Judul Buku : The Last Siege (Pengepungan Terakhir)
Penulis : Jonathan Stroud
Alih Bahasa : Ribkah Sukito
Editor : Primadonna Angela
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 282 halaman, paperback
Cetakan Petama : Oktober 2011
ISBN : 978-979-22-7611-4
Kali ini Stroud tidak bercerita tentang fiksi fantasi seperti biasanya, The Last Siege ini kesemuanya berisi tentang secuplik kisah tiga anak yang awalnya bertemu di sebuah reruntuhan Kastil. Pertemuan Emily, Simon dan Marcus awalnya terjadi secara tidak sengaja, masing-masing dari mereka memiliki kekaguman dan imajinasi sendiri tentang Kastil di Daerah mereka, yaitu di Norfolk, Inggris.
Tentu saja kastil itu memiliki penjaga, seorang lelaki tua bernama Harris bertugas mengawasi kastil itu dan mencegah anak-anak usil atau hewan liar masuk ke dalam wilayah kastil. Pertemuan ketiga anak itu dengan Harris pertama kali berakhir dengan buruk, mereka tertangkap lalu dimarahi dan diancam untuk tidak pernah mendekati kastil itu lagi.
Rupanya ketiga anak itu mendendam, mereka bertekad akan masuk dan menjelajahi kastil itu tanpa ketahuan Harris. Maka mereka menyusun sebuah rencana bagaimana cara masuk Kastil tersebut, dan tentu saja, kali ini mereka berhasil masuk. Ah, tapi manusia tidak pernah memiliki kepuasan, kan? Setelah berhasil masuk dan berkeliling dalam kastil itu, sebuah rencana gila muncul lagi di antara mereka. Mereka akan menginap semalam di Kastil itu, tentunya dengan membawa persediaan makanan dan peralatan untuk menginap.
Tapi bagaimana dengan ijin dari orang tua mereka masing-masing? Emily dan Simon dapat dengan mudah memiliki ijin menginap, tapi lain halnya dengan Marcus. Anak lelaki itu memiliki Ayah yang bermasalah, ia terpaksa kabur ketika Ayahnya kerja di shift malam dan harus pulang pada keesokan pagi sebelum Ayahnya mengetahui bahwa Marcus tidak tidur di rumah.
Celakanya, pagi setelah malam menginap di Kastil, Marcus terlambat pulang ke rumah. Hal ini menjadikan sederetan besar masalah mulai mendatangi ketiga anak itu. Melibatkan pengepungan polisi, pemadam kebakaran, negosiator dan banyak strategi perang muncul di buku ini.
Di awal cerita, saya sangka akan ada sedikit unsur fantasi di dalamnya, tapi ternyata tidak sama sekali. Saat membayangkan kastilnya pun saya mengalami kesulitan, karena meskipun ada peta di bagian awal buku tetapi peta itu tidak banyak menggambarkan tempat-tempat penting yang dijadikan latar cerita oleh penulis. Seperti letak toilet, toko souvenir, cerobong asap, lubang kematian dan beberapa tempat lainnya. Sejujurnya, orang seperti saya yang tidak pernah masuk ke kastil agak sulit membayangkan ruangan-ruangan dalam Kastil. Pada halaman 224 juga ada kesalahan penulisan nama, pada baris ke-6, ditulis bahwa yang berbicara saat itu adalah Marcus, padahal seharusnya Simon. Covernya juga kurang mewakili ide cerita di dalamnya, saya lebih suka cover versi Doubleday tahun 2003, lebih misterius.
Tapi tentu saja ada hal-hal yang membuat saya memberi bintang untuk buku ini. Alur cerita yang cepat dan strategi perang yang seru membuat saya penasaran akan akhir kisahnya. Penulis juga mampu menjadikan kisah yang ide ceritanya biasa menjadi cerita yang menegangkan. 2,5 bintang untuk The Last Siege.