Slide Show

Agustus 18, 2011

Untung Surapati


Penulis : Yudhi Herwibowo

Penerbit : Metamind – Tiga Serangkai

Cetakan pertama : Februari 2011

Tebal : 660 halaman

ISBN : 978-602-98549-1-6


Perjalanan ini dimulai dengan dipilihnya dua orang budak anak-anak di pasar Banten oleh Kapitein Van Beber, perwira VOC senior yang sebelumnya bertugas di Makasar. Kepindahannya ke Batavia membuat ia membutuhkan budak untuk membantu mengangkut barang-barang dan keperluan lainnya. Namun setibanya di Batavia, kehadiran dua budak anak-anak itu sudah tidak dibutuhkan lagi, maka ia memberikan budak-budak itu kepada seorang sahabatnya, saudagar dari Belanda yang bernama Mijnheer Moor.


Mijnheer Moor memiliki seorang anak perempuan bernama Suzanne, kedua budak anak-anak yang diketahui bernama Si Pande dan Si Kurus itu dengan cepat menjadi teman bermain bagi Suzanne. Nona kecil itu yang tadinya sakit-sakitan berubah menjadi periang dan semakin sehat, kehidupan si Pande dan Si Kurus pun berubah menjadi jauh lebih layak, karena mereka lebih banyak diperintahkan untuk menemani Juffrouw Suzanne bermain daripada bekerja keras sebagai budak.


Suatu hari, si Pande melarikan diri dari rumah Mijnheer Moor, ia menginginkan kebebasan sepenuhnya, meninggalkan Si Kurus yang memang tidak mau diajak pergi bersamanya. Dari hari-hari itulah, Si Kurus mulai menghabiskan harinya berdua saja dengan Suzanne. Ketika Si Kurus tinggal di rumah Mijnheer Moor, hari-hari penuh keberuntungan selalu memayungi Mijnheer Moor, ini yang membuat Mijnheer Moor memutuskan untuk memberikan nama bagi anak laki-laki itu bukan dengan sebutan Si Kurus lagi, tetapi berubah menjadi Untung.


Persahabatan yang dijalani Suzanne dan Untung berdua saja tak urung menanamkan benih-benih cinta diantara keduanya, meski akibatnya Mijnheer Moor marah besar dan menyiksa Untung dengan menjebloskannya ke dalam penjara bersama tahanan lainnya. Tapi Suzanne demikian besar memperjuangkan cintanya terhadap Kakak sepermainannya itu, maka ia membantu Untung dan seluruh tawanan untuk melarikan diri.


Untung yang kemudian melarikan diri bersama Suzanne, memilih kediaman Ki Tembang Jara Driya yang merupakan guru bela dirinya selama ini sebagai tempat persembunyian. Tetapi akhirnya Untung memilih berpisah dari Suzanne, demi keselamatan mereka berdua yang sudah pasti dikejar oleh pasukan Mijnheer Moor.


Dari pelarian diri inilah, Untung mulai melakukan penyerangan terhadap VOC sedikit demi sedikit. Ia melakukan penyerangan dengan teman-teman yang melarikan diri bersamanya yang telah mengikat janji untuk terus mengikuti Untung kemanapun ia pergi. Peperangan yang satu demi satu terus dilalui Untung dan pasukannya makin meneguhkan namanya sebagai seorang yang ditakuti oleh VOC, disegani para pemberontak lainnya dan dikagumi rakyat jelata. Sementara banyak penguasa daerah yang diam-diam memberikan bantuan kepadanya, tak sedikit pula yang secara terang-terangan menentang Untung dan membela VOC. Mereka menganggap Untung dan gerombolannya hanyalah kelompok kraman (perampok) biasa.


Perjalanan Untung ini berawal dari Batavia, lalu memenuhi janjinya terhadap Pangeran Purbaya untuk mengembalikan istri Pangeran, Raden Ayu Goesik Kusuma ke Kartasura, dan terus melawan VOC dengan bertahan di Pasuruan. Novel sejarah ini alurnya cepat, meski penuh detail kesejarahan, tapi masih bisa membuat kita betah membacanya. Juga terlihat ciri khas tulisan Mas Yudhi yang banyak menyertakan detail tempat atau suasana dan sering menyelipkan keindahan bahasa dalam beberapa bagian cerita,


“Dan bagaimana engkau melukiskan waktu? Mungkin itu bagai walet-walet yang selalu terbang di atas kepala kita, kala senja mulai tiba. Tak pernah benar-benar tersadari. Karena engkau tak akan pernah benar-benr mencoba untuk menghitungnya? “

Sayangnya masih ada beberapa kali ketidak konsistenan penulisan nama, atau kesalahan pengejaan dan beberapa typo yang cukup membuat saya terganggu waktu membacanya. Tapi selain itu, novel ini membuat saya yang tadinya paling ngantuk kalau baca buku sejarah menjadi bersemangat. 4 bintang untuk Untung Surapati!!


Sedikit tentang Untung Surapati dan sastra


Seorang penulis bernama Melati van Java mengangkat kisah Untung Surapati dalam sebuah roman berbahasa Belanda. Roman tersebut berjudul Van Slaaf Tot Vorst, diterbitkan oleh Blom & Olivierse pada tahun 1887 dalam Bahasa Belanda. Melati van Java adalah nama samaran dari Nicolina Maria Sloot, seorang Belanda yang dilahirkan dan pernah menetap selama 18 tahun di Semarang. Selain Melati van Java, Abdoel Moeis juga mengangkat kisah tentang Untung Surapati dalam bentuk roman. Seperti yang telah banyak kita ketahui, Abdoel Moeis adalah pengarang Salah Asuhan, dan pernah menerjemahkan Tom Sawyer Anak Amerika pada tahun 1928.


Karya Melati van Java pada tahun 1898 terbit di tanah Hindia, diterjemahkan oleh FH Wiggers. Wiggers dikenal sebagai jurnalis peranakan Eropa yang memelopori produksi karya-karya sastra di negeri ini. Tapi sayangnya saya belum berhasil menemukan referensi lainnya yang menyebutkan tentang roman sejarah ini.


Ya, seperti kisah manusia pada umumnya, demikian juga dengan kisah pejuang. Selalu ada roman yang mengiringi jejak-jejak mereka yang bersejarah...

Agustus 13, 2011

Cinta Tak Pernah Mati


Penerbit : Serambi
Penerjemah : Atta Verin dan Anton Kurnia
Cetakan I : Juni 2011
ISBN : 978-979-024-357-6
Akhirnya karena rasa penasaran sedemikian besarnya, saya memutuskan membaca buku ini. Seperti para reviewer buku sebelumnya yang mengatakan bahwa buku ini kereen, pada kenyataannya menurut saya buku ini benar-benar kereen. Baiklah, mungkin juga karena penulisnya adalah pengarang-pengarang terkemuka dari berbagai belahan dunia, Jepang, Prancis, Norwegia, Rusia, Inggris, Irlandia, India, Amerika Serikat dan Swedia. Lihat? Anda bisa berkeliling dunia hanya dnegan membaca satu buku kaya warna ini. Kumpulan cerita ini memberi makna baru akan ”cinta” dalam kamus hidup saya. Seperti di pandu oleh para penulisnya, saya menemukan makna cinta yang lain, bukan sekadar kisah pria wanita pada umumnya.
Sebuah cerita dengan judul Cinta Tak Pernah Mati diceritakan dalam buku ini oleh Honore de Balzac, ini kisah cinta istimewa antara seorang tentara dengan seekor macan betina di gurun pasir terasing. Kisah cinta keduanya berawal dari ketakutan si tentara yang akhirnya malah membuatnya mencintai macan betina yang ditemuinya di gurun. Cerita yang menarik juga diceritakan oleh Rudyard Kipling, dengan judul Hantu Mantan Kekasih. Penulis The Jungle Book (1894) ini menceritakan bagaimana kisah cinta masih tetap abadi, bahkan hingga maut memisahkan. Cara penceritaannya cukup membuat saya merinding, saya larut dalam ceritanya.
Kisah lainnya diceritakan Leo Tolstoy, dengan judul Kebahagiaan. Kisahnya tentang sepasang suami isteri yang menemukan kebahagiaan justru ketika seluruh hartanya habis dan mereka menjadi miskin. Bagaimana bisa? Temukan sendiri jawabannya dalam cerita ini.
Cerita cinta antara suami isteri yang tak biasa juga diceritakan dalam buku ini. Dalam judul Perkawinan, August Strindberg mengajak kita menemui pasangan suami isteri yang unik. Mereka menyewa tiga ruangan, di mana satu untuk Sang Suami, Satu untuk Sang Isteri dan satu lagi untuk studio tempat mereka bekerja. Bagaimana bisa mereka bertahan dalam bentuk pernikahan seperti itu? Strindberg menceritakannya dengan akhir yang tidak diduga.
Kalau saya harus memilih yang mana yang menjadi favorit saya, saya rasa sangat sulit. Setiap pengarang menceritakannya dengan gaya mereka masing-masing. Dengan keistimewaan makna cinta yang luas, saya rasa buku ini wajib dibaca, apalagi bagi Anda yang memiliki rasa ”cinta” terhadap karya sastra dan bagi Anda yang mencoba mencari makna ”cinta”. Selamat membaca, dan mohon jangan salahkan saya kalau Anda jadi penasaran sama buku ini, sebab buku ini memang layak membuat Anda penasaran !!
Agustus 11, 2011

The Boy Who Ate Stars

Pengarang : Kochka

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 104 halaman, paperback

Agustus, 2008

ISBN – 10 : 979-22-3927-8

ISBN -13 : 978-979-22-3927-0


Ini kisah tentang seorang gadis berusia 12 tahun bernama Lucy dengan temannya bernama Theo, bersama anjing kenalannya bernama Francois dan anak istimewa bernama Matthew. Kisah ini dimulai di Paris, di flat No. 11 di Rue Merlin, rumah Lucy. Ia dan keluarganya baru saja pindah ke flat tersebut, dan ia berencana berkenalan dengan seluruh tetangganya. Sebuah rencana yang fantastik telah disusunnya sampai suatu hari, ia bertemu Matthew.


Lucy memutuskan pergi ke lantai atas flatnya setelah semalam terdengar ada keributan kecil di sana. Di flat di lantai lima, sebuah gambar anak dengan telinga yang besar seperti telinga Gajah dan dua tangan yang besar seperti sayap ditempel di depan pintu. Lucy membunyikan bel dan seorang wanita membukakan pintu sambil tersenyum ramah. Di belakangnya terlihat seorang anak laki-laki tampan tiba tiba melesat melompat naik ke atas tubuhnya. Ia menggerakkan jari-jarinya di atas kepala Lucy, memainkan rambut Lucy. Wanita yang tadi membukakan pintu datang, menarik tubuh anak laki-laki itu dan menggantikan kepalanya untuk dipermainkan bocah itu, sebagai ganti kepala Lucy. Sebentar kemudian, Lucy berpamitan pulang, ia masih tidak paham apa yang terjadi dengan anak laki-laki itu.


Keesokannya Lucy bertemu lagi dengan Marie, wanita yang membukakan pintu di flat atas semalam, dari Marie ia mengetahui anak laki-laki itu adalah putranya yang bernama Matthew. Dia Autistik. Semenjak itu Lucy yang begitu penasaran akan arti autistik mulai mencari makna kata tersebut, sayangnya ia tidak puas dnegan makna dari kamus yang diberitahukan Ayahnya. Maka ia mendekati Matthew, Lucy tahu anak laki-laki itu istimewa sejak pertama kali mereka berjumpa.


Perjalanan Lucy tidak hanya mencoba mengenal dan membantu Matthew bersosialisasi. Seekor anjing milik kenalan orang tuanya, Francois nama anjing itu, juga masuk dalam agenda Lucy. Lucy harus menjadikan anjing itu sebagai anjing sebenarnya, menyalak dan bertingkah laku seperti anjing pada umumnya. Maka Lucy melakukannya bersama sama, ia membantu Matthew, mengajarkan Francois dan mengisi hari-hari dengan catatan catatan pengalamannya. Dari sini ia menemukan pengertian baru mengenai autistik, pengertian yang sama sekali berbeda dengan dalam kamus yang dulu pernah dibacanya.


Buku ini terdiri dari 10 bab, halamannya yang tipis dan huruf yang besar benar-benar memanjakan saya sebagai pembaca. Tidak butuh waktu sehari untuk membacanya. Lucy menceritakan pengalamannya secara sederhana, sehingga mudah mengikuti irama alurnya yang cepat. Banyak pengertian baru yang ditambahkan karena cara melihatnya dari segi pandang anak kecil. Meski begitu, banyak pesan moral yang disampaikan di buku ini, baik tersirat ataupun tersurat.

Salah satu contohnya :


”Kau hanya bisa melihat dengan hatimu, sebab matamu tidak sanggup menangkap apa yang penting”, Hal. 84

Buku yang sederahana namun kaya!! 4 dari 5 bintang untuk buku ini : )

Agustus 10, 2011

Di Antara Kebahagiaan, Cinta dan Perselingkuhan : 25 Cerpen Kahitna



Penulis : Kahitna dan kawan-kawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I : Juli 2011
ISBN : 978-979-22-7287-1

Pertama kali denger buku ini akan diterbetin Gramedia, saya sudah ngincer. Maklum, Lagu-lagu Kahitna selalu ada di playlist "sendu" milik saya. Temanya selalu cinta. Kali ini saya penasaran akan cerita yang ada di dalam kumpulan cerita pendek ini.
Jumlah cerpen yang ada di dalam buku ini ada 25, sama dengan usia Kahitna yang sudah mengakarkan dirinya ke belantara musik Indonesia. 25 cerpen ini ditulis oleh para personil Kahitna, ada juga yang merupakan hasil tulisan dari teman-teman dekat dan fans mereka. Judul yang diambil juga merupakan judul-judul dari berbagai lagu yang telah dirilis mereka sebagai grup musik.

Judul pertama, Aku Dirimu Dirinya menceritakan tentang kisah cinta segitiga. Sama seperti beberapa kisah lain di buku ini, sebagian besar memang menceritakan tentang perselingkuhan atau tentang adanya orang ketiga. Seperti pada cerpen Untukku dan Bila Saya. Tapi tak melulu cinta perselingkuhan yang menjadi tema. Kesetiaan juga menjadi dasar dari beberapa cerita di buku ini, sebut saja kesetiaan seorang suami yang ditinggal pergi istrinya pada Suami Terbaik atau pada cerpen Tak Mampu Mendua.
Tentu saja yang dibahas bukan hanya cinta antara sepasang kekasih, pria dan wanita. Pada cerpen Everybody Need Somebody juga disisipkan tentang pencarian Tuhan dalam diri seorang tokohnya. Pada cerpen Takkan Terganti, menceritakan betapa tidak tergantikannya Ibu dalam hidup kita sebagai seorang manusia.
Sayangnya penulisan kata ganti orang di dalam beberapa ceritanya masih kurang pas. Terkadang penulis menuliskan nama tokoh, tapi kemudian ia menulis kata ganti aku untuk menggantikannya. Tapi keseluruhan isi cerpen dalam buku ini benar-benar puitis. Mungkin nggak sepuitis lagu, tapi pilihan diksi dan penempatan kata yang membentuk rima di tulisan-tulisan mereka, entah mengapa membuat saya betah membacanya lama-lama. Menikmatinya sejenak tidak tergesa gesa melangkah ke halaman selanjutnya.
Favorit saya cerpen Soulmate, milik Dhewi Bayu Larasati. Meski endingnya singkat *namanya juga cerpen*, tapi cerita ini paling bertahan di pikiran saya. Cerpen Tiamo Milik Carlo Saba juga bagus menurut saya. Atau cerpen Permaisuriku yang berakhir tragis juga bagus. Aah, entahlah, baca saja dan tentukan sendiri yang mana favorit anda. Setuju? :)
Agustus 06, 2011

Libri di Luca


Penulis : Mikkael Birkegaard

Penerbit : Penerbit Serambi

Tebal : 588 halaman, soft cover

Cetakan III : April 2010

ISBN : 978-979-024-178-7


Kisah Libri di Luca berawal dari sebuah toko buku di Distrik Vesterbo di Kopenhagen, Denmark. Pemilik toko buku itu, Luca Campelli ditemukan terjatuh dari balkon dan meninggal dengan dugaan karena mengalami serangan jantung. Karena kematiannya, maka Toko Buku yang bernama Libri di Luca itu beralihtangan menjadi milik anaknya, Jon Campelli. Setelah kematian Ayah yang setelah ia dewasa tidak pernah lagi ia temui, warisan sebuah toko buku terasa sangat memberatkannya. Maka semula ia berniat memberikan toko buku itu kepada asisten Ayahnya selama ini, Iversen. Terlebih Jon terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengacara yang harus menyelesaikan sebuah kasus pembajakan perusahaan tingkat tinggi, Otto Remer nama klien barunya tersebut.


Kematian ayahnya ternyata merupakan awal dari berbagai rahasia yang selama ini disembunyikan Ayahnya dari Jon. Luca ternyata mengikuti Perkumpulan Pencinta Buku, para Lector yang saat membaca buku bisa membuat penekanan sesuai keinginan mereka dan mempengaruhi sikap dan pengalaman para pendengarnya. Perkumpulan ini sedang dilanda konflik dimana akhirnya terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu ”penerima” dan kelompok ”pemancar”. Luca adalah jembatan yang mencoba mengakhiri perselisihan kedua kelompok tersebut dan mencoba menciptakan rekonsiliasi damai, tapi setelah kematiannya, perseteruan ini semakin panas. Apalagi adanya dugaan bahwa Luca meninggal karena dibunuh. Pertanyaannya adalah siapa yang membunuh Luca?


Disinilah Jon berperan, ia harus menemukan pembunuh Luca, dan di tengah penyelidikannya ia menemukan adanya pengkhianat dalam Perkumpulan Pencinta Buku. Bersama dengan Katherina, Ivversen dan anggota perkumpulan lainnya, ia mencoba mengungkapkan kebenaran demi kebenaran dari rahasia rahasia yang ia temui. Sementara karir pekerjaannya merosot tajam, ia diancam oleh klien barunya, tapi bukan tentang kasus pengacaranya. Ini tentang Libri di Luca. Mengapa kliennya begitu menginginkan Libri di Luca? Siapa sebenarnya yang membunuh Luca dan mengancam keselamatan para Lector lainnya? Jon harus memecahkan ini semua sebelum terlambat, bahkan ia sendiri tidak sadar, sebuah rencana jahat telah dirancang juga untuk menjebaknya.


Secara keseluruhan, cerita ini cukup unik, adanya perkumpulan pencinta buku dan dapat mempengaruhi orang lain dari buku yang dibacanya mungkin bagi saya terdengar seperti sebuah hipnotis. Namun berhubung saya juga belum pernah dihipnotis, jadi saya tidak bisa benar-benar membandingkannya. Beberapa typo yang cukup banyak sejujurnya mengganggu saat saya membaca. Padatnya informasi yang diberikan di tiap halaman membuat saya membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa memahami detail cerita ini. Terjualnya buku ini 10.000 eksemplar dalam tiga hari mungkin faktor utama yang menghasut saya untuk membaca, terlebih karena ceritanya merupakan tentang para pencinta buku. Meski tepatnya para “penguasa keadaan” hanya dengan sebuah buku. Cerita tokoh ketika di Alexandria juga menurut saya masih terlalu singkat, penggambaran suasananya entah mengapa terasa cepat dan terkesan mudah ditebak. Meski begitu, Libri di Luca adlaah sebuah novel yang kaya akan fakta dan hipotesa. Ini membuat saya berpikir, jangan-jangan benar ada para Lector di sekeliling kita, di dunia kita sebenarnya?


Sedikit tentang Perpustakaan Alexandria di Mesir


.


Perpustakaan Alexandria pada awalnya dibangun ketika pemerintahan Ptolemy I, tahun 323–283 BC. Seperti yang sudah dijelaskan dalam buku ini, Perpustakaan ini pernah menjadi surga bagi dunia literatur dan para pencari ilmu pengetahuan. Sayangnya, banyak koleksinya yang telah dijarah, dibakar dan hilang karena perang. Bibliotheca Alexandrina saat ini telah dibangun dan dikembangkan kembali dalam rangka turut melestarikan literatur yang ada di dunia. Di dekatnya juga dibangun sebuah planetarium berupa bangunan yang berbentuk seperti bola. Yah, membuat saya kepingin banget mengunjunginya..

Salam,

Salam,