"Saya sangat yakin bahwa prinsip-prinsip semesta akan sangat indah dan sederhana."
"Saya sangat yakin bahwa prinsip-prinsip semesta akan sangat indah dan sederhana."
"kemanakah engkau menuju?""ke masa depan, selalu ke masa depan""Apa yang menunggumu di sana?""Kau!""Bagaimana aku mengenalimu?""Aku yang akan menemukanmu"(Hal 77)
Judul Buku : Dunsa
Penulis : Vinca Callista
Penyunting : Jia Effendie
Penerbit : Atria
Cetakan Pertama : November 2011
ISBN : 978-979-024-492-4
Dunsa adalah sebuah novel fiksi Fantasi dengan penulis orang Indonesia. Sebenarnya sejak awal, kehebohan novel ini terus muncul di antara review teman-teman. Bahkan bintangnya pun cukup tinggi di Goodreads. Alhasil, saya sebagai konsumen novel fantasi ikut mencoba rasa fantasi dalam buku ini.
Dunsa bercerita tentang seorang gadis bernama Merphilia Dunsa. Seperti yang sudah ditulis di covernya, gadis ini harus membunuh Ibu kandungnya yang bernama Ratu Veruna. Alkisah, ketika Phi, panggilan akrab Merphilia, berulang tahun yang ketujuh belas, ia dan Bibinya didatangi oleh seorang Zauberei. Sebuah berita kemudian diterimanya, Phi harus membunuh Ibu kandungnya yang sangat Jahat. Ratu Merah atau Ratu Veruna, atau Mergogo Dunsa adalah seorang wanita yang pernah mencintai Claresta Ardelazam, maharaja yang memimpin negeri Naraniscala. Kecintaan itu sayangnya tidak berjalan dengan baik, karena perbedaan status mereka membuat Mergogo Dunsa ditolak mentah-mentah oleh Ibu dari Claresta. Akhirnya Mergogo tersingkirkan, Claresta terpaksa menikahi Danella, wanita pilihan Ibunya.
Batas antara cinta dan benci itu sangat tipis, karena kemudian Mergogo memberontak terhadap Istana. Claresta bahkan mati ditangannya saat mencoba membujuk wanita yang dicintainya itu untuk tidak membelot terhadap Istana. Perang kemudian terjadi, sampai Mergogo yang kemudian dikenal sebagai Ratu Merah berhasil dibunuh. Sialnya, Jiwa Ratu Merah berhasil disimpan oleh orang kepercayaannya dan kemudian dibangkitkan lagi.
Perang yang terjadi saat Ratu Merah berkuasa disebut Masa Merah, kali ini Naraniscala tidak ingin peristiwa itu terjadi lagi. Ratu Merah harus dimusnahkan, dan menurut penafsiran Zauberei atas kitab Kahrama, hanya dapat dilakukan oleh Merphilia Dunsa.
Phi yang merasa tidak pernah mengenal ibunya, mengiyakan perintah Ratu Alanisador untuk mencari Ratu Merah dan membunuhnya. Tapi cerita Phi tidak hanya tentang membunuh ibunya. Di buku ini juga diceritakan bagaimana kisah cintanya dengan Pangeran Skandar Ardelazam, kakak tirinya. Serta cinta segitiga yang terjadi antara Phi, Skandar dan Putra Mahkota Naraniscala.
Buat pembaca yang suka akan makhluk magis, di buku ini ada banyak makhluk baru yang bisa anda temui, seperti Wyattenakai, Ororoku, Fata dan lainnya. Anda bisa membayangkannya berbekal glosarium yang ada di bagian akhir buku. Masing-masing makhluk dijelaskan dengan rinci. Di bagian awal buku, kita dapat membaca peta dan silsilah Istana Naraniscala. Sayangnya, huruf yang dipakai agak “keriting” dan ukuran yang mungil membuat saya agak susah membacanya.
Kelemahan buku ini juga terlalu banyak judul buku yang disisipkan di dalamnya. Okelah kalau Phi dan Skandar suka membaca, tapi masa iya perlu sedetail itu sampai menulis judul-judul buku yang panjang itu? Kejanggalan lainnya saya rasakan di awal cerita, ketika Bruzila membereskan kamar Phi dan kasurnya yang basah karena hujan menghancurkan langit-langit kamar. Bruzila membereskannya dengan cepat. Padahal kalaupun memanggil tim “bedah rumah”, saya rasa juga tidak akan secepat itu beresnya. Dan anehnya, Phi terima begitu saja, bahkan kecurigaan Phi kalo Bibinya pakai sihir juga terkesan hanya main-main.
Lalu kurangnya peran kerajaan Ciracindiga di dalam cerita, Padahal ketiga negeri lainnya mampu dilibatkan ke dalam jalannya cerita. Kejanggalan lainnya ketika Phi harus masuk ke Lukisan. Awalnya dia tidak mampu menyentuh lukisan tersebut tanpa berhalusinasi bahkan sampai kejang-kejang, tapi kenapa dia bisa masuk tanpa kejang-kejang lagi? Apakah karena pengaruh Wyattenakai, atau karena sudah dijampi jampi dulu begitu? Mungkin penulis bisa lebih mengembangkan bagian ini. Serta saat di mana Phi dirasuki dua jiwa selain jiwanya sendiri. 3 jiwa dalam satu tubuh? Wow, bagi saya terlampau berat untuk dibayangkan.
Tapi selain itu, saya suka adegan perangnya, ketegangan yang ditimbulkan saat membaca dan akhir percintaan Phi yang… emmm.. baca sendiri aja ya… XD
Secara keseluruhan, 3 bintang untuk buku ini. Dua jempol untuk penulisnya, yang mampu membangkitkan kembali fiksi fantasi dalam negeri. :)
Judul Buku : Lullaby
Penulis : Rina Suryakusuma
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : November 2011
ISBN : 978-979-22-7730-2
Lullaby bercerita tentang seorang wanita muda bernama Audytha Amarillis Capelle (Audy), yang memiliki saudari kembar bernama Rosalind Alexandra Capelle (Rose). Keduanya kembar, namun memiliki karakter yang sama sekali berbeda. Audy adalah seorang wanita yang ceria, memiliki banyak teman dan memiliki pekerjaan tetap di salah satu kantor auditor ternama di Jakarta. Sedangkan Rose dikisahkan bahwa ia kurang percaya diri, sering menutup diri, tidak punya teman dekat dan pekerjaannya hanya melukis di apartemen mereka. Apartemen itu ditinggali empat orang bersaudara, Mas Austin sebagai kakak pertama, Mbak Karin kakak kedua, Audy dan Rose yang kembar.
Ikatan yang menali hubungan antara Audy dengan Rose sangatlah kuat, terlebih sejak lahir Audy menderita penyakit kelainan jantung yang membuat ia terlihat rapuh dan sering dikasihani oleh orang-orang terutama keluarga besarnya. Tetapi dari sudut pandang Audy, Rose juga sama rapuhnya dengan dia. Rose adalah orang yang dianggap Audy paling sering berkorban untuknya. Terlebih sejak kecil mereka sudah sering bersama-sama, setiap Audy masuk rumah sakit, Rose selalu ada di sampingnya, menemani dan ikut menceriakan harinya. Namun seiring berjalannya waktu, Audy tahu bahwa sikap semua orang berbeda dalam memperlakukan ia dan kembarannya tersebut.
Rose sering tidak dianggap dan diabaikan di keluarga tersebut, kehadirannya hanya dianggap sambil lalu. Bahkan sering terjadi ketika ada percakapan antar anggota keluarga, Rose sama sekali tidak pernah terlibat di dalamnya. Rose hanya mau bercerita dengan Audy, dan Audy sangat tertekan karena sikap Rose tersebut. Terlebih ketika Audy didekati seorang cowok bernama Mardinanto Nolan, atasannya di kantor yang sudah 3 tahun berhubungan dengan Audy. Sebenarnya sudah empat kali Mardi melamar Audy, tapi Audy belum pernah menjawab bahwa ia bersedia. Audy takut jika ia menerima lamaran tersebut, maka Rose akan semakin tersisihkan di keluarganya. Rose akan semakin merasa ditinggalkan karena ia tidak memiliki orang lagi yang memerhatikannya. Audy semakin dilema, karena di satu sisi ia begitu mencintai Mardi tapi di satu sisi ia tidak tega meninggalkan saudari kembarnya begitu saja. Terlebih karena sikap keluarganya semakin aneh dan terlihat resah, bahkan Mardi juga, setelah Audy bercerita bahwa Ia tidak akan menerima lamaran Mardi sebelum Rose mendapatkan pasangan hidupnya.
Apa yang sebenarnya disembunyikan keluarganya sehingga di mata Audy mereka semua terlihat tidak suka jika Audy membahas Rose, bahkan Mardi juga.
Bagaimana hubungan Audy dengan Mardi, sanggupkah mereka bertahan dalam bayang-bayang Rose yang selalu mengikuti langkah Audy?
Sebuah novel yang apik, gaya bahasanya yang sederhana membuat saya mampu dengan cepat membaca cerita ini. Ide ceritanya juga cukup membuat penasaran karena bagaimana mungkin ada orangtua yg tega menganaktirikan anak kandung mereka sendiri? Kelemahan buku ini adalah beberapa typo di dalam tulisannya. Pada awalnya saya sempat berpikir bahwa cerita khas anak kembar ini kok malah kaya sinetron, yang tentu saja setelah di pertengahan cerita baru saya ketahui bahwa ceritanya berbeda meskipun pada awalnya terlihat sama.
Jadi... saya beri bintang empat untuk Lullaby.:D