Slide Show

Oktober 07, 2011

I Am Number Four


Judul Buku : I Am Number Four

Penulis : Pittacus Lore

Penerjemah : Nur Aini

Penyunting : Esti A. Budihabsari

Proofreader : Ocllivia Dwiyanti P.

Cetakan Pertama : Januari 2011

Penerbit : Mizan Fantasi


Ternyata ini cerita tentang seorang alien yang tampan!!


Dia berasal dari planet Lorien, Planet selain Bumi yang bisa didiami makhluk hidup seperti manusia. Alien yang tampan ini, namanya Nomor Empat, atau dalam cerita ini ia memilih nama John Smith untuk dicantumkan di kartu identitasnya. Mengapa namanya Nomor Empat? Karena ia adalah anak keempat dari sembilan anak yang dibawa keluar Lorien saat planet itu diserang Bangsa Mogadorian. Sembilan anak itu yang disebut Garde, memiliki masing-masing seorang yang bertugas menemani dan mempersiapkan mereka untuk tumbuh dewasa dan memiliki Pusaka. Penjaga itu disebut Cẻpan, dan untuk John, cẻpan yang dimilikinya lebih suka dipanggil Henri. Masing-masing Garde diharapkan suatu saat nanti bisa kembali ke Planet Lorien dan memenangkan pertarungan melawan Bangsa Mogadorian, lalu Lorien kembali sembuh.


Planet yang bisa ditempati yang paling dekat dari Lorien adalah bumi. Maka mereka tinggal di sini, di dunia kita manusia, bersembunyi sampai Pusaka mereka muncul dan mereka siap menyelamatkan Lorien. Masing-masing dari sembilan anak itu ditandai dengan jimat khusus, dan diasingkan satu sama lainnya. Mereka dimantrai agar mereka tidak pernah bertemu, dan kemungkinan mereka mati dibunuh Morgadorian adalah sesuai urutan dengan nomor jimat mereka masing-masing. Nanti apabila salah seorang dari bocah-bocah itu telah mati, maka di sekeliling pergelangan kaki kanan mereka akan muncul bekas luka berbentuk goresan. Saat ini, goresan itu telah berjumlah tiga, yang berarti sekaranglah nyawa Nomor Empat benar-benar terancam bahaya.


Persembunyian dan penyamaran telah sering ia dan Cẻpannya lakukan, kali ini mereka pergi ke Ohio. Di Kota kecil ini, satu demi satu, Pusaka John mulai muncul. Ia juga jatuh cinta dengan manusia bumi bernama Sarah Hart yang membuatnya tidak mau melarikan diri lagi ketika Morgadorian sudah dekat dengan mereka.


Ya, Morgadorian yang mengincar nyawa John mulai menjamah Ohio, mencari identitas Nomor Empat yang bisa mereka lacak. Mungkinkah John dan Henri menyelamatkan diri? Akankah kisah cinta John dan Sarah tetap berlanjut atau takdir memutuskan untuk memisahkan mereka?


Ceritanya memang bikin penasaran, apalagi ada bumbu Romancenya. Sanggup membuat kita penasaran sampai lembar terakhir, bahkan sampai penasaran edisi selanjutnya.

Terlebih saya suka semangat positifnya Henri


"Saat Kau Kehilangan Harapan, segalanya pun musnah. Saat kau pikir semua telah berakhir, ketika segala sesuatu tampak buruk dan sia-sia, harapan itu selalu ada."

Ow, dan endingnya.... Sukses bikin saya meneteskan air mata!! Unpredictable >_<

Oktober 03, 2011

13 Reasons Why


Judul Buku : Thirteen Reasons Why
Penulis : Jay Asher
Penerjemah : Mery Riansyah
Penyunting : Endah Sulwesi, Lulu Fitri Rahman
Korektor : Tisa Anggriani
Tebal : 288 halaman, paperback
Cetakan pertama : September 2011
Penerbit : M-Pop (Kelompok Penerbit Matahati)

Pertama melihat cover buku ini dan membaca cerita di bagian belakang buku, bikin saya agak khawatir, ceritanya serem nggak ya? Bayangin, kamu mendapatkan kaset-kaset rekaman dari cewek yang kamu suka, padahal dia baru aja bunuh diri. Ya, kamu mendapatkan kaset dari orang yang sudah meninggal. Serem kan?

Tapi kenyataannya cerita ini nggak begitu.

Setelah dua minggu kematian Hannah Baker, Clay Jensen menemukan paket seukuran kotak sepatu di pintu depan rumahnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ketika Clay membuka paket itu, isinya tujuh buah kaset rekaman. Di masing sisi-sisinya tertulis nomer yang urut dari 1 sampai dengan 13. Kaset yang berkesan ketinggalan jaman itu tak urung membuat Clay penasaran, siapa yang di jaman modern ini masih merekam menggunakan kaset seperti itu?

Ketika ia mendengarkan kaset dengan sisi nomer 1, sontak Clay terkejut. Suara di kaset rekaman itu adalah suara Hannah, gadis yang diam-diam Clay suka selama ini.

”Kuharap kalian siap, sebab aku akan menceritakan kisah hidupku pada kalian. Lebih jelasnya, kenapa kehidupanku berakhir. Dan jika kalian sedang mendengarkan rekaman-rekaman ini, berarti kalian salah satu alasannya. ”, Hal.13
Clay termasuk salah satu orang di cerita dalam kaset itu? Benarkah ia termasuk ke dalam alasan kenapa Hannah bunuh diri?

Ah ya, di dalamnya ada banyak orang yang membuat hidup Hannah Baker menjadi berantakan. Kebanyakan adalah anak-anak yang bersekolah sama dengan Hannah, yang menyebarkan gosip tentang Hannah, yang membuat putus asa Hannah, yang merenggut kepercayaan diri Hannah. Dan yang lebih parah, kesemuanya menjadi efek bola salju yang menjadikan Hannah tertekan dan nekad mengakhiri hidupnya.

Di kaset itu, Hannah menceritakan semuanya. Ciuman pertamanya, teman dekat waktu awal kepindahannya, orang-orang yang menertawakannya diam-diam, teman sekaligus musuh baginya, dan cerita tentang Clay Jensen. Reputasi Hannah yang ”kotor” membuat Hannah mengasihani dirinya sendiri. Di dunia ini seakan tak ada yang mampu menyelamatkannya dari keputusan bunuh dirinya. Dan kaset itu akan jadi pengenang yang permanen bagi orang-orang yang telah melukai Hannah.

Pesan Hannah hanya dua bagi para penerima kaset itu. : ”mendengarkan dan mengedarkan.” Mengedarkan ke orang berikutnya yang ada dalam daftar. Jika kaset itu tidak diedarkan, siap-siap saja, kopi kaset itu akan disebarkan ke semua orang. Agar semua orang tahu bagaimana kisah hidup Hannah Baker yang sebenarnya. Agar mereka tahu, siapa saja yang turut berhubungan dengan bunuh diri Hannah.

Rasa penasaran Clay terus berlanjut sampai namanya tersebut di dalam kaset itu. Bagaimana mungkin Clay menjadi salah satu alasan kematian Hannah? Clay menyukai gadis itu dengan sungguh-sungguh, sialnya, dia tidak pernah mengungkapkannya pada Hannah. Gadis yang telah bunuh diri 2 minggu yang lalu itu.

4 bintang untuk Hannah, waktu baca ceritanya, entah kenapa saya kasihan terhadap Hannah. Dia terlalu muda untuk bunuh diri. Cerita yang sanggup membuat saya betah membaca kisahnya lama-lama.
Oktober 01, 2011

The Black Tattoo


Judul : The Black Tattoo
Penulis : Sam Enthoven
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Editor : Heni Setiani
Penerbit : LiniKata
Cetakan Pertama : Februari 2011
Tebal : 526 Halaman, HardCover

Awas, hati-hati ketika Anda tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang tidak Anda kenal. Jack Farrell dan Charlie Farnsworth akhirnya harus berhadapan dengan Sang Laknat, Iblis yang terusir dari neraka karena awalnya bertabrakan dengan seorang laki-laki misterius yang diketahui bernama Nick.

Nick rupanya sedang mencari seorang pemimpin bagi Persaudaraan, kelompok yang menjaga agar Sang Laknat tetap terkurung di penjaranya. Sayangnya, saat ini Sang Laknat diketahui telah dibebaskan oleh salah seorang Anggota Persaudaraan yang berkhianat. Setelah Nick menyerahkan kepemimpinan Persaudaraan kepada Charlie, Nick meninggal dunia. Raymond dan Esme, sisa anggota persaudaraan lainnya, tidak menerima keputusan Nick yang menyerahkan kepemimpinan Persaudaraan begitu saja kepada orang baru.

Sementara itu di mata Jack, Charlie terlihat berubah setelah ia menjadi pemimpin Persaudaraan. Charlie menjadi sering semena-mena, sembrono dan anehnya tiba-tiba memiliki kemampuan super yang sebelumnya tidak dimilikinya. Usut punya usut, ternyata Charlie dibawah pengaruh Sang Laknat yang menjalari tubuhnya dalam bentuk tato-tato hitam, terutama ketika ia murka. Sang Laknat dan Charlie bersekutu akan membangunkan Sang Naga, tuhan segala tuhan yang mengawali dan mengakhiri kehidupan. Mereka akan bersama-sama menciptakan kehampaan dunia, menghabisi apa saja yang tersisa dan kemudian menguasai kesemuanya.

Celakanya, sang Naga saat ini sedang tertidur di Neraka. Sang Laknat yang memengaruhi Charlie harus masuk ke Neraka lewat salah satu pintunya yang terhubung ke Bumi. Jack yang bertekad ingin menyelamatkan Charlie dari pengaruh Sang Laknat juga ikut masuk ke Neraka apapun resikonya. Meski kemudian ia harus mengikuti pertandingan yang menjadikan kehidupan sebagai taruhannya. Esme dan Raymond juga bertekad membunuh Sang Laknat, meski pilihannya juga hanya satu, ikut memasuki dunia Neraka dan bertaruh nyawa.

Di neraka, mereka menemui banyak iblis yang dikurung, mereka juga bertemu ’God’, yang dipercaya turut serta dalam penciptaan manusia. Bertemu Chinj, makhluk akhirat yang memberi asupan gizi bagi para penghuninya, dan mereka bertemu Sang Naga.. tapi akankah sang Naga berhasil dibangunkan? Dan mampukah Jack menyelamatkan Charlie, bahkan bila itu akhirnya menyerahkan nyawanya sendiri sebagai tebusannya? Lalu siapakah yang nantinya mati?

Cerita buku ini agak sedikit ’berat’ karena beberapa penggambaran latarnya agak susah dibayangkan, terutama saat mereka berada di neraka. Tokohnya tidak terlalu banyak jadi mudah diingat dan romancenya juga nggak banyak. Yang banyak justru aksi-aksi dan ajang pertempurannya. Yang agak berat lagi adalah filosofi ketuhanan dan kepercayaan kita kepada Tuhan yang cukup banyak disinggung di dalam percakapannya.

”Kau harus mengerti bahwa kepercayaan semacam yang kau jelaskan itu untuk orang lemah”, Hal.167
Awalnya saya pikir ceritanya hanya fiksi fantasi biasa, tapi ternyata saya mendapatkan bonus lebih daripada yang saya duga. :)

4/5 bintang untuk The Black Tattoo.. :D
September 30, 2011

Hairless


Penulis : Ranti Hannah

Tebal : 298 halaman, paperback

Penerbit : Gagas Media

Cetakan Pertama : 2011

ISBN : 979-780-488-7



“Sakit mengajarkan kesabaran tanpa batas. Sebuah scenario yang luar biasa. Jika kita mampu memahaminya…” – Ir. Shahnaz Haque-Ramadhan, survivor kanker ovarium

Itu adalah kalimat pengantar di bagian cover buku Hairless, yang saya rasa cukup mewakili pesan dari cerita di dalamnya.


Bagaimana rasanya ketika di usia belum genap 25 tahun, menjadi istri baru setahun dan sedang mengandung anak pertama, lalu Anda divonis memiliki kanker? Sang penulis membagikan ceritanya untuk kita, perkenalkan, Ranti Astria Hannah. Berawal di usia kehamilannya yang baru 7 bulan, ditemukan benjolan di bagian payudara kanannya. Kekhawatiran Ranti akhirnya terjadi juga, ia divonis menderita kanker payudara. Semenjak itu perjuangan Ranti dimulai. Masa-masa menanti kelahiran anak pertamanya ikut terbebani perasaan campur aduk akan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien kanker. Segala impian untuk memberikan ASI eksklusif untuk anaknya dan segala bayangan kebahagiaan akan hadirnya Buah Hati mulai tercemari ketakutan-ketakutan Ranti akan kanker.


Setelah melahirkan, Ranti melakukan pengobatan di National University Hospital, Singapura. Ditemani Mama, Papa atau Suaminya, Ranti bolak-balik Indonesia-Singapura-Indonesia berjuang melawan kanker ganas yang dimilikinya. Ia harus menerima vonis mastectomy, menjalani radiotherapy, dan menempuh kemoterapi yang mengakibatkan rontoknya rambut, muntah-muntah, menopause sementara, tubuh yang rentan penyakit semuanya akan ia alami di usianya yang masih muda. Belum lagi kemungkinan bahwa kankernya bisa diturunkan melalui gen, berarti ada kemungkinan orang-orang terdekatnya juga bisa memiliki kanker yang sama.


Dengan ketegaran dan dukungan orang-orang terdekatnya, Ranti beryekad akan memenangkan perjuangan ini. Kelak suatu hari ia akan dikenal sebagai seorang survivor, bukan korban dari Kanker. Membaca memoar Ranti membuat saya mengenang kembali masa-masa perjuangan Mama. Sayangnya, beliau kalah berjuang melawan kanker ganasnya tepat ketika saya berusia 7 tahun. Sebagai keluarga dari seorang penderita kanker, saya mampu memahami bagaimana perasaan orang-orang terdekat Ranti. Mungkin seperti Sang Suami, yang akhirnya menangis tersedu-sedu ketika melihat helai demi helai rambut Ranti rontok (hal.226), yang ikut-ikutan membuat saya menangis sesenggukan juga (di kereta!!). Atau bagaimana kekakuan Sang Papa yang curhat dadakan sambil nyetir mobil kaya pembalap, sukses membuat mantunya sport jantung dadakan (Hal.172). Tapi Ranti beruntung, dia dikelilingi banyak sekali teman-teman dan sahabat yang benar-benar mendukungnya, di buku ini juga diceritakan bagaimana Ranti bersikap sebagai anak muda yang masih butuh teman buat ngasih perhatian, becandaan, ketawa atau nangis serempakan. Juga sebagai teman yang saling bersikap dewasa, merencanakan masa depan, menghadapi kenyataan.


Buku ini saya baca di kereta, bolak-balik Solo-Jogja, dan karena cara berceritanya yang seru, sukses membuat saya tersenyum-senyum sendiri, lalu tiba-tiba di bagian tertentu saya meneteskan air mata haru, tapi kemudian saya ketawa lagi seringnya karena kekonyolan Sang Suaminya Ranti (Alhasil di kereta diliatin orang-orang, tapi tak masalah, biar mereka penasaran dan siapa tahu jadi ikutan mau baca :p). Di dalamnya juga diberi banyak pengetahuan tentang kanker payudara dan treatment obatnya, jadi baca memoar sekaligus dapat pengetahuan. Keren, kan? Ceritanya Ranti juga mengingatkan saya, bahwa kanker bisa dikalahkan, segala upaya pasti dibalas Tuhan dengan setimpal dan selalu diberikan yang terbaik. :)


5/5 bintang untuk perjuangannya Ranti. Selamat karena telah memenangkan perjuangan melawan penyakit ”terkutuk” itu, kanker.

September 24, 2011

The Conch Bearer : Keong Ajaib


Judul : The Conch Bearer; Keong Ajaib

Penulis : Chitra Banerjee Divakaruni

Alih Bahasa : Gita Yuliani K.

Penerbit : Gramedia

Cetakan Pertama : Februari 2004

Tebal : 272 halaman, paperback


Nama anak laki-laki itu Anand, umurnya dua belas tahun. Ia hidup di Kolkata, India, bersama Ibu dan seorang adik perempuannya yang bernama Meera. Ayahnya bekerja di Dubai tetapi sudah beberapa bulan ia tidak mengirimkan kabar lagi kepada keluarganya. Sedangkan uang tabungan ibunya sedikit demi sedikit mulai habis digunakan untuk biaya pengobatan Meera, gadis kecil itu berubah menjadi pendiam dan sering ketakutan setelah suatu peristiwa mengerikan menimpanya.


Anand terpaksa berhenti sekolah, ia membantu Ibunya mencari uang dengan bekerja di kedai milik Haru. Meski sering dicaci maki dan diberi makanan basi, Anand tetap bertahan demi rupee-rupee yang nantinya akan ia berikan kepada Ibunya yang bekerja sebagai tukang masak. Meski hidupnya berkesusahan, Anand masih memiliki imajinasi yang tinggi, ia berharap memiliki benda ajaib yang bisa menyembuhkan Meera dari penyakitnya dan mengembalikan Ayahnya ke tengah-tengah keluarga mereka.


Suatu hari Anand menolong seorang kakek yang diusir Haru dari kedainya. Anand memberikan secangkir teh dan jatah makan siangnya kepada kakek itu. Malamnya ketika Anand pulang dari tempat bekerja, ia dan Meera yang sedang di dalam rumah tiba-tiba didatangi Kakek tua itu. Kakek itu bercerita bahwa dia adalah seorang Sang Penyembuh. Ia bertugas mengembalikan sebuah Keong. Tapi bukan sembarang Keong, Keong itu keramat dan berkekuatan dahsyat dan harus segera dikembalikan ke sebuah tempat bernama Lembah Perak, karena terancam bahaya. Surabhanu, sebut saja Sang Pemelihara Keong yang berniat buruk sedang memburu keong itu untuk digunakan menguasai dunia. Kakek itu mengajak Anand untuk ikut bersamanya menyelamatkan keong itu dengan pergi ke Lembah Perak.


Awalnya Anand tidak percaya, tetapi ia melihat bukti bahwa keong itu adalah keong yang luar biasa. Warnanya indah dan memancarkan keindahan ke tiap sudut gubuknya, padahal ukuran keong itu kecil, tidak lebih besar daripada telapak tangannya. Yang lebih meyakinkan Anand adalah karena Sang Penyembuh itu ternyata bisa menyembuhkan Adiknya, Meera.


Perjalanan Anand dan Sang Penyembuh yang bernama Abadhyatta itu juga ditemani oleh seorang anak perempuan bernama Nisha. Mereka mengalami berbagai macam petualangan yang menegangkan, bahkan mengancam nyawa mereka sendiri hanya demi sebuah keong. Surabhanu yang kuat juga mengganggu Anand dalam mimpi dan lewat khayalannya. Ia bahkan hampir membunuh Abadhyatta lewat tangan Anand sendiri. Sementara kerinduan Anand kepada keluarganya semakin menjadi-jadi, membuat ia ingin pulang ke rumah dan berada di pelukan Ibunya yang nyaman bersama adiknya yang telah sembuh. Yang jadi pertanyaan, Mampukah Anand dan kedua teman perjalanannya itu berhasil membawa keong kembali ke Lembah Perak?



” Bahaya akan menimpa kita kapan saja. Kita tidak bisa menghentikannya. Kita hanya bisa berusaha mempersiapkan diri. Tidak ada gunanya menunggu-nunggu bencana dan menderita pengaruhnya bahkan sebelum ia datang.” Hal. 102

” Untuk bisa meraih sesuatu yang besar, seseorang harus melepaskan cengkeramannya atas sesuatu yang lain yang juga sama disukainya.”

4 bintang untuk Anand dan keong. :D

Salam,

Salam,