Slide Show

Januari 04, 2012

Catching Fire


Judul Buku : Catching Fire – Tersulut-
Penulis : Suzanne Collins
Alih bahasa : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Juli 2010
Tebal : 424 halaman
ISBN : 978-979-22-5981-0
Kisah Katniss Everdeen ternyata belum berakhir meskipun ia bersama Peeta telah memenangkan perlombaan Hunger Games. Setelah kemenangannya yang membuat banyak pihak resah, mulai timbul pemberontakan di beberapa distrik sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap Capitol. Yak, semuanya hanya karena buah berry yang dijadikan senjata menjelang berakhirnya pertempuran mereka kemarin.
Karena mereka dianggap memberontak oleh Presiden Snow dan adanya keyakinan di masyarakat umum bahwa Katniss dan Peeta adalah sepasang kekasih, maka Presiden Snow mendesak Katniss untuk ambil bagian dalam menenangkan rakyat yang berontak. Terutama dalam Tur Kemenangan yang diadakan Capitol untuk merayakan pemenang Hunger Games. Sialnya, semua sandiwara Katniss dan rahasia-rahasia hatinya terbongkar oleh Presiden Snow, yang menjadikan hal tersebut sebagai kunci dalam mengendalikan Katniss. Tentu saja dengan ancaman bahwa jika Katniss berbuat macam-macam, maka orang-orang yang disayanginya akan berakhir dengan kematian.
Katniss tentu saja berusaha ”membahagiakan” Presiden Snow, tapi mungkin memang sudah sifatnya yang memberontak, hal-hal yang refleks dilakukannya tetap saja membuat pemberontakan lebih kacau lagi. Terlebih setelah ia menjadi ikon bagi mereka yang melawan Capitol.
Presiden Snow tentu adalah orang yang paling berkuasa, karena kemudian ia menetapkan peraturan baru untuk Quarter Quell, pertandingan Hunger Games berikutnya yang tentu membuat banyak orang terkesima.
Berhasilkah Katniss menyelamatkan orang-orang yang ia cintai dari ancaman kematian Presiden Snow? Mampukah pemberontakan yang semakin melebar di beberapa distrik tersebut menggulingkan Capitol?
Serta pertanyaan terakhir, siapa yang tersisa dalam pertandingan Quarter Quell berikutnya?
Seperti buku pertama, Penulis dengan piawai membuat pembaca penasaran akan apa yang terjadi dengan Katniss selanjutnya. Ditambah aksi dan lokasi Quarter Quell yang dijabarkan cukup rinci dan unik, menambah ketegangan yang berlangsung di buku ini. Tidak seperti di buku pertama, buku kedua ini menurut saya lebih banyak menyorot tentang pemberontakan yang sebenarnya, tentu melibatkan banyak korban jiwa. Ending Quarter Quell cukup mengejutkan karena saya pikir akhir yang diperoleh mungkin akan semanis buku pertama. Penulis juga mampu membuat saya sebagai pembaca setengah kesal karena keplin-planan Katniss dalam hal cintanya terhadap Gale, atau mungkin terhadap Peeta? Entahlah, yang pasti saya sudah tidak sabar menantikan buku ketiganya terbit bulan ini.

5 bintang untuk Catching Fire!!
Januari 02, 2012

Ondel-Ondel Nekat Keliling Dunia


Judul Buku : Ondel-Ondel Nekat Keliling Dunia

Penulis : Luigi Pralangga

Penerbit : Qanita

Cetakan Pertama : November 2011

Tebal :332 halaman

ISBN : 978-602-9225-13-6


Mungkin banyak diantara kita yang sering mendengar istilah “peacekeeper” apalagi kalau sudah mberhubungan dengan UN (PBB). Tapi pernahkah terlintas di pikiran Anda bagaimana sejatinya kehidupan mereka yang berjuang menciptakan perdamaian dunia yang merupakan hak segala Bangsa tersebut?


Di buku ini, penulis yang menyebut dirinya sebagai Ondel-Ondel berbagi kisahnya sebagai seorang “peacekeeper”. Kehidupannya yang sudah mapan di Jakarta ditinggalkan karena ingin mewujudkan mimpi masa kecilnya. Maka bertualanglah ia di New York, di salah satu kantor perutusan tetap tanah air untuk PBB. Berbekal keuletan, kesabaran, tekad dan semangat yang besar, Luigi, Sang Penulis buku ini akhirnya lulus ujian saringan masuk di markas besar UN di New York pada Mei 2000.


Pada tahun 2003, ia mengikuti misi pertamanya ke Irak, dalam misi inspeksi senjata Pemusnah Masal (serem ya namanya..). Tapi misi ini tak berlangsung lama, karena kemudian semua staf kembali ke headquarters masing-masing. Sejak inilah Luigi memutuskan bergabung dengan UNMIL (United Nations Mission in Liberia) untuk misi perdamaian dan kemanusiaan di sana. (Hal.49)


Kisah Luigi lebih banyak diceritakan di Liberia, dengan sisi seorang manusia, ia menceritakan kehidupan dan kesulitan yang ia alami di sana sebagai seorang “pendatang” yang kadang tidak disukai oleh penduduk setempat. Menceritakan bagaimana pengalamannya ikut penyuluhan HIV/AIDS, pelatihan penyanderaan, Ramadhan di negeri orang.


Kelemahan buku ini menurut saya ada di alur ceritanya, terlalu singkat dan cepat. Juga adanya kesulitan saya menafsirkan beberapa percakapan mana yang fiksi (banyolan biasa) dan mana yang nyata terjadi. Juga kata-kata yang semaunya seperti menggunakan kata kampret, mengandaikan nasib dengan (*****) yang kurang pas menurut saya.


Tapi toh saya tetap menikmati buku ini, selain hurufnya yang memanjakan mata (gede-gede!!), spasi yang lebar, banyak foto dan huruf yang dicetak warna biru membuat saya betah membaca buku ini. Banyak juga motivasi yang secara tidak langsung disisipkan penulis di ceritanya. Buku ini membawa saya sebagai pembaca untuk menelisik lagi kehidupan para penjaga perdamaian yang membawa serta nama Negara Indonesia di kancah dunia.

Seperti yang termaktub di Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Alinea ke-4 :

“dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”

3 bintang untuk Ondel-Ondel :)


Jika kalian tertarik untuk lebih banyak mengetahui aktivitas temen-temen yang menjadi peacekeeper, bisa berkunjung ke Blognya www.pralangga.org . Selamat berkunjung!! :D

Desember 31, 2011

The Hunger Games


Judul buku : The Hunger Games
Penulis : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 408 halaman
Cetakan pertama : Oktober 2009

Sejujurnya, pada awalnya buku ini saya baca karena beberapa teman di Blogger Buku Indonesia berniat baca bareng Mockingjay (Seri ketiga Hunger Games) bulan Januari besok. Jadi, saya memutuskan membaca buku Hunger Games agar bulan depan bisa ikutan baca bareng tersebut.

Tentu saja sejak awal saya tahu bahwa buku ini istimewa, sebab banyak komentar positif dari review teman-teman dan rating buku ini di Goodreads juga besar. Buku ini juga mendapat predikat “ Publishers weekly’s best Books of The Year” pada tahun 2008 dan “New York Times Notable Children’s Book of 2008”.

Buku ini bercerita tentang kehidupan gadis berumur 16 tahun yang bernama Katniss Everdeen. Ia dan keluarganya tinggal di Distrik 12 dari sebuah Negara yang bernama Panem, letaknya berada di Appalachia (sebuah daerah di US). Ayah Katniss meninggal ketika ia berumur 11 tahun, sehingga ia harus menggantikan peran ayahnya dalam menjaga keluarganya yang tersisa, yaitu Ibu dan seorang adik bernama Primm. Kehidupan mereka sulit, terutama dalam hal makanan karena harga makanan sangat mahal dan adanya perbatasan agar orang-orang di masing-masing distrik tidak keluar dari wilayah mereka sendiri. Katniss bersama temannya, Gale, adalah pengecualian. Mereka tipe anak-anak yang “mari langgar peraturan” dengan sering berburu hewan liar atau mengambil tumbuhan untuk dimakan di luar teritori daerah mereka. Tentu saja hal ini pelanggaran, tetapi toh banyak orang yang mau membeli hasil buruan mereka.

Di Panem, kekuasaan berada di tangan orang-orang pemerintah yang berada di Capitol (letaknya di Pegunungan Rocky). Setiap tahun, setiap distrik mengirimkan sepasang remaja untuk mewakili distriknya masing-masing dalam memenangkan pertandingan yang disebut Hunger Games. Pemenangnya akan menentukan kemenangan distrik mereka masing-masing, dimana mereka akan dilimpahi makanan sepanjang tahun. Pengambilan kontestan dilakukan dengan diundi, siapapun yang terpilih harus mewakili distriknya bertanding dengan pilihan menang atau mati.

Saat pemilihan di Distrik 12 dilakukan, nama Primm terambil dari undian. Katniss saat itu langsung mengajukan diri menggantikan posisi Primm. Untungnya ada peraturan yang memeperbolehkan hal seperti itu dilakukan. Jadi Katniss mewakili Distrik 12 bersama pasangannya, Peeta Mellark.

Sebelum pertandingan dimulai, para peserta yang berjumlah 24 orang dari 12 Distrik dipersiapkan dulu di Capitol. Mereka masing-masing memiliki penata gaya dan masing-masing perwakilan Distrik memiliki mentor. Dari Distrik 12, Haymitch Abernathy yang menjadi mentor bagi Katniss dan Peeta, karena ia adalah satu-satunya pemenang yang masih hidup dari Distrik 12. Haymitch juga kelak bertanggung jawab mempromosikan Katniss dan Peeta agar mendapatkan sponsor yang kelak membantu memberikan “hadiah” bagi mereka saat pertandingan Hunger Games berlangsung.

Dari sini kisah seru itu dimulai, Katniss dan Peeta harus menghadapi lawan-lawan yang kuat, cekatan bahkan ada yang sudah terlatih untuk memenangkan pertandingan ini. Pembaca akan disuguhkan detail-detail yang memuaskan dan benar-benar membuat kita berimajinasi. Seperti apa pakaian yang dikenakan, kemutakhiran teknologi Capitol, sampai ke orang-orangnya yang unik. Hunger Games ke-74 ini kelak akan meninggalkan perubahan besar daripada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Mempengaruhi Capitol, Katniss, Peeta, para peserta dan bahkan orang-orang yang ditinggalkan mereka.

Penulis juga dengan piawai menyuguhkan cerita remaja yang seru, adegan perkelahian, semangat kebersamaan, permusuhan, persaingan dan bahkan kisah asmara khas anak muda juga terbelit cantik dalam buku ini. Di buku ini bukan berisi kisah fantasi tentang sihir atau naga atau hewan mistis lainnya. Mungkin itu sebabnya mengapa buku ini mendapatkan perhatian lebih bagi remaja yang haus variasi novel-novel fantasi. Terlebih trailer filmnya membuat penasaran banyak orang.
5 bintang layak saya sematkan untuk buku ini.

Ow, satu kalimat Katniss yang saya rasa sangat manis :
“Aku tidak mau kehilangan anak lelaki yang memberiku roti”. Hal. 327


Desember 30, 2011

Buku Favorit 2011 versi saya

Udah di penghujung tahun 2011 nih. Tahun ini adalah tahun "kebangkitan" saya di bidang yang berhubungan dengan buku. Hohohhh. Mulai punya blog buku di bulan Mei, gabung Blogger Buku Indonesia, Aktif lagi di Goodreads, buku soal-soal yang Alhamdulillah udah naik cetak, dikejar deadline ngedit, korektor bahkan sampai disuruh mbahas soal TOEFL dan TPA buat buku yang masih belum jadi inih.

Lho kok ngelantur. Saya sebenernya mau posting buku-buku favorit yang saya baca di tahun 2011 ini. Yak, terkompori postingan blog-blog tetangga yang membuat saya "tergerak" untuk bikin juga. heheheh


Kategori Romance :

Wuthering Heights : Emily Bronte



Kategori Fiksi Fantasi :

Blood Promise - Vampire Academy 4 : Richelle Mead



Kategori Thriller :

18 Seconds : George D. Shuman




Kategori Non-Fiksi :

Garis Batas - Agustinus Wibowo





Ini versi saya, mana versimu? :)

Seratus Tahun Kesunyian – One Hundred Years of Solitude



Judul Buku : Seratus Tahun Kesunyian – One Hundred Years of Solitude
Penulis : Gabriel Garcia Marquez
Penerjemah : Nin Bakdi Sumanto
Penyunting : Wendratama
Cetakan Pertama : Mei 2007
Penerbit : Bentang
ISBN : 978-979-1227-06-3

Sebelumnya, akan saya ceritakan kenapa novel ini begitu “spektakuler” . One Hundred Years of Solitude mendapatkan penghargaan Italy's Chianciano Award, France's Prix de Meilleur Livre Etranger, Venezuela's Rómulo Gallegos Prize, dan the Books Abroad/Neustadt International Prize for Literature. Novel ini berada di tingkat teratas dari buku yang telah membentuk literature dunia selama 25 tahun berdasarkan survey dari komisi penulis international oleh jurnal literature global Wasafiri. Sedangkan penulisnya, García Márquez, mendapat gelar Honoris Causa dari Universitas Columbia di New York. Ia juga mendapatkan Nobel di bidang Sastra pada tahun 1982.

Jadi itulah alasannya mengapa novel ini begitu spesial.

Sekarang, saya akan coba menceritakan isi cerita di dalamnya.

Ini adalah cerita tentang keluarga 7 generasi yang hidup di suatu wilayah bernama Macondo. Jose Arcadio Buendia dan Ursula Iguaran adalah urutan paling awal dari para tokoh dalam cerita ini. Diceritakan bahwa Jose Buendia begitu terobsesi menemukan Tuhan, selain itu ia juga bertekad menemukan alat untuk mengubah benda menjadi emas sehingga ia selalu sibuk di laboratoriumnya dengan semangat yang membara. Terlebih, ia berteman dengan Melquiades, seorang Gipsi yang sering membawa peralatan baru yang menakjubkan dari luar Macondo, sebagai bukti perkembangan dunia di luar daerah itu. ya, tentu saja ia tidak berhasil dalam penelitiannya, tetapi ia terus mencoba bereksperimen lagi di ruang laboratoriumnya.

Jose Arcadio Buendia dan Ursula memiliki 2 anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan, tetapi mereka juga memiliki 1 orang anak angkat yang bernama Rebeca. Roman kisah cinta segitiga juga terjadi di cerita ini, antara Rebeca, Amaranta dan seorang pria bernama Pietro Crespi. Dari sini, kerumitan kisah keluarga mereka dimulai. Pembaca akan disuguhi cerita perang Kolonel Aureliano Buendia, juga ke-17 anak yang dimilikinya. Perang yang terjadi di luar Moconda ternyata juga membawa efek besar di kota tersebut sampai menewaskan banyak warganya. Kemajuan di bidang pengetahuan dan transportasi, seperti kereta api dan transportasi laut juga turut mengubah warna kehidupan mereka.

Rumit, kata itu yang saya anggap mewakili isi cerita novel ini. Tentu butuh waktu lama memahami ceritanya, apalagi pembaca harus jeli membayangkan tokoh yang sedang diceritakan Si Penulis. Contohnya begini, di keluarga tersebut ada 4 tokoh yang memiliki nama awal Jose Arcadio, dan ada 5 tokoh yang namanya berawalan Aureliano.

Tetapi selain kerumitan tersebut, ada banyak filosofi kehidupan yang disisipkan penulis saat merangkai kisah para tokoh utamanya.Contohnya seperti keteguhan Ursula yang pernah dititipi 3 pundi uang emas oleh orang asing dan bertekad mengamankannya sampai orang asing tersebut memintanya. Bahkan saat tersulit pun, Ursula begitu teguh mempertahankan amanat tersebut.

Demikian pula saat Ursula sudah buta, ia tetap bersikeras melakukan semuanya sendiri seakan ia masih bisa melihat, sampai tak seorangpun sadar bahwa wanita tersebut telah buta. Betapa gigih dan keras kepalanya seorang manusia, kan?

Jika Anda jeli, akan banyak sekali petuah-petuah kehidupan dalam cerita ini. Tentu saja buku ini memiliki ciri khasnya sendiri, meski suram, terkadang juga diselingi humor yang sarkatis di beberapa percakapannya.

Saya amat kagum dengan penulis, karena mampu menciptakan kota Macondo dengan detailnya, penduduk yang semaunya, kehidupan keluarga Buendia yang begitu rumitnya. Pembaca akan dibawa ke suatu kota yang asing, terisolasi dengan kultur budaya yang kuat serta sifat "manusia" yang benar-benar melekat.

Satu ungkapan yang saya suka di akhir cerita.

Karena ras-ras manusia yang dikutuk selama seratus tahun kesunyian tak punya kesempatan kedua di muka bumi ini.


Tiga bintang untuk novel ini. :)

Sedikit tentang penulis

Gabriel Garcia Marquez lahir di Aracataca, Kolumbia pada tahun 1928. Ia menulis sejumlah novel dan kumpulan cerita pendek, di antaranya Eye of a Blue Dog (1947), Leaf Storm (1955), No One Writes to the Colonel (1958), Big Mama’s Funeral (1962), One Hundred Years of Solitude (1967), Innocent Erendira and Other Stories (1972), The Autumn of the Patriarch (1975), Chronicle of a Death Foretold (1981), Love in the time of Cholera 91985), The General in His Labyrinth (1989), Strange Pilgrims (1992), dan Of Love and OtherDemons (1994).

Peta silsilah keluarga Buendia. (Semoga membantu)

Salam,

Salam,