Ketika Connie Goodwin dinyatakan layak untuk menjadi kandidat Ph.D (Doctor of Philosophy), kelegaan yang sangat membanjiri dirinya. Musim panas akan dilaluinya dengan sukacita, meski ia masih memikirkan tema apa yang akan diambil untuk penelitian disertasinya. Tapi dengan segera, kebahagiaan itu berubah menjadi kekesalan karena ibunya, Grace, meminta bantuan Connie untuk membersihkan rumah neneknya di Milk Street, Kota Salem agar dapat dijual untuk menutupi hutang atas beban pajak bangunannya.
Rumah tua itu benar-benar sudah tidak terawat. Kebunnya penuh dengan tetumbuhan herba yang bersaingan tempat, di sisi lain terdapat bunga-bunga dan sayur mayur yang merekah lebat. Sedangkan isi rumah itu sendiri sangat suram, interiornya sempurna seperti rumah sebelum tahun 1700-an dengan perabotan yang masih lengkap meski sudah tak layak pakai. Di rumah ini, Connie menemukan sebuah alkitab yang di dalamnya tersembunyi sebuah kunci. Sebuah perkamen kecil terselip di sela kunci tersebut, bertuliskan sebuah nama “Deliverance Dane”.
Bersama Sam, seorang tukang reparasi menara, mereka menelusuri jejak demi jejak yang ditinggalkan Deliverance. Sampai suatu ketika mereka berhasil menemukan bukti mengejutkan bahwa Deliverance adalah seorang penyihir Salem pada abad ke-17. Ini diperkuat adanya bukti yang mengarah kepada buku ramuan (physick) milik Deliverance yang diwariskan kepada keturunannya. Namun buku ini ternyata hilang dan untuk menemukannya kembali, Connie mendapatkan banyak kesulitan.
Tidak hanya itu, rahasia-rahasia yang tersebar di sekeliling Connie pelan-pelan mulai terkuak. Keluarganya, orang kepercayaannya, bahkan lingkungannya membuat Connie merasa tak nyaman. Perubahan juga terjadi pada Connie ketika tinggal di rumah itu, entah bagaimana ia mulai merasa terkait dengan Deliverance Dane, salah satu wanita penyihir Salem yang misterius.
Sebuah cerita yang memesona, ketika kita melihat sisi lain dari sebuah fakta. Ketika penulis menceritakan Pengadilan Penyihir Salem, mau tak mau sejarahlah yang banyak diceritakan di buku ini. Tapi sejarah itu diceritakan dengan alur yang cepat, dengan jeda yang kadang disisipkan di perjalanan Connie, membawa kita berkunjung sesekali ke Salem pada Abad ke-17, ketika pengadilan Penyihir terjadi. Yang tentu saja membuat buku ini semakin tidak membosankan.
Ketika penulis menyisipkan isu lingkungan ke dalam percakapan antara Grace dan Connie, saya rasa agak janggal karena entah mengapa terkesan dipaksakan. Meski tujuannya untuk menarik kesimpulan dari suatu akibat. Tapi tentu ada bagian cerita yang paling saya suka, yaitu ketika batu filsuf dan alkimia muncul dalam buku ini. Meski masih ada cukup banyak typo pada penulisan kata dalam cerita, saya masih dapat menikmati keseruan tokoh utama dalam mencari jejak buku ramuan Deliverance yang hilang. Ini seperti berburu harta karun! Apalagi dilengkapi kisah romantis yang pas porsinya sehingga tidak menghilangkan inti cerita sebenarnya.
4 bintang untuk buku ramuan Deliverance!
Sedikit tentang Penyihir Salem pada abad ke-17
Beberapa anak perempuan mulai berkelakuan aneh, mereka menyakiti diri mereka sendiri, berteriak-teriak dan mengeluh seakan tubuhnya kesakitan. Dokter telah didatangkan tapi karena tidak sanggup menanganinya, disimpulkan bahwa para anak gadis tersebut terkena teluh dari penyihir. Ide tersebut mengguncang banyak orang dan berbagai nama mulai disebutkan sebagai tersangka. Mereka dijebloskan ke dalam penjara dan banyak yang dieksekusi (lebih dari 20 orang) dengan tragis, karena orang-orang di Salem yang kebanyakan kaum Puritan tersebut malah bersorak sorai seakan pembunuhan tersebut membebaskan mereka dari gangguan Satan. Tapi dari tersangka ada beberapa yang dibebaskan karena benar-benar terbukti tak bersalah dan ada juga yang bersalah tetapi diampuni, salah satunya bernama Elizabeth Proctor yang memiliki garis keturunan dengan Katherine Howe, sang penulis buku ini.
Ide tentang penyihir sebenarnya sudah ada sebelum abad ke-17 dan bahkan sampai sekarang juga masih menginspirasi banyak cerita dan kisah yang memukau. Harry Potter adalah salah satu cerita penyihir yang sukses merajai baik penjualan novel ataupun filmnya. Sejarah juga mencatat Merlin, yang merupakan penasihat Arthur dan dipercaya juga merupakan seorang penyihir. Sedangkan dari dalam negeri juga banyak legenda tentang penyihir seperti Dirah dan Raja Airlangga dari Bali, Keong Emas, bahkan sampai Film Misteri Gunung Merapi juga ada penyihirnya.
Pertanyaan sebenarnya adalah, apakah penyihir benar-benar nyata? Jika iya, masih bisakah kita temui penyihir sebenarnya di masa modern ini?
Judul Buku : The Physick Book of Deliverance Dane
Penulis : Katherine Howe
Alih Bahasa : Dina Begum
Penerbit : VioletBooks
Cetakan Pertama : 2011
ISBN : 978-979-081-631-2