Slide Show

Desember 03, 2011

The Last Siege - Pengepungan Terakhir-



Judul Buku : The Last Siege (Pengepungan Terakhir)
Penulis : Jonathan Stroud
Alih Bahasa : Ribkah Sukito
Editor : Primadonna Angela
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 282 halaman, paperback
Cetakan Petama : Oktober 2011
ISBN : 978-979-22-7611-4

Kali ini Stroud tidak bercerita tentang fiksi fantasi seperti biasanya, The Last Siege ini kesemuanya berisi tentang secuplik kisah tiga anak yang awalnya bertemu di sebuah reruntuhan Kastil. Pertemuan Emily, Simon dan Marcus awalnya terjadi secara tidak sengaja, masing-masing dari mereka memiliki kekaguman dan imajinasi sendiri tentang Kastil di Daerah mereka, yaitu di Norfolk, Inggris.

Tentu saja kastil itu memiliki penjaga, seorang lelaki tua bernama Harris bertugas mengawasi kastil itu dan mencegah anak-anak usil atau hewan liar masuk ke dalam wilayah kastil. Pertemuan ketiga anak itu dengan Harris pertama kali berakhir dengan buruk, mereka tertangkap lalu dimarahi dan diancam untuk tidak pernah mendekati kastil itu lagi.

Rupanya ketiga anak itu mendendam, mereka bertekad akan masuk dan menjelajahi kastil itu tanpa ketahuan Harris. Maka mereka menyusun sebuah rencana bagaimana cara masuk Kastil tersebut, dan tentu saja, kali ini mereka berhasil masuk. Ah, tapi manusia tidak pernah memiliki kepuasan, kan? Setelah berhasil masuk dan berkeliling dalam kastil itu, sebuah rencana gila muncul lagi di antara mereka. Mereka akan menginap semalam di Kastil itu, tentunya dengan membawa persediaan makanan dan peralatan untuk menginap.

Tapi bagaimana dengan ijin dari orang tua mereka masing-masing? Emily dan Simon dapat dengan mudah memiliki ijin menginap, tapi lain halnya dengan Marcus. Anak lelaki itu memiliki Ayah yang bermasalah, ia terpaksa kabur ketika Ayahnya kerja di shift malam dan harus pulang pada keesokan pagi sebelum Ayahnya mengetahui bahwa Marcus tidak tidur di rumah.

Celakanya, pagi setelah malam menginap di Kastil, Marcus terlambat pulang ke rumah. Hal ini menjadikan sederetan besar masalah mulai mendatangi ketiga anak itu. Melibatkan pengepungan polisi, pemadam kebakaran, negosiator dan banyak strategi perang muncul di buku ini.

Di awal cerita, saya sangka akan ada sedikit unsur fantasi di dalamnya, tapi ternyata tidak sama sekali. Saat membayangkan kastilnya pun saya mengalami kesulitan, karena meskipun ada peta di bagian awal buku tetapi peta itu tidak banyak menggambarkan tempat-tempat penting yang dijadikan latar cerita oleh penulis. Seperti letak toilet, toko souvenir, cerobong asap, lubang kematian dan beberapa tempat lainnya. Sejujurnya, orang seperti saya yang tidak pernah masuk ke kastil agak sulit membayangkan ruangan-ruangan dalam Kastil. Pada halaman 224 juga ada kesalahan penulisan nama, pada baris ke-6, ditulis bahwa yang berbicara saat itu adalah Marcus, padahal seharusnya Simon. Covernya juga kurang mewakili ide cerita di dalamnya, saya lebih suka cover versi Doubleday tahun 2003, lebih misterius.



Tapi tentu saja ada hal-hal yang membuat saya memberi bintang untuk buku ini. Alur cerita yang cepat dan strategi perang yang seru membuat saya penasaran akan akhir kisahnya. Penulis juga mampu menjadikan kisah yang ide ceritanya biasa menjadi cerita yang menegangkan. 2,5 bintang untuk The Last Siege.
Desember 02, 2011

Interpreter of Maladies (Penerjemah Luka)



Judul Buku : Interpreter of Maladies (Penerjemah Luka)
Penulis : Jhumpa Lahiri
Alih bahasa : Gita Yuliani K
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Desember 2006
Tebal : 248 halaman, paperback
ISBN : 979-22-2518-8

Buku Penerjemah Luka ini terdiri dari 9 cerita pendek yang hampir kesemuanya berceritakan tentang kehidupan orang-orang India. Diawali dengan kisah pasangan muda, Shoba dan Shukumar pada cerpen berjudul ”Masalah Sementara”. Setelah kematian anak mereka, keduanya mulai jarang berkomunikasi satu sama lain. Masing-masing sibuk dengan kesibukannya sendiri sampai suatu ketika, kawasan perumahan mereka mendapat peringatan akan mati lampu tiap malam selama beberapa hari untuk memperbaiki jaringan listrik. Diawali dengan ide untuk mengatakan sesuatu pada satu sama lain dalam gelap, akhirnya permainan itu membawa perubahan pada kehidupan mereka.

Cerita kedua berjudul ”Ketika Mr. Pirzada Mampir Makan Malam”, mengisahkan tentang Mr. Pirzada yang mendapatkan beasiswa di Boston, sehingga sementara waktu terpisah dari anak dan istrinya, padahal saat itu perang sedang berlangsung di Pakistan. Kerinduan akan keluarga terutama terhadap anak-anaknya membuat Mr. Pirzada sering berkunjung ke rumah si penulis yang ketika itu masih berumur 10 tahun. Dari Mr. Pirzadalah sang penulis ini mengerti bagaimana rasanya merindukan dan mengkhawatirkan sesorang yang sangat kamu sayangi.

Penerjemah luka adalah cerita ketiga dalam buku ini. Menceritakan tentang seorang pemandu wisata yang mempunyai pekerjaan sambilan sebagai penerjemah bahasa di sebuah klinik dokter. Mr. Kapasi, nama pemandu wisata itu, baru menyadari betapa besar tanggung jawab yang ia emban sebagai penerjemah ketika sedang bertugas memandu sebuah keluarga untuk berwisata di India.

Cerita-cerita selanjutnya juga lebih beragam, ada ”Durwan Sejati” yang mengisahkan tentang seorang penjaga rumah susun, ”Seksi” bercerita tentang seorang wanita simpanan, ”Rumah Mrs. Sen” tentang seorang wanita yang merindukan India sebagai kampung halamannya, cerita selanjutnya berjudul ”Rumah Yang Diberkati” dan ”Pengobatan Bibi Haldar”.

Tapi cerita favorit saya ada di urutan paling akhir buku ini. Judulnya ”Benua Ketiga dan terakhir”, menceritakan tentang seorang laki-laki yang pernah mengunjungi tiga benua. Di Amerika, ia bertemu dengan seorang wanita tua yang bernama Mrs. Croft, wanita itu berumur lebih dari 100 tahun, perangainya tegas dan kaku, tapi kehidupannya adalah kehidupan pertama yang dikagumi laki-laki tersebut.

Buku ini pertama kali diterbitkan di tahun 1999 di Amerika, memangkan Pulitzer Prize for Fiction dan the Hemingway Foundation/PEN Award pada tahun 2000 dan telah terjual lebih dari 15 juta kopi di seluruh dunia.

Penulis banyak menceritakan bagaimana efek perpindahan penduduk ke luar India, terutama yang menuju ke Amerika yang saat itu disebut “Dunia Baru”. Bagaimana kebudayaan baru itu memengaruhi kehidupan orang-orang India. Kekurangan buku ini terletak di beberapa kisahnya yang datar, konflik yang dialami tokoh utama dalam cerita juga berdasarkan kisah sehari-hari. Jadi untuk pencinta genre fantasi seperti saya, buku ini hanya meninggalkan kesan yang kuat tentang budaya Indianya saja. Tidak ada ketegangan saat membaca halaman demi halamannya. Tetapi saya rasa keunggulan buku ini adalah bagaimana cara sang penulis mampu mempertahankan nilai-nilai dan budaya India dalam cerita yang sebagian besar berlatar di Amerika. Penulis juga mampu membahas masalah universal yang acapkali dialami manusia, yaitu rasa kerinduan terhadap kampung halaman.

3 bintang untuk Penerjemah luka.

The Leap



Judul Buku : The Leap - Lompatan
Penulis : Jonathan Stroud
Alih Bahasa : Jonathan Aditya Lesmana
Editor : Primadonna Angela
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 240 halaman, paperback
Cetakan Pertama : Oktober 2011
ISBN : 978-979-22-7606-0

Pernahkah kamu berharap untuk bisa masuk ke dalam dunia dalam mimpimu? Mungkin setelah membaca buku ini, Anda bisa berpikir ulang tentang hal itu.

Perkenalkan, seorang anak perempuan bernama Charlie. Ia sedang mengalami trauma berat setelah teman dekatnya, Max, tenggelam ke dalam sebuah kolam di dekat penggilingan gandum. Sebenarnya sih bukan tenggelam, tetapi ”masuk” ke dalam kolam tersebut dan tak bisa keluar lagi. Saat itu Max yang sedang berenang di kolam tersebut terlalu lama menyelam sehingga Charlie khawatir dan memutuskan untuk menyusulnya. Ia melihat Max di dalam kolam, tapi ada beberapa wanita mengerikan yang sedang mengelilinginya. Wanita-wanita itu memiliki rambut panjang terurai seperti lumut sungai dan mata mereka sehijau kerikil yang dikubur hingga berlumut. Seorang diantara mereka bahkan sempat mencakar kaki Charlie ketika gadis itu hendak keluar dari kolam sehingga meninggalkan bekas di pergelangan kakinya.

Max yang masuk ke dalam kolam tersebut tentu saja disangka sudah meninggal oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya. Padahal Charlie tahu bahwa Max masih hidup, para wanita di kolam tersebut yang menculiknya. Charlie sudah menceritakan versi yang sebenarnya terhadap Ibu dan Dokternya, tapi tak seorangpun di antara mereka yang percaya akan adanya wanita-wanita menyeramkan yang tersembunyi di dalam kolam. Karena merasa tertekan, Charlie memutuskan untuk mengarang versi lain cerita tenggelamnya Max tersebut, serta mencoba mengubur fakta-fakta menyeramkan dibaliknya.

Tetapi kenangan tersebut selalu menghantuinya.

Hampir setiap malam, Charlie bermimpi berada di suatu hutan luas yang sepi. Anehnya di hutan tersebut, ia bisa melihat jejak sepatu Max. Rasa penasaran yang kuat membuat Charlie terus mengikuti jejak tersebut, berharap Ia bisa menyelamatkan dan membawa Max kembali ke dunia nyatanya, lalu memberitahu kepada semua orang bahwa Max sebenanrya belum mati.

Anehnya, mimpi-mimpi yang secara berkelanjutan itu seakan benar-benar ia alami. Pengejaran Charlie terhadap Max juga bukannya makin dekat, malah semakin jauh karena Charlie hanya bisa melakukannya di dalam mimpi. Sampai suatu hari Charlie bertemu Kit di dalam mimpi. Kit memberitahu Charlie supaya dapat mengejar Max lebih cepat, gadis itu harus melakukan lompatan. Caranya adalah dengan mengunjungi tempat-tempat yang berkesan dan meninggalkan kenangan antara Charlie dan Max. Dengan cara itulah Charlie dapat mengejar Max dan menyelamatkannya sebelum Dansa Besar di Festival Raya – tujuan Max berjalan- dimulai.

Sementara itu, James, abangnya Charlie yang khawatir akan kondisi Charlie mulai menemukan ketidakberesan. Sejak semula ia sudah curiga bahwa ada sesuatu yang disembunyikan Charlie. Mungkin Charlie Masih belum mampu merelakan Max, pikirnya. Namun benarkah demikian? Mampukah Charlie menyelamatkan Max dan membawanya pulang?

Dari website resmi penulis, saya menemukan bahwa novel ini dimulai dengan sebuah cerita pendek, Millpool, yang ditulis pada tahun 1992. Terinspirasi oleh aliran air di dekat pabrik, dalam, dingin dan batu berlumut berjumbai, indah dan menggoda di hari yang panas, tapi juga berbahaya. Millpool adalah tentang dua anak memetik buah di samping tempat seperti itu, dan apa yang terjadi ketika seseorang terjatuh masuk. Kemudian cerita ini diadaptasi ke dalam bab pertama dari The Leap, yang diterbitkan pada tahun 2001.


Sampul depan The Leap yang diterbitkan pada tahun 2001 di Inggris

The Leap diceritakan dari dua perspektif, Charlie dan James yang bergantian menceritakan kisah yang sama dengan berbeda. Salah satu inspirasi penulis adalah Henry James, The Turn of Screw, cerita hantu brilian yang dapat dibaca dengan cara yang berbeda. The Leap adalah kisah ketika sebuah fantasi bertabrakan dengan realita, tidak ada unsur romance dalam cerita ini. Meski saya suka ide ceritanya tapi menurut saya jalan ceritanya terlalu datar. Tidak ada kesan emosional kuat yang dijalin pengarang di tiap lembar ceritanya, konfliknya pun baru dirasakan di akhir cerita yang menjadikan novel ini agak membosankan di bagian awalnya.

Yang menarik adalah bagaimana penulis menceritakannya dalam dua perspektif yang berbeda, sehingga pembaca perlu kejelian untuk mengetahui siapakah yang kali ini sedang berkisah. 3 bintang untuk The Leap.
November 24, 2011

Incarceron











Judul Buku : Incarceron
Penulis : Catherine Fisher
Penerjemah : Mery Riansyah dan Febry E.S.
Penyunting : Lulu Fitri Rahman
Korektor : Nani
Penerbit : Matahati
Cetakan Pertama : Agustus 2011

Anda pasti tahu apa itu penjara. Sebuah tempat yang digunakan untuk mengurung para tahanan yang biasanya orang-orang yang bersalah atau telah didakwa melakukan suatu kesalahan. Di buku ini, Penulis mengajak kita untuk berkunjung ke sebuah penjara yang bernama Incarceron.

Cerita dimulai pada kisah Finn, seorang tahanan di dalam Incarceron yang memiliki julukan Sang Penglihat Bintang. Finn ini adalah anak Sel, anak yang terlahir dari penjara itu sendiri. Finn adalah anak yang spesial, karena dipercaya ia bisa melihat jalan keluar dari Incarceron. Berulangkali ia mendapatkan penglihatan yang tidak lazim dilihat di dalam penjara. Seperti kue ulang tahun dengan lilin di atasnya, danau dengan angsa-angsa yang meluncur dengan gemulai di permukannya, dan ia tahu bahwa penglihatannya tersebut berasal dari luar Incarceron. Ia punya keyakinan kuat tentang hal itu.

Suatu hari Finn bertemu dengan seorang wanita yang disebut Maestra, dari wanita inilah Finn mendapatkan sebuah kristal yang memiliki gambar sama dengan gambar yang dirajah di pergelangan tangannya sendiri. Sudah sering Finn mencoba mengingat masa lalunya, tapi ia tidak pernah berhasil. Maka ketika ia menemukan kunci berbentuk kristal tersebut, Finn mulai bersemangat untuk mengungkap kembali masa lalunya. Ia, Keiro kakak angkatnya, gadis bernama Attia dan Gildas, Sang Sapient bersama-sama mengikuti petunjuk dari Legenda Sapphique agar bisa keluar dari Incarceron.

Di luar penjara, Claudia, putri dari Sipir Incarceron sedang mempersiapkan pernikahan besar-besarannya dengan Pangeran Caspar, putra kesayangan Ratu Sia. Claudia bersama Jared, guru kesayangan dan orang kepercayaannya, diam-diam mencoba mengungkap rahasia letak Incarceron. Suatu hari, Claudia mencuri kunci kristal dari ruang kerja Ayahnya. Kunci tersebut dipercaya merupakan kunci penghubung ke Incarceron, yang kata orang-orang tempat itu adalah surga, tempat semua kesempurnaan berada.

Ternyata kedua kunci yang ditemukan oleh Claudia dan Finn saling berhubungan. Hal ini membuat mereka mampu berkomunikasi satu sama lain dan mengungkap misteri Incarceron sebenarnya. Rahasia itu ternyata jauh lebih kelam, bahkan mengungkap konspirasi yang terjadi di Istana dan kenyataan sebenarnya tentang kisah hidup mereka berdua.

Novel ini diceritakan dengan apik, sayangnya detail yang diceritakan teramat detail, sehingga pembaca yang kurang suka dengan detail mungkin akan merasa bosan sehingga melewatkannya saja. Sayangnya kurang banyak ”greget” dalam cerita ini. Jalan ceritanya juga sudah dapat ditebak sejak awal, meski tetap menyisakan sedikit misteri untuk diselesaikan di akhir cerita. Ow, dan typonya ada banyak tanda petik pembuka atau penutup percakapan yang hilang.

Tetapi cerita ini tentu memiliki keunikannya sendiri, yang saya rasa terletak di ide penulis dalam menciptakan Incarceron. Ide cerita yang disampaikan pada awalnya saya pikir biasa saja. Hanya sebuah penjara yang penuh kekejaman, kemuraman dan kotor. Di akhir cerita barulah terungkap apa letak keistimewaan Incarceron itu.

Kutipan yang saya suka ada di halaman 480 :
Tak satu pun dari kita yang tahu di mana kita berada. Mungkin seumur hidup kita terlalu cemas akan tempat kita berada, sehingga tidak cukup cemasakan siapa diri kita.

3 bintang untuk Incarceron.
November 20, 2011

Putri Si Pembuat Kembang Api (The Firework-Maker’s Daughter)


Judul Buku : Putri Si Pembuat Kembang Api (The Firework-Maker’s Daughter)

Penulis : Philip Pullman

Alih Bahasa : Poppy D. Chusfani

Editor : Dini Pandia

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan Pertama : Oktober, 2007

Tebal : 144 halaman

ISBN-10 : 979-22-3284-2

ISBN-13 : 978-979-22-3284-4


Gadis itu bernama Lila. Ayahnya, Lalchand, adalah seorang pembuat kembang api di kota. Ibunya sudah meninggal ketika Lila masih kecil, yang menjadikan Lila menghabiskan waktunya di bengkel kembang api milik Ayahnya. Alhasil sedari kecil ia sudah mengenal macam-macam kembang api dan bagaimana cara membuatnya. Ia belajar membuat kembang api Monyet Melompat, Cahaya Java, Air Mancur Krakatau dan masih banyak lagi. Lila juga gemar bereksperimen sehingga menghasilkan sebuah karya yang baru.


Lila memiliki kawan yang bernama Chulak, ia adalah seorang anak laki-laki yang bertugas menjaga Gajah Putih Istimewa milik Raja. Gajah yang bernama Hamlet itu ternyata dapat berbicara, tetapi hanya Chulak dan Lila saja yang mengetahuinya.


Suatu hari, Lila bertengkar dnegan Ayahnya. Lila ingin menjadi seorang pembuat kembang api yang diakui oleh Ayahnya. Tapi Sang Ayah tidak mengijinkan Lila, sehingga Chulaklah yang menanyakan ”resep” agar dapat menjadi seorang pembuat kembang api. Ternyata untuk menjadi pembuat kembang api, orang itu harus mengambil Sulfur Bangsawan dari Gunung Merapi.


Maka Lila yang telah diberitahu Chulak akan ”resep” itu segera pergi ke Gunung Merapi. Ia meninggalkan Ayahnya tanpa pamit, hanya menulis sebuah pesan singkat. Celakanya, Sang Ayah tidak memberitahu Chulak bahwa untuk bisa mengambil Sulfur Bangsawan, seseorang tersebut membutuhkan seguci air ajaib dari Dewi Danau Zamrud. Sang Ayah yang kalang kabut kehilangan Lila ini kemudian memberitahu Chulak untuk membawakan Lila air ajaib tersebut. Chulak kemudian pergi bersama gajahnya menyusul Lila. Berhasilkah Lila nanti membawa Sulfur Bangsawan dan menjadi seorang Pembuat kembang api?

Cerita di buku ini banyak pesan moralnya, mungkin selain tindakan Lila yang kabur diam-diam dari rumah ya.. Tapi setidaknya itu memberi pesan moral kepada para orangtua bahwa kita harus memercayai anak-anak kita dan akan lebih baik jika tidak menyembunyikan suatu rahasia dari mereka. Kelemahan cerita ini menurut saya ada di bagian ketika Lila secara tiba-tiba ditolong Chulak. Padahal sebelumnya Chulak masih berbicara dengan Dewi di Danau. Kapan waktu perjalanan mendaki Gunung?


Buku yang tipis, banyak ilustrasi di dalamnya dan tulisannya besar-besar. Ceritanya yang sederhana juga memanjakan kita sebagai pembaca. 4/5 bintang untuk cerita ini. Cerita Philip Pullman ini pada tahun 1996 telah memenangkan Gold Medal dari The Nestlé Children's Book Prize, yang juga dikenal sebagai Nestlé Smarties Book Prize. Penghargaan tahunan yang diberikan kepada penulis buku anak-anak oleh orang-orang yang merupakan warga negara atau penduduk Inggris. Penghargaan ini merupakan salah satu penghargaan yang prestisius dan disegani di kalangan literatur anak-anak.


Semakin membuat Anda penasaran ingin membaca? :D

Salam,

Salam,