Selama ini saya sering sekali baca buku, saya juga sering nulis meski waktu itu belum rajin meresensi buku. Saya punya blog biasa, yang postingannya biasanya berupa curhat-curhatan saya doank atau tulisan tulisan ngga jelas. Kadang kalo lagi rajin, saya sering menyelipkan beberapa tugas kuliah di postingan saya, tapi itu Cuma beberapa kali doank. Sejujurnya, saya pingin blog saya bermanfaat buat orang lain. Tapi apa yang bisa saya tulis ya? Sedangkan postingan tugas aja sering males-malesan.
Sampai suatu hari saya tahu dari seorang teman yang udah ikut BBI duluan, bahwa ada perkumpulan orang-orang yang ”gila baca” dan ”hobi nulis”. Okelah, dua sebutan itu saya rasa cukup tepat untuk mendiskripsikan diri saya sendiri. Maka saya putuskan memelihara satu blog lagi, khusus untuk tempat saya mengoceh tentang buku-buku yang pernah saya baca. Masih awal sebenarnya ketika saya memutuskan untuk bergabung dengan BBI. Dan ternyata saya nyaman sekali di kumpulan teman-teman ini.
Akhirnya saya punya teman ”nyata” yang punya hobi sama kaya saya. Teman-teman yang tau bagaimana nyamannya masuk ke dunia dalam sebuah buku. Maklum, soalnya selama ini saya jarang banget ketemu sama orang-orang yang benar-benar punya hobi sama saya. Seringkali saya ngerasa ”aneh” di dunia saya sendiri. Banyak yang saya kenal tapi nggak ada teman-teman yang bisa saya ajak diskusi atau saya ajak bicara tentang buku terbaru, minta rekomendasi buku yang bagus atau ngobrol apaaa aja tentang buku.
Maka BBI ini resmi menjadi ”zona nyaman” saya. Seneng lho rasanya begitu tau ada orang yang sama gilanya tentang buku kaya saya. Seneng nimbun buku, kalo tidur temennya buku, punya banyak buku, (pingin) punya perpus sendiri di rumah yang gedeeee. Kalau ke toko buku nggak betah rasanya pulang Cuma bawa satu buku, yaah.. semacam keunikan kaya gitu. :)
Setelah gabung ke BBI juga jadi makin banyak dapat keuntungan. Selain banyak rekomendasi buku-buku dari blognya teman-teman, Alhamdulillah saya juga mulai sering dapet "buntelan" buku buat direview dari penerbit. Nggak sering-sering banget sih, tapi rasanya bangga banget kalo ada penerbit yang bukunya mau direview sama saya gitu. hohohh.. Ya tentunya masih dalam tahap pembelajaran mereview dan ngeblog yang asyik. Tapi sungguh, rasanya dengan ngeblog dan ngereview buku, saya berharap blog saya bisa membantu temen-temen dalam memilih buku-buku yang ingin dibaca. Dan ngeblog ini telah menjadi perpaduan dua hobi saya yang paling utama, membaca.. lalu menuliskannya lagi dan memberitahukan kepada dunia.
Judul buku : A Tale Dark and Grimm
Penulis : Adam Gidwitz
Penerjemah : Khairi Rumantati
Penyunting : Jia Effendie
Penyelaras : Fenty Nadia
Pewajah isi : Husni Kamal
Tebal : 230 halaman, paperback
Penerbit : Atria
Cetakan I : Juni 2011
Pernah membaca atau mendengar tentang kisah kakak adik, Hansel dan Gretel? Iya, yang kisahnya melibatkan penyihir dan rumah cokelat. Well, cerita di buku ini bukan seperti cerita Hansel Gretel yang itu. Yang ini lebih.. asli dan.. berdarah-darah. Syukurlah Sang penulis sudah memperingatkan di bagian belakang buku, bahwa ini bukan bacaan yang tepat untuk anak-anak. Kalaupun ada anak-anak yang bersikeras membacanya, jangan salahkan kami, karena kami sudah memperingatkan terlebih dulu.
Kisah ini dimulai pada suatu hari di sebuah kerajaan bernama Grimm. Hiduplah seorang pelayan yang bernama Johannes, ia melayani keluarga kerajaan selama bertahun-tahun dan ia sangat setia. Nah, setelah Sang Raja meninggal dan meninggalkan Raja Muda seluruh kekayaan istana. Raja tersebut juga menyampaikan sebuah peringatan kepada Johannes bahwa Di sebuah ruangan di dalam istana, ada lukisan seorang putri yang cantik jelita, tapi Sang Raja Muda tidak boleh membuka kamar itu apalagi mengetahui lukisan Putri yang cantik jelita itu. Sebuah malapetaka akan terjadi pada Sang Raja Muda kalau ia sampai menikahi putri di lukisan itu.
Tapi namanya anak muda, kalau dilarang biasanya malah semakin penasaran. Maka dibukalah pintu kamar itu dan Sang Raja Muda langsung jatuh cinta kepada putri berambut emas di dalam lukisan itu. Tentu saja Sang Raja Muda tersebut, memerintahkan Johannes dan pasukannya untuk menjemput Puteri itu dari rumahnya di suatu pulau. Setelah berhasil menjemput Puteri, Sang Raja Muda yang sudah menjadi Raja tersebut bersikeras akan menjadikan putri itu Permaisurinya.
Tepat di kapal, Johannes mendengar para gagak sedang bercakap-cakap tentang ramalan masa depan yang menyebabkan Puteri ataupun Sang Raja kelak menjadi celaka. Tapi para Gagak juga menjelaskan cara menghindari kutukan atau ramalan-ramalan yang buruk itu. Karena Johannes sedemikian setianya terhadap Raja, maka ia berusaha agar Sang Raja dan Putri tidak celaka. Meski akhirnya Johannes menerima kutukan menjadi batu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Nah, setelah peristiwa ”membatunya” Johannes, Sang Ratu dan Sang Raja menaruh patung Johannes di dekat ranjangnya, agar ketika mereka bangun di pagi hari, mereka ingat betapa setianya Johannes kepada mereka.
Sang Raja dan Sang Puteri lalu hidup bahagia dan memiliki seorang anak lelaki yang diberinama Hansel dan anak perempuan yang diberi nama Gratel. Selesai? Belum. Ini baru pengantarnya. Cerita demi cerita masih akan dibawakan oleh Sang Penulis yang di buku ini berperan besar dalam menceritakan dongeng seram ini. Yah, nggak seram-seram banget sih, palingan ada beberapa tukang sihir, cerita tentang Iblis dan Naga. Yak, belum pernah denger Naga di dalam cerita Hansel Gretel kan? Kalau belum, maka Anda harus baca buku ini, karena dongeng di dalamnya diceritakan dengan banyak misteri dongeng yang bermacam-macam.
Sang penulis dengan semaunya seringkali menuliskan ”tamat” di beberapa bagian cerita, meski sebenarnya belum. Yang ada malah membuat penasaran bagaimana kelanjutan cerita petualangan kakak beradik ini. Sayangnya masih ada beberapa typo yang muncul di sana-sini, tapi selain itu ceritanya asyik untuk diikuti. Hurufnya yang besar-besar dan ukurannya yang tidak terlalu tebal membuat saya betah membaca ceritanya.
Ow, ya. Ada kutipan yang saya suka di halaman 136,
”Kesetiaan itu penting. Memahami itu penting. Tapi, tak ada yang lebih berharga selain anak.”
4/5 Bintang untuk Hansel dan Gretel!!
Penulis : Kuping Kiri dan Kuping Kanan (Rey Saroso dan Rangga Sastrowardoyo)
Penyunting : Isman H. Suryaman dan Primadonna A.
Pemeriksa Aksara : Pritameani
Penata Aksara : Beni
Cetakan Pertama : Agustus 2011
Penerbit : B First
ISBN : 978-602-8864-37-4
Sesungguhnya, reaksi para pembaca sebelumnya-lah yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk membeli buku ini. Kabarnya cerita-cerita atau humor di dalamnya bisa membuat Anda terbahak-bahak waktu membacanya. Sebagai mantan penduduk Jakarta, saya tergoda sekali untuk mengetahui sisi humor Ibukota yang katanya lebih kejam dari Ibu tiri ini.
Buku ini terdiri dari enam bab, yang tiap babnya berisikan humor-humor yang sejenis. Pada Bab I, isinya tentang humor-humor di sekitar dunia pendidikan.
Saya ambil contoh ya,
”Ah, mahasiswa seperti kamu paling bisanya Cuma ngomong. Pasti IP kamu Cuma 6, kan! IP segitu aja bangga!”, -secuplik percakapan di Hal.15-
Bab II tentang beberapa humor yang isinya tentang kata-kata yang pengucapannya sering salah, atau malah sering nggak pada tempatnya.
”Rambut Boleh acak-acakan, tapi lihat dong otaknya|Kenapa otaknya?| Bilyaran! | Hah?| Biliaran!!|...| Brilian, Mas!|” - Hal.37-
Bab III tentang Teknologi. Terus Bab IV, judulnya sih Tepuk Jidat Berjamaah.
”(nyolek kenek) Bang, bagi apinya dong!| Kenek: Emangnya Gue naga?!!|”
Atau yang ini
"Ah gila, gue baru nonton Ghost Ship!Keren Banget! Kita bikin film kayak gini aja, tapi temanya di kereta!| Terus lo mau kasih judul apa filmnya?"| Train Ship!!|...|"
Dan Bab-bab setelahnya yang juga membuat saya tidak bisa menahan ketawa di depan orang-orang banyak di atas kereta. Ya, sepertinya saat Anda membaca buku ini di keramaian, Anda harus siap-siap untuk diliatin orang banyak. Karena paling nggak pasti ada humor-humor yang cukup ”gila” untuk ditertawakan. Atau kalau tidak, biasanya pada akhir tiap-tiap humor akan ada tulisan tentang reaksi orang-orang yang turut ada di lokasi kejadian.
Misalnya gini,
”Angkot 43, di dengar oleh semua penumpang yang ingin melontarkan kutukan Crucio ke Ibu#1”, hal 77
Nah, kadang yang kaya beginian jadi membuat saya tertawa membayangkan reaksi orang-orang itu.
Mungkin karena isinya humor, jadi untuk membacanya pun saya tidak memerlukan waktu yang lama. Habis sekali lahap. Sayangnya masih ada beberapa typo yang muncul di buku. Tapi untungnya Cuma sedikit, jadi nggak terlalu mengganggu. Yang agak mengganggu mungkin ada beberapa humor yang karena saya nggak paham, jadi terasa kurang lucu. Tapi secara keseluruhan, 4 bintang untuk Para Kuping!! Dan bila Anda masih belum puas dengan humor-humor di buku ini, bisa intip blog mereka di ngupingjakarta.blogspot.com , Ini tempat berkumpul para dialog absurd yang berseliweran di kota Jakarta. Selamat membaca!!