Judul Buku : Tofi – Perburuan Bintang Sirius
Penulis : Prof. Yohanes Surya, Ellen Conny dan Sylvia Lim
Editor : Dr. Lies Dwiarti
Penerbit : PT Kandel
Cetakan Pertama :2012
Tebal : 856 halaman (Draft)
Tofi adalah seorang pemain basket sekaligus ilmuwan muda yang popular di Odyssa College, ia tampan, baik hati dan cerdas.-profile karakter hal.v
Odyssa
College adalah sebuah
sekolah untuk para ilmuwan muda yang terletak di Pulau Kencana, sebuah pulau di
tengah Laut Jawa. Seperti halnya kehidupan anak muda, ada banyak konflik,
persahabatan dan persaingan yang terjadi di sekolah ini. Salah satunya
perebutan kekuasaan klub Fosfor, Klub ilmiah yang terdiri dari kumpulan
anak-anak muda yang berbakat dengan fasilitas yang mengagumkan. Sayangnya, Klub ini ada di bawah kekuasaan
Jupiter, saingan utama Tofi.
Jupiter sekelas
dengan Tofi, tetapi yang membedakannya dari Tofi adalah sifat Jupiter yang
semena-mena dan terlalu dominan terhadap teman-temannya. Tak banyak anak yang
mau berteman dengan Jupiter, tapi ada banyak anak yang takut dengannya.
Bersamaan dengan terancamnya Klub Fosfor atas kekurangan dana untuk riset
pengembangan teknologi, Odyssa College berencana mengirimkan perwakilan ke
sebuah perlombaan ilmuwan muda tingkat nasional yang akan diselenggarakan di Bandung,
sebuah kompetisi bernama Science to Generation.
Kepala Sekolah
telah memilih lima anak untuk mengikuti perlombaan tersebut, Abigail si gadis
germaphobia, Rahul yang terobsesi dengan angka, William yang terobsesi menjadi
agen rahasia, Billy si Pujangga dan Marchia, adik Tofi. Tetapi karena suatu
hal, terpaksa Tofi yang menggantikan posisi Abigail untuk berangkat ke STG
tersebut meski sebenarnya Tofi enggan setelah sempat mendapat masalah di Pulau
Kencana.
Yomosi, ayah Tofi
dan Marchia, adalah seorang penerima Nobel Fisika yang ternyata menyimpan
misteri dalam hidupnya. Ada hal-hal yang ia tutupi dengan sengaja dengan
harapan keluarganya terlindungi, yang dalam buku ini adalah kisah tentang
Bintang Sirius. Tapi toh sepintar-pintarnya hal tersebut disembunyikan, musuh
dari Prof. Yomosi akhirnya tahu tentang Bintang Sirius tersebut yang membuat
anak-anak STG menjadi target pemecahan teka-teki Bintang Sirius.
”Impian ada harganya. Impian menuntut pengorbanan.” –Hal.179
Sementara itu di
lomba STG, persaingan mulai terasa dan tim-tim perwakilan daerah membuat
kelompok sendiri-sendiri. Ada kelompok Jakarta yang senang mengadu domba dan
berbuat curang, Tim Surabaya yang sering bekerja sama dengan Tim Kencana, lalu
ada Tim Bandung sebagai tuan rumah yang banyak didekati kelompok lainnya untuk
membantu menentukan jawaban dari lokasi teka-teki yang diperlombakan.
Diam-diam,
ternyata ada panitia STG yang juga menyelidiki Misteri Bintang Sirius, yang
mengancam tak hanya nyawa Tofi atau Tim Kencana, tetapi juga nyawa orang-orang
yang dekat dengan mereka.
Pertama kali
membaca tawaran mereview buku ini, adalah di FB grup BBI oleh Kezia yang tanpa
banyak mikir saya langsung saja daftar untuk dapat draftnya. Lama berselang,
saya hampir melupakan buku ini karena tidak juga sampai ke rumah sementara
beberapa teman BBI sudah menerima paket mereka yang ternyata tebalnya super
duper mengejutkan. Tapi toh akhirnya kiriman untuk saya sampai juga, dan saya
makin dibuat geleng-geleng, antara terpesona tapi juga shock, aih ini buku baru
satu seri kok tebalnya bukan main.
Pertahanan saya ketika
membaca buku ini adalah, kalau bisa dibilang, saya sedang dalam tahap pendidikan
menjadi seorang ilmuwan, apalagi ada nama Prof. Yohanes Surya sebagai salah
seorang penulis, membuat saya keukeuh penasaran seperti apa sih kisah Tofi ini?
Ilmuwan seperti apakah dia? Apa seperti saya yang labil kapanpun saat masih
muda pun dewasa? xD
Dan ternyata saya
suka dengan ide ceritanya yang sederhana. Kisah persahabatan dan persaingan
yang terjalin juga memberi kekuatan pada jalan cerita buku ini, meski pada beberapa
adegan peralihannya tidak smooth terutama di bagian kedua yang akhir ketika...
(ups, no spoiler, i promise :D) Ada kesan pemutusan adegan yang tiba-tiba dan
endingnya berakhir begitu saja, membuat saya menutup buku ini dengan
ketidakpuasan.
Terdiri dari 12
bab dan dua bagian, di peralihan antaranya sering disisipkan kisah-kisah atau
paragraf-paragraf menarik tentang Ilmuwan atau ilmu pengetahuan. Huruf yang
besar dan ilustrasi yang sesekali menghiasi bagian dalam buku membuat saya
tidak terlalu capek saat membacanya, Meski daftar isi di draft ini tidak sesuai
dengan halaman sebenarnya.
Oh ada satu lagi
perkataan Einstein yang saya ingat semenjak membaca buku ini,
”Letakkan tanganmu di tungku panas selama semenit, rasanya seperti satu jam. Duduklah bersama gadis pujaanmu selama satu jam, rasanya seperti semenit. Itulah makna relativitas.”-Hal.142