Slide Show

Agustus 06, 2011

Libri di Luca


Penulis : Mikkael Birkegaard

Penerbit : Penerbit Serambi

Tebal : 588 halaman, soft cover

Cetakan III : April 2010

ISBN : 978-979-024-178-7


Kisah Libri di Luca berawal dari sebuah toko buku di Distrik Vesterbo di Kopenhagen, Denmark. Pemilik toko buku itu, Luca Campelli ditemukan terjatuh dari balkon dan meninggal dengan dugaan karena mengalami serangan jantung. Karena kematiannya, maka Toko Buku yang bernama Libri di Luca itu beralihtangan menjadi milik anaknya, Jon Campelli. Setelah kematian Ayah yang setelah ia dewasa tidak pernah lagi ia temui, warisan sebuah toko buku terasa sangat memberatkannya. Maka semula ia berniat memberikan toko buku itu kepada asisten Ayahnya selama ini, Iversen. Terlebih Jon terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengacara yang harus menyelesaikan sebuah kasus pembajakan perusahaan tingkat tinggi, Otto Remer nama klien barunya tersebut.


Kematian ayahnya ternyata merupakan awal dari berbagai rahasia yang selama ini disembunyikan Ayahnya dari Jon. Luca ternyata mengikuti Perkumpulan Pencinta Buku, para Lector yang saat membaca buku bisa membuat penekanan sesuai keinginan mereka dan mempengaruhi sikap dan pengalaman para pendengarnya. Perkumpulan ini sedang dilanda konflik dimana akhirnya terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu ”penerima” dan kelompok ”pemancar”. Luca adalah jembatan yang mencoba mengakhiri perselisihan kedua kelompok tersebut dan mencoba menciptakan rekonsiliasi damai, tapi setelah kematiannya, perseteruan ini semakin panas. Apalagi adanya dugaan bahwa Luca meninggal karena dibunuh. Pertanyaannya adalah siapa yang membunuh Luca?


Disinilah Jon berperan, ia harus menemukan pembunuh Luca, dan di tengah penyelidikannya ia menemukan adanya pengkhianat dalam Perkumpulan Pencinta Buku. Bersama dengan Katherina, Ivversen dan anggota perkumpulan lainnya, ia mencoba mengungkapkan kebenaran demi kebenaran dari rahasia rahasia yang ia temui. Sementara karir pekerjaannya merosot tajam, ia diancam oleh klien barunya, tapi bukan tentang kasus pengacaranya. Ini tentang Libri di Luca. Mengapa kliennya begitu menginginkan Libri di Luca? Siapa sebenarnya yang membunuh Luca dan mengancam keselamatan para Lector lainnya? Jon harus memecahkan ini semua sebelum terlambat, bahkan ia sendiri tidak sadar, sebuah rencana jahat telah dirancang juga untuk menjebaknya.


Secara keseluruhan, cerita ini cukup unik, adanya perkumpulan pencinta buku dan dapat mempengaruhi orang lain dari buku yang dibacanya mungkin bagi saya terdengar seperti sebuah hipnotis. Namun berhubung saya juga belum pernah dihipnotis, jadi saya tidak bisa benar-benar membandingkannya. Beberapa typo yang cukup banyak sejujurnya mengganggu saat saya membaca. Padatnya informasi yang diberikan di tiap halaman membuat saya membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa memahami detail cerita ini. Terjualnya buku ini 10.000 eksemplar dalam tiga hari mungkin faktor utama yang menghasut saya untuk membaca, terlebih karena ceritanya merupakan tentang para pencinta buku. Meski tepatnya para “penguasa keadaan” hanya dengan sebuah buku. Cerita tokoh ketika di Alexandria juga menurut saya masih terlalu singkat, penggambaran suasananya entah mengapa terasa cepat dan terkesan mudah ditebak. Meski begitu, Libri di Luca adlaah sebuah novel yang kaya akan fakta dan hipotesa. Ini membuat saya berpikir, jangan-jangan benar ada para Lector di sekeliling kita, di dunia kita sebenarnya?


Sedikit tentang Perpustakaan Alexandria di Mesir


.


Perpustakaan Alexandria pada awalnya dibangun ketika pemerintahan Ptolemy I, tahun 323–283 BC. Seperti yang sudah dijelaskan dalam buku ini, Perpustakaan ini pernah menjadi surga bagi dunia literatur dan para pencari ilmu pengetahuan. Sayangnya, banyak koleksinya yang telah dijarah, dibakar dan hilang karena perang. Bibliotheca Alexandrina saat ini telah dibangun dan dikembangkan kembali dalam rangka turut melestarikan literatur yang ada di dunia. Di dekatnya juga dibangun sebuah planetarium berupa bangunan yang berbentuk seperti bola. Yah, membuat saya kepingin banget mengunjunginya..

Agustus 01, 2011

City of Ashes, The Mortal Instrumen #2


Penulis : Cassandra Clare

Penerbit : Ufuk PressTebal : 610 halaman, soft cover

Cetakan Kedua : Agustus 2010

ISBN : 978-602-8801-30-0


Maryse dan Robert Lightwood kembali pulang ke Institut setelah terjadi kekacauan di Kunci, pada buku 1. Mereka mengharapkan Jace untuk tidak tinggal lagi di Institut untuk sementara, terutama ketika Sang Inkuisitor melakukan penyelidikan terhadap semua orang yang pernah dekat dengan Valentine. Menanyai semua anggota Lingkaran setelah pemberontakan dan memastikan bahwa Hukum tidak dilanggar oleh Nephilim.


Valentine yang telah berusaha mendapatkan Piala Mortal, kali ini berusaha mendapatkan Mortal Instrumen kedua, Pedang Mortal dengan membangkitkan Agramon, Iblis yang mampu menampilkan rasa takutmu menjadi kenyataan. Valentine ingin mengubah Pedang Malaikat itu menjadi Pedang Iblis, dengan menggunakan persembahan darah dari bocah-bocah Penghuni Dunia Bawah.


Sementara sesuatu terjadi pada Simon, ia …

Eits, baca sendiri aja kali ya.. Hubungan cinta yang rumit makin menjadi di seri City of Ashes ini, sementara Kunci belum turun tangan Valentine masih terus menyebarkan ketakutan..


Sama seperti seri kedua, masih ada beberapa typo dan mungkin pengartian ke bahasa Indonesia yang sedikit tidak cocok. Misalnya kalimat “berpusing di terowongan” mungkin lebih tepat jadi “berputar di terowongan”. Tapi untuk keseluruhan, Clare mampu menceritakan Novel ini dengan alur yang cepat, menarik dan tidak membosankan meski dengan jenis tokoh yang sudah sering muncul seperti Vampir, Werewolf, Peri, Malaikat.


Jadi nggak sabar baca buku ketiganya :D

Juli 29, 2011

The Day of The Jackal


Pengarang : Frederick Forsyth
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Cetakan I : Juni 2011
ISBN : 978-979-024-356-9
Tebal : 606 Halaman, Soft Cover

Kisah ini diawali dengan ditembak matinya seorang perwira Angkatan Udara Perancis bernama Jean-Marie Bastien-Thiry. Seorang petinggi OAS, organisasi yang berniat menggulingkan pemerintahan Presiden Perancis saat itu, Charles de Gaulle. Sayangnya hukuman mati terhadap Bastien-Thiry hanya memperparah semangat anggota OAS.

Sudah berkali-kali usaha pembunuhan terhadap Presiden de Gaulle gagal, banyak petinggi OAS yang ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, terlalu banyak kebocoran berita di sana-sini yang mengakibatkan lemahnya kekuatan OAS. Kepala operasi OAS yang baru, Marc Rodin, berinisiatif secara pribadi untuk menyewa seorang pemburu bayaran yang akan membunuh Presiden de Gaulle. Ia memanggil dua orang anggota OAS lainnya, Rene Montclair dan Andre Casson, untuk dimintai bantuan tentang perihal pembunuh bayaran ini.

Setelah memilih beberapa calon pembunuh bayaran yang akan mereka sewa, mereka memutuskan akan menggunakan jasa orang Inggris, dengan nama sandi Jackal. Begitu cerdiknya Jackal ini selain karena ia bekerja sendiri, ia mampu dengan cepat menghapus jejak. Sayangnya, rencana pembunuhan de Gaulle ini tercium oleh pihak Perancis yang akhirnya menugaskan seorang detektif terbaik di Perancis, Komisaris Claude Lebel. Lebel mengerahkan seluruh upaya dan bantuan dari koneksinya untuk menemukan seorang dengan nama sandi Jackal ini. Hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan identitas Jackal sesungguhnya.

Tapi Jackal tidak berhenti sampai di situ, meski ia sudah tahu bahwa identitasnya ketahuan, ia selalu punya banyak cara untuk menghilangkan jejak sebelumnya dan masih meneruskan niatnya untuk membunuh sang Presiden. Karena ia merasa rencananya sudah matang, dan ia adalah seorang pembunuh bayaran Profesional. Di lain pihak, Lebel terus berusaha menaklukkan Sang pembunuh bayaran ini, agar kasus percobaan pembunuhan ini tidak tercium pers dan agar akhir masa jabatannya berakhir dengan tenang.

Buku ini terdiri dari tiga bagian, yang secara total terdiri dari 21 bab. Di awal cerita, bahasa dan detail yang digunakan agak susah dibayangkan, mungkin karena saya tidak terlalu paham Kota Paris atau politik dan susunannya, jadi di awal-awal cerita saya agak “ngadat” bacanya. Apalagi karena kebanyakan detail itu diceritakan dalam paragraf-paragraf tanpa ada percakapan di dalamnya, sedikit membuat bosan, tapi kalau dilewati tanpa dibaca, maka kita akan kesulitan memahami kelanjutan ceritanya. Serba salah memang, tapi setelah menemukan ritmenya, novel suspense Thriller ini seru untuk diikuti sampai akhir. Sayangnya, dalam banyak percakapannya, kebanyakan masih murni bahasa Perancis yang, sekali lagi, nggak saya kenal. Hanya beberapa percakapan saja, dalam bahasa Perancis, yang bisa saya ikuti, karena untungnya sedikit berbau Bahasa Inggris kalau diucapkan.

Untuk Typo, paling hanya beberapa tanda kutip di bagian percakapan, yang sering menggantung di awal tanpa di akhiri di akhir kalimat. Selain itu, saya nggak nemuin typo yang parah sih. :)

Kali ini saya tampilin mobilnya. Antik ya? Apalagi di tahun 1960 an, mobil ini termasuk kalangan mobil "kereen". Alfa Romeo juga sering banget dipake di novel-novel James Bond. Tapi untuk Jackal, yang saya dapatkan dari internet, dari filmnya sih pake yang versi Giulietta ini. Kalo untuk versi modernnya, Giulietta ini menjadi kayak gini


Top Gear bilang : What a very, very good car this is.
:D

Satu bintang untuk Lebel, satu lagi untuk Jackal, dan satu lagi untuk Alfa Romeo, mobilnya kereen!!
Juli 28, 2011

Madre


Penulis : Dee/ Dewi Lestari

Penerbit : Penerbit Bentang

Cetakan Pertama : Juni 2011

Tebal : 162 halaman, soft cover

ISBN : 978-602-8811-49-1


Madre berisi tentang 13 cerita yang disuguhkan dalam bentuk istimewa. Kadang berupa cerita pendek, kadang puisi, kadang curahan hati penulis. Cerita yang dibawakan juga tak melulu kisah cinta seorang pria dan wanita, tapi juga mengisahkan “cinta” antara seorang ibu dengan calon anaknya, cerita tentang kepahlawanan di atas Jembatan, juga cerita tentang biang roti, Madre.


Madre, biang roti, berkisah tentang seorang pemuda bernama Tansen yang di darahnya mengalir darah Tionghoa, India dan Manado mendapatkan wasiat dari seorang yang tidak pernah dikenalnya, bahkan warisan itu pun lebih parah lagi hanyalah setoples Madre.


“Saya cari di Google, kata ‘Madre’ itu ternyata berasal dari bahasa Spanyol, artinya ‘Ibu’. Madre, Sang Adonan Biang, lahir sebelum ibu kandung saya. Dan dia bahkan sanggup hidup lebih panjang dari penciptanya. “

“Mengerikan.”


Dee tidak hanya pandai mengemas cerita dalam bahasa yang tertata dalam rima, ia juga pandai menyisipkan humor di dalam cerita-ceritanya, bikin orang yang membacanya bisa senyum senyum sendiri. Meski begitu hampir dalam tiap cerita di buku ini ada beberapa kalimat-kalimat yang saya suka. Saya ambil contoh beberapa,


”Itulah cinta. Itulah Tuhan. Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, bukan tujuan. Pertanyaan, yang sungguh tidak berjodoh dengan segala jawaban.”- Semangkok Acar Untuk Cinta dan Tuhan-


”Dan aku bertanya : apakah yang sanggup mengubah gumpal luka menjadi intan

Yang membekukan air mata menjadi kristal garam?

Sahabatku menjawab : Waktu ”Percakapan di Sebuah Jembatan-


”Layang-layang itu bebas di langit. Tapi tetap ada benang yang mengikatnya di Bumi."Menunggu Layang-Layang-


Yup, buku yang ringan, berisi, dan membuat saya nggak bisa berhenti membacanya. :D

Juli 27, 2011

The Sorceress


Kisah Flamel dan si kembar Josh dan Sophie kali ini bercerita di Inggris. Flamel hendak bertemu dengan seorang kawan lama, dalam usaha menyelamatkan dunia dari kuasa Dark Elders. Dalam perjalanan itu, Josh dan Sophie baru mengetahui bahwa ternyata selama ini sepanjang hidupnya, Flamel dan istrinya telah berkali-kali mencari dan mencoba menemukan pasangan kembar yang ditakdirkan seperti pada lembar buku Codex. Josh dan Sophie penasaran, apa yang terjadi dengan pasangan – pasangan kembar tersebut ketika mereka dibangkitkan padahal mereka bukanlah si Kembar dalam ramalan Codex.

Sementara itu, Master dari Dr. Dee menuntut agar kali ini Dee harus berhasil mendapatkan si Kembar dan membunuh Flamel. Maka berbagai cara ia lalui, termasuk dengan bekerja sama dengan Mars, sang Dewa Perang yang sama seperti yang telah membangkitkan Josh. Di Amerika, Alcatraz, Machiavelli ditugaskan Masternya untuk menghabisi Perenelle, yang masih tertawan di Alcatraz dengan Sang Laba-Laba Aereop-enap diantara sphinx dan makhluk “tidak biasa” lainnya. Perenelle yang semakin lemah mulai khawatir, akankah ia bisa selamat dari penjara itu dan bertemu kembali dengan suaminya?

“Do not attempt to capture or imprison Perenelle. Do not talk to her, bargain with her or try to reason with her. Kill her on sight. The Sorceress is infinitely more dangerous than the Alchemyst.”

Sampai separuh cerita, kayaknya nggak begitu dapet gregetnya. Tapi karena alurnya juga cepet, begitu dapet “asyiknya”, yaa.. cepet selesenya juga sih..

Salam,

Salam,