Judul Buku : Xar
& Vichattan Buku Tiga : Empat tubuh Statera
Penulis : Bonmedo
Tambunan
Penyunting : Tendy
Yulianes Susanto
Penerbit : Adhika
Pustaka
Cetakan Pertama :
Januari 2012
ISBN :
978-979-19991-6-8
Tebal : 434
halaman, paperback
Perhatian bagi yang
belum membaca buku pertama dan kedua, mohon untuk berhati-hati membaca review
buku ketiga ini. Karena saya nggak mau dianggap tebar spoiler. XD
.....
....
.....
Adakah yang lebih
membahagiakan selain berhasil mengembalikan keamanan cahaya dari serbuan
kegelapan? Selang setelah berhasilnya para pejuang cahaya menghilangkan Khalash
dan pasukannya yang mungkin terpenjara di Void, kehidupan di Xar maupun
Vichattan terlihat aman kembali. Tetapi ternyata ketenangan itu tidak
berlangsung lama...
Bangkitnya pasukan
Kegelapan membuat Xar, Vichatta dan Para Ahli waris Cahaya cukup terkejut.
Pasalnya kali ini bukan Khalash yang memimpin melainkan Corbus, mantan pemimpin
Ka-Xar yang memihak kepada kegelapan. Di buku sebelumnya kekejaman Corbus telah
terbukti dengan teganya ia merenggut nyawa orang yang paling mencintai dia.
Kali ini kebangkitan pasukan kegelapan di bawah tangan Corbus tak urung
mengkhawatirkan para pewaris Cahaya. Niat untuk menghancurkan Kuil Kegelapan
pun muncul, tetapi ternyata Kuil Kegelapan tidak boleh dihancurkan.
Aneh?
Begitulah, karena
bagaimanapun keseimbangan perlu ada di antara Cahaya dan Gelap. Maka bila Kuil
Kegelapan dihancurkan, bukan tidak mungkin kalau cahaya juga akan ada dalam
bahaya kehancuran yang sama. Meski belum pernah ada yang berhasil menghancurkan
Kuil Kegelapan, tetapi tak urung sistem keseimbangan yang diceritakan ini
membuat Pewaris cahaya tak jadi mengambil langkah menghancurkan Kuil Kegelapan.
Langkah yang
diambil selanjutnya adalah mempercepat proses pengimbuhan kristal utama dengan
Cahaya yang akan dilakukan Antessa dan para pemimpin Peri. Sedangkan Kara akan
mencari tahu tentang retakan gelap di Vesmir melalui buku-buku di Perpustakaan
Tiara. Dalrin dan Gerome akan membantu memperkuat kubu pertahanan Vichattan yang
sepertinya akan menjadi tempat awal penyerangan pasukan kegelapan.
Tetapi satu
persatu keanehan mulai terjadi, mulai dari munculnya rasa bersalah di hati
Antessa yang telah mengimbuhi Kristal Utama, pertemuannya dengan Ratu Peri yang
telah bebas dari Void, adanya cahaya aneh yang sering muncul di dalam
penglihatan Para pewaris Cahaya, ditemukannya buku dongeng kuno tentang Chaos
dan Statera ditambah salju yang mulai turun di sekitar Vichattan. Perlahan
mulai muncul ketidakjelasan di antara pejuang Cahaya.
Yang hitam mulai
menjadi putih, dan Yang putih mulai menajdi Hitam.
Ternyata musuh
yang selama ini terlihat bukanlah musuh yang sebenarnya. Bagaimana para pewaris
cahaya bertindak? Akankah mereka tepat waktu menyeimbangkan kekuatan sebelum
seluruh dunia hancur?
Aaaah... ini buku
ketiga yang seru!! Alurnya cepat, peralihannya smooth, karakter tokoh utamanya
akhirnya benar-benar bisa terbedakan oleh saya sebagai pembaca. Kisah
petualangan dan pertarungannya juga memuaskan. Meski ending cerita terlalu tiba-tiba
dan seakan mudah sekali mengakhiri pertarungan tersebut, tetapi saya cukup suka
dengan kejutan yang diberikan di akhir kisahnya.
Romantisme khas
anak muda juga muncul dalam porsi yang wajar setelah di buku-buku sebelumnya
agak membuat saya penasaran sekaligus bingung apakah kisah cinta mereka
benar-benar menjadi bagian dari konflik atau hanya bumbu penyedap saja. Tapi
toh di buku ketiga ini kisah percintaan itu diakhiri dengan ending yang nggak
ketebak.
Saya mungkin salah
satu dari sekian banyak orang yang beruntung karena berhasil membaca kisah Xar
& Vichattan Seri Ahli Waris Cahaya sampai akhir. Buku ini membuat saya
menantikan lagi seri berikutnya, bagaimana kisah Pewaris cahaya selanjutnya?
Akankah mereka hidup bahagia selama-lamanya seperti sebuah cerita legenda? Ah,
ya.. mari kita tunggu kelanjutan kisahnya :D