Judul Buku : Life on The Refrigerator Door
Penulis : Alice Kuipers
Penerbit : Harper Collins E-Books
Tebal : 233 halaman
ISBN : 978-0-06-147551-1
Apa yang Anda tempelkan di kulkas? Daftar belanja, Memo, Jadwal kuliah, Agenda kerja, nomor telepon penting? Saya yakin ada banyak hal yang bisa kita tempelkan di pintu kulkas.
Seperti pada cerita kali ini, Seorang Ibu dan anak perempuannya punya hobi berkomunikasi lewat catatan yang ditempel di pintu kulkas mereka. Claire, nama anak perempuan itu memiliki seorang Ibu yang super sibuk. Ibunya adalah seorang dokter yang membantu proses kelahiran bayi. Claire, seorang gadis berusia 15 tahun yang juga sangat sibuk dengan dunianya. Mereka jarang mengobrol, biasanya hanya melalui pesan-pesan singkat yang mereka tempelkan di pintu kulkas. Kenapa mereka nggak saling mengirim pesan saja lewat ponsel? Ya, faktanya, Si Ibu ini nggak punya telepon dan tidak mau punya telepon meski Claire sebenarnya punya.
Si Ibu ini kelewat sibuknya, sampai-sampai urusan berbelanja, mencuci piring dan memelihara Peter, kelinci mereka, dilakukan oleh Claire. Ibu Claire sudah bercerai dengan ayahnya, mungkin itu yang menyebabkan ia harus bekerja keras mencari nafkah menghidupi ia dan Claire.
Suatu hari Si Ibu menemukan benjolan di payudara kanannya, khawatir akan kanker maka Si Ibu mulai rutin berkonsultasi kepada dokter. Akhirnya diputuskan bahwa ia harus mengalami lumpektomi (pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara). Saat menjelang dan setelah operasi itulah berbagai kejadian emosional menerpa mereka berdua.
Claire yang mulai bermasalah dengan pacarnya serta tekanan fisik dan emosional yang diterima Si Ibu ketika ia harus menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang penderita kanker payudara. Berbagai kesalahpahaman dan ketidakenakan yang kesemuanya dituliskan di buku ini dalam bentuk catatan-catatan kecil membuat pembaca betah membacanya. Sayangnya karena keterbatasan catatan itulah konflik yang ditimbulkan dan penyelesaian yang diberikan penulis kurang mengena. Peralihan kondisi keluarga yang coba dihadirkan penulis jadi terkesan terlalu tiba-tiba.
Tapi selebihnya saya menikmati ceritanya, apalagi dikisahkan dari dua sudut pandang (ibu dan anak) yang mempengaruhi bagaimana perbedaan cara mereka melihat suatu kejadian yang sama. Buku ini juga menunjukkan bagaimana komunikasi bisa dilakukan tanpa harus berhadap-hadapan langsung dengan orang lain. Terkadang mengungkapkan sesuatu lewat tulisan lebih mudah daripada berbicara langsung lewat kata. Ceritanya juga menyindir saya sebagai pembaca untuk tetap memperhatikan orang-orang disekitar kita, terlebih orang yang kita cintai karena kita tak tahu kapan waktu untuk bersamanya kemudian kelak sirna.
3 bintang untuk ending yang mengejutkan!