Truly) yang sudah mengirimkan saya buku ini. Tanpa kalian, saya tidak akan bisa menemukan betapa menyenangkannya terbang ke Mesir dan Roma. :)

Sedikit tentang Michelle Moran
Michelle Moran lahir di San Fernando Valley, CA. Dia memiliki ketertarikan dalam menulis sejak usianya masih muda. Ketika ia diterima di Pomona College, ia mengambil banyak kelas di bidang Literatur Inggris. Ia mendapatkan gelar MA dari Claremont Graduate University saat ia bekerja sebagai arkeolog di Israel. Michelle telah berpergian dari Zimbabwe hingga India, dan pengalaman arkeologinya merupakan inspirasinya dalam menulis historical fiction. Novelnya yang merupakan international bestselling historical fiction adalah Nefertiti (diterbitkan tahun 2008), The Heretic Queen (2008) adalah novel keduanya, Cleopatra's Daughter (2009) adalah novel ketiganya dan novel keempatnya yang berjudul Madame Tussaud diterbitkan pada tahun 2011.

Anda dapat berkunjung ke webnya di michellemoran.com

Salam,

Salam,