Slide Show

Tampilkan postingan dengan label Klasik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Klasik. Tampilkan semua postingan
Juli 31, 2016

The Woman in Black






Judul Buku : The Woman in Black
Penulis : Susan Hill
Penerjemah : Reinitha Lasmana
Penerbit : Qanita
Cetakan Pertama: Mei 2016
Tebal : 228 halaman, paperback
ISBN : 978-602-402-026-2


Bunyi itu datang dari kejauhan, dari ujung jalan lintas yang mulai terlihat seiring surutnya air. Bunyi kereta kuda poni.

Sebenarnya saya tahu buku ini justru dari filmnya yang dulu sempat ramai publisitasnya karena pemain utamanya adalah Daniel Radcliffe. Sebelumnya mah saya ngga tahu kalau ternyata film itu berdasarkan cerita di buku ini. Maka beginilah saya, alih alih ikutan nonton, saya malah tertarik untuk membacanya. Apalagi buku ini salah satu buku yang ada dalam box Peti Buku edisi Mei bertema Horror.

Cerita bermulai dari diutusnya Arthur, seorang pemuda yang bekerja di salah satu firma hukum London, ke sebuah desa di pinggir lautan. Ia bertugas untuk mengurus surat-surat serta rumah milik Mrs. Alice Drablow yang baru saja meninggal.

Tentu saja awalnya bagi Arthur ini merupakan tugas yang menyenangkan, ia membayangkan akan dapat melakukan pekerjaan sembari menikmati hawa pedesaan, jauh dari kebisingan Kota London. Tapi ternyata tugasnya tak semudah yang ia sangka.
Maret 06, 2016

We Have Always Lived in The Castle







Judul Buku :  We Have Always Lived in The Castle
Penulis : Shirley Jackson
ISBN : 978 1101 530 658
Penguin Classic Deluxe Edition, 160 pages

Keluarga Blackwood meninggal dunia akibat keracunan, menyisakan tiga anggota keluarga yang kini tinggal di kastel mereka di tepi desa. Merricat, Constance dan Uncle Julian tinggal bersama dalam rumah yang megah namun terisolasi dari masyarakat sekitar. Setiap dua minggu sekali, Merricat pergi ke desa untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga serta terkadang meminjam buku-buku.

Orang-orang sejak dulu tak pernah suka dengan keluarga Blackwood, demikian pula terhadap anggota keluarga mereka yang tersisa. Bagi mereka, kastel Balckwood menyimpan misteri sama seperti penghuninya, juga misteri tentang kematian keluarga besar Blackwood yang dicurigai memang sengaja diberi racun.

Anak anak kecil di desa bahkan memiliki nyanyian tentang keluarga Blackwood yang tersisa.
Merricat, said Connie, would you like a cup of tea?
Oh, no, said Merricat, you’ll poison me.
Merricat, said Connie, would you like to go to sleep?
Down in the boneyard ten feet deep!

Suatu hari, sepupu mereka yang bernama Charles datang ke kastel. Lelaki yang berusia tak berbeda jauh dengan Constance itu mencari-cari harta milik keluarga Blackwood yang tersimpan. Dia bahkan menempati kamar milik ayah Merricat dan Constance, menggunakan pipa tembakaunya, membuka kotak perhiasan dan berbagai kelakuan lainnya yang membuat Merricat geram. Charles juga membuat perhatian Constance teralihkan. Jika biasanya Constance selalu mengiyakan kemauan Merricat, kali ini ia mulai menolak kemauan adik perempuannya tersebut dan lebih memilih mengutamakan Charles.

Oktober 12, 2015

Review and Blogtour Giveaway "7 Kisah Klasik Edgar Allan Poe"



Judul Buku :  7 Kisah Klasik
Penulis : Edgar Allan Poe
Penerjemah : Diyan Yulianto dan Slamet P Sinambela
Penerbit : Diva Press
Cetakan pertama : September 2015
Tebal : 204 halaman, paperback
ISBN : 978-602-255-968-9

Penyuka sastra klasik pasti mengenal Edgar Allan Poe, seorang penulis di awal abad ke-19 yang tulisan-tulisannya bertema gothic. Poe merupakan salah satu penulis yang memperkenalkan bentuk sastra berupa cerita pendek dan cerita detektif. 

Di buku ini ada 7 cerita pendek yang ia tulis dan kesemuanya tentu bernuansa suram. Ada Kucing Hitam, Jantung yang berkisah, William Wilson, Potret Oval seorang gadis, Runtuhnya kediaman keluarga Usher, Obrolan bersama Sesosok Mumi, serta Kumbang Emas.

Kalau Dion kemarin sudah membahas tentang proses penerjemahan buku ini, kali ini saya akan membahas sebuah cerita favorit saya yaitu Kumbang Emas. Bercerita tentang pengalaman si penulis cerita tentang pertemanannya dengan William Legrand, seorang lelaki keturunan keluarga yang kaya raya yang kemudian jatuh miskin. Legrand tinggal di sebuah pulau kecil bersama seorang pembantunya yang setia, Jupiter. Suatu malam, ketika si penulis cerita bertamu ke rumah Legrand, ternyata temannya itu baru saja menemukan seekor kumbang yang istimewa. Seekor kumbang scarab yang ia yakini berasal dari jenis yang benar-benar baru. Lalu berceritalah Legrand tentang kumbang tersebut sambil menggambarkan bentuknya di sebuah kertas. Tapi ternyata si penulis cerita tidak terlalu tertarik dengan kumbang tersebut, sehingga kemudian Legrand merasa agak kecewa dan tersinggung. Apalagi setelah kumbang di gambarannya itu disamakan dengan tengkorak. 

Juni 27, 2014

The Tales of Mother Goose






Judul Buku : The Tales of Mother Goose (As First Collected by Charles Perrault in 1696)
Penulis : Charles Perrault
Tebal : 45 halaman, ebook (Gutenberg.org)  EBook #17208

Ini kumpulan dari delapan cerita pendek, sebagian besar bahkan sudah akrab di telinga kita. Di antaranya ada Cinderella, Sleeping Beauty, dan Little Red Riding Hood. Nah, karena itu saya akan sedikit menceritakan cerita lain yang mungkin belum akrab bagi sebagian dari kita.

Cerita pertama berjudul Little Thumb. Alkisah ada sepasang suami istri yang sangat miskin yang memiliki tujuh anak. Suatu hari, mereka berniat meninggalkan anak anak mereka di dalam hutan karena merasa tidak sanggup lagi menghidupi tujuh anak tersebut. Saat membicarakan rencana tersebut, Little Thumb yang merupakan si bungsu dari tujuh bersaudara, mendengarkan dengan diam diam. Dengan ukuran tubuhnya yang kecil, ia mampu dengan lihai mendengarkan seluruh rencana ayah dan Ibunya. Maka ketika esok harinya mereka menjalankan aksi itu, Little Thumb bisa dengan mudah pulang lagi ke rumah dengan saudara saudaranya. Tapi besok-besoknya lagi, kembali sebuah aksi serupa dilakukan, mereka dibuang, dan sialnya mereka tak bisa pulang. 

Juni 14, 2014

Laporan Klub Buku Blossoms tentang buku White Fang





Title : White Fang
Author : Jack London (1906)
Translator : Harisa Permatasari
Editor : Jia Effendie
Publisher : Gagas Media
Edition : Cetakan pertama, 2014
Format : Paperback, vi + 330 halaman

Di tengah-tengah salju di bumi bagian utara, serigala abu-abu ini lahir. Pertemuan pertamanya dengan manusia membuatnya mendapatkan nama White Fang. Serigala kecil yang lahir dari ibu setengah serigala setengah anjing ini memiliki riwayat hidup yang rumit. Ibunya hidup di antara serigala, yang berkat kepandaian, kekuatan, dan kelicikannya, membebaskan kawanannya dari kelaparan. Hingga suatu kejadian membuat dia dan anaknya harus masuk kembali ke kawanan manusia.
Pada perjalanannya, White Fang harus terpisah dengan ibunya, dan dia tumbuh dewasa sendirian. Dia belajar dari rasa sakit dan penderitaan; taring ganas dari karnivora lain, pukulan demi pukulan dari pemiliknya, hingga pengucilan dari sesama kawanan anjing—yang notabene adalah kerabat sekaligus musuh serigala.

Dengan hidung yang terus berkedut, bulu yang berdiri hingga terus bergelombang, lidah terjulur keluar bagaikan seekor  ular merah, telinga menempel ke bawah, mata berkilat penuh kebencian, bibir tertarik ke belakang, dan taring yang terpampang dan meneteskan air liur. (p.147)

Insting dan pengalaman merupakan dua hal yang penting untuknya dalam bertahan hidup. White Fang menggunakan keduanya dengan bijak hingga dia bisa menjadi unggul dalam kawanannya. Dia belajar tentang siapa manusia yang harus diturutinya. Pukulan dari pemiliknya memberitahunya bahwa yang dilakukannya itu salah, atau tidak diizinkan. Geraman anjing lain membuatnya tahu kapan dirinya harus menggeram kepada mereka. Serangan mereka membuatnya tahu kapan harus bertahan. Karena itulah dia menganggap manusia sebagai ‘dewa’nya, karena mereka memerintah dan mengontrolnya dengan pukulan, serta di sisi lain, manusia juga lah yang memberinya makan dan tempat tinggal yang nyaman.

Gerakan White Fang lebih cepat dari anjing lain. Kakinya lebih gesit, lebih lihai, lebih mematikan, lebih luwes, lebih ramping dengan otot dan urat bagai besi, lebih kuat bertahan, lebih kejam, lebih ganas, dan lebih pintar. White Fang harus seperti itu. Kalau tidak, ia tidak akan bisa membela diri ataupun selamat dari lingkungan kejam tempatnya berada. (p.149)

Juni 27, 2013

The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde




Judul Buku :  The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde
Penulis : Robert Louis Stevenson
Alih Bahasa : Julanda Tantani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Mei, 2011
Tebal : 128 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-7125-6




Berawal dari sebuah serial di televisi, saya memutuskan untuk membeli dan membaca novel ini. Nama Dr. Jekyll sudah seringkali dikupas dan dibahas oleh banyak penikmat buku klasik, terutama mereka yang menyukai hal-hal tentang psikologis manusia. Sebenarnya saya rada sangsi apa saya sanggup membaca novelnya, eh begitu melihat wujudnya, saya mah yakin kelar aja bacanya. Wong ternyata tipis, dan hurufnya gede-gede. (kebahagiaan besar buat pembaca yang matanya minus seperti saya XD)

Kisah ini diawali dari rasa penasaran seorang pengacara bernama Mr. Utterson akan seorang lelaki bernama Mr. Hyde. Sahabat Utterson, Dr. Henry Jekyll, pernah menitipkan kepadanya sebuah surat wasiat yang isinya ditujukan kepada Mr. Hyde sebagai ahli warisnya. Sebelum itu, nama Mr.Hyde tidak pernah didengar oleh Utterson, apalagi ia juga belum pernah bertemu lelaki itu barang sekalipun.

Suatu hari ketika Utterson berjalan-jalan dengan sahabatnya, ia diceritakan sebuah kisah yang agak seram tentang perilaku Mr. Hyde yang diluar batas kemanusiaan. Mr. Hyde telah menginjak-injak (dalam arti harfiah) seorang anak perempuan ketika mereka bertemu di persimpangan jalan. Tuntutan diberikan kepada Mr. Hyde, dalam bentuk ganti rugi poundsterling, ia smenyetujui untuk membayar tuntutan tersebut, tetapi anehnya, cek yang diberikan adalah cek yang ditandatangani oleh Dr. Jekyll, bukan oleh Mr. Hyde sendiri.

Sahabat Utterson, Mr. Enfield, yang menceritakan kisah terssbut mendefinisikan Mr. Hyde sebagai seorang lelaki yang buruk rupa, punggungnya bungkuk dan cara berjalannya juga tidak lazim. Apabila kita memandang Mr. Hyde, yang ada hanya rasa kesal, marah dan emosi yang negatif. Utterson segera saja penasaran dengan lelaki misterius yang menguntit hidup Dr. Jekyll, Ia khawatir bila sahabatnya berada dalam bahaya atau ancaman yang menyeramkan dari lelaki buruk tersebut.

Penyelidikan dilakukan secara diam-diam, Utterson juga bertanya kepada orang-orang terdekat Dr.Jekyll untuk menanyakan apakah dokter yang cemerlang itu sedang ditimpa masalah. Tidak semua orang memberikan keterangan yang banyak ataupun jelas, bahkan Dr. Lanyon, sahabat Utterson dan Dr. Jekyll, terkesan menutupi suatu hal.

Semakin lama, Mr. Hyde semakin memiliki reputasi yang buruk setelah ia membunuh seorang lelaki yang terkenal. Utterson juga turut dalam penyelidikan kepolisian dalam menemukan keberadaan Mr.Hyde yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar dari rumahnya.

Sampai sebuah fakta mengejutkan Utterson di depan matanya sendiri. Hal yang selama ini ia takutkan ternyata bisa lebih menakutkan lagi, pada kenyataannya....


Membaca novel ini hanya perlu waktu tidak lebih dari 3 jam. Jalan ceritanya yang sederhana, meski sudah bisa diduga, tetap memberi rasa tegang bagi pembacanya. Novel yang diterbitkan pada tahun 1886 ini menurut saya layak sekali dijadikan koleksi, meskipun kalsik, tapi ceritanya tidak lekas kuno meski waktu yang berbeda.
Dr. Jekyll cenderung tertutup meski ia memiliki karier cemerlang, seorang yang profesional, penuh rasa ingin tahu, dengan tubuh tegap dan putih. Sedangkan Mr. Hyde adalah seorang yang jahat, memiliki hasrat menggebu-gebu dengan tubuh bungkuk dan penuh dengan energi negatif yang ada pada diri manusia.

Persoalan kepribadian dan kejiwaan manusia ternyata telah lama dikenal dan diteliti. Pada akhirnya, manusia jelas memiliki dua pribadi yang berbeda, satu baik dan satu jahat. Pribadi mana yang dominan merupakan kekuasaan manusia itu sendiri untuk memilih dan menentukannya. Yang saya kagumi dari cerita ini adalah bagaimana Stevenson memiliki ide (pada tahun tersebut) untuk menghadirkan ’obat’ dalam kasus penanganan kepribadian ganda, yang sekarang lebih dikenal sebagai Dissociative identity disorder.

Dr. Jekyll mengingatkan saya akan kisah Hulk, Batman (musuhnya si Two-Face), bahkan juga superhero lainnya yang berkepribadian ganda XD . Kisah Dr. Jekyll merupakan salah satu karya fenomenal Stevenson, lelaki berkebangsaan Skotlandia ini. Karyanya berpengaruh pada banyak literatur yang lebih modern, termasuk pada karya Kipling dan Conan Doyle. Nah, makin penasaran donk sama ceritanya Dr. Jekyll? :p


Posting ini dalam rangka posbar BBI ; Tema Sastra Eropa
Januari 15, 2013

The Story Girl – Gadis Pendongeng




Judul Buku : The Story Girl – Gadis Pendongeng
Penulis : L.M. Montgomery
Alih Bahasa : Barokah Ruziati
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : April 2010
ISBN : 978-979-22-5701-4
Tebal : 368 halaman, paperback






“Aku suka jalanan, karena jalanan selalu membuatku bertanya-tanya apa yang ada di ujungnya”, ujar Gadis Pendongeng.


Beverly King dan Felix King pada musim semi itu pindah ke pertanian keluarga King di Pulau Prince Edward. Setelah lama menunggu, akhirnya mereka berkesempatan pergi bahkan tinggal dan bersekolah di sana. Pertanian keluarga King adalah tempat Ayah mereka dibesarkan, sehingga banyak menyimpan kisah yang kemudian diceritakan kepada mereka. Yah, seperti banyak kisha yang diceritakan dari orang tua, cerita cerita itu seolah mengandung keajaiban sehingga membuat mereka sangat penasaran dengan tempat tersebut.

Mereka berkenalan dengan anak-anak keluarga King lainnya, ada Felicity yang cantik meski agak angkuh, Cecily yang baik hati dan mulia, serta Dan yang ramah. Selain ketiga anak tersebut, masih ada Peter, pesuruh di keluarga tersebut yang sering bermain bersama mereka, Sara Ray yang gampang menangis dan ada Sara Stanley, orang-orang sering memanggilnya Gadis Pendongeng.

Tidak terbilang betapa luar biasanya hari-hari yang mereka lalui bersama, terutama karena ada Gadis Pendongeng yang memiliki keajaiban ketika ia menceritakan sebuah kisah. Suaranya, gerakannya, mimik wajah serta cara bicaranya selalu mampu menyesuaikan dengan cerita yang ia bawakan, sehingga para pendengarnya seakan benar-benar menyaksikan kejadian dalam cerita tersebut. Baik itu misteri, humor yang kocak, kisah yang penuh kesedihan, petualangan, legenda, atau sejarah keluarga, Gadis Pendongeng selalu dapat menceritakan kisah-kisah tersebut dengan baik sampai pendengarnya terkesan, dan tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga menikmati cerita-cerita yang dikisahkannya.

Buku ini juga menceritakan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan di Pertanian Keluarga King, tentang Peter yang menyukai Felicity,  virus campak yang menular, misteri peti biru, lomba khotbah, Peg Bowen yang katanya seorang penyihir dan masih banyak lagi.

Terdiri dari 32 bab, ini adalah buku yang mengingatkan saya  tentang kenangan masa kecil. Dengan terjemahan yang memuaskan, kisah Gadis Pendongeng yang mengagumkan, saya seperti menjadi anak kecil lagi yang turut serta dalam kelompok Beverly di Keluarga King. Tokoh favorit saya tentu saja Gadis Pendongeng, saya suka bagaimana dia selalu optimis, berani, perhatian dan kadang juga bersikap nakal seperti anak-anak lainnya.

Karena novel ini memiliki pesan religius, serta tokohnya yang berumur dua belas tahun ke atas, jadi saya rasa buku ini cocok dibaca untuk anak-anak yang berusia 12 tahun atau lebih.

Satu quote yang saya suka di buku ini :

“Dewa-dewa pun tak bisa meminta kembali hadiah mereka. Mereka mungkin merampok masa depan kami dan melukai masa kini kami, tapi mereka tak bisa menyentuh masa lalu kami. Dengan semua tawa dan kebahagiaan dan keindahannya, masa lalu akan menjadi milik kami yang abadi.”- Hal. 309



Posting ini saya buat dalam mengikuti RC Fun Year with Children bulan Januari dengan tema Classic, yang diselenggarakan bacaan B.Zee di sini :)


Juni 29, 2012

Bumi Manusia –Terre des Hommes


Judul Buku : Bumi Manusia –Terre des Hommes
Penulis : Antoine De Saint-Exupéry
Penerjemah : Ida Sundari Husen
Editor : Jean-Pascal Elbaz
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Desember 2011
Tebal : 224 halaman
ISBN : 978-979-22-7748-7


Sampai saat ini, saya belum pernah naik pesawat terbang. Jadi saya belum pernah merasakan bagaimana rasanya berada di ketinggian yang hampir sejajar dengan awan. Jauh melawan gaya gravitasi bumi dan melayang menikmati langit sejauh mata memandang. Tapi ketika membaca buku ini, saya bahkan bisa merasakan bagaimana rasanya melakukan penerbangan, terutama ketika malam hari saat bintang menjadi latar perjalanan, saat hidup sebenarnya sedang diadu dengan jarak pandangan dan sinar bulan sebagai penerang.

Penulis menceritakan pengalamannya sebagai pilot penerbangan internasional, yang bertugas mengantarkan pos dari Prancis ke Afrika dan Amerika Selatan. Ia memiliki banyak pengalaman dan kenangan yang terjadi sepanjang Gurun Sahara dan melintasi Pegunungan Andes. Menceritakan makna kehidupan dan memanusiakan manusia lewat sepenggal kisah hidupnya yang inspiratif. Melalui pesawat terbang ia dapat mengupas sisi hidup manusia, mengagungkannya dan memaknai bumi sebagaimana indahnya.

Pada tahun 1926, Ia masuk di perusahaan Latécoère sebagai penerbang muda yang melayani jalur Toulouse-Dakar. Semenjak itu karier penerbangannya dimulai, ia berteman dan mengenal para senior di bidang perintisan jalur penerbangan. Dapatkah Anda bayangkan? Di saat teknologi belum semaju sekarang, mereka adalah pembuka jalur antar Negara, menghadapi resiko terdampar di Pegunungan curam dan kelam, ganasnya angin malam dan tak jarang awan hitam yang menutupi pandangan. Penulis juga bercerita tentang beberapa kecelakaan yang pernah terjadi dalam penerbangannya maupun penerbangan teman seperjuangannya. Seperti kisah Jean Mermoz (1901-1936) dan Henri Guillaumet (1902-1940) yang pernah menjadi tawanan Pegunungan Andes namun mereka berhasil survive dari kecelakaan tersebut.

Ia juga bercerita tentang pengalaman kecelakaan pesawat terbangnya sat melintasi Gurun Sahara bersama navigatornya André Prévot, dehidrasi, kelaparan dan suhu yang berubah drastis kala siang dan malam membuat mereka sulit bertahan hidup, terlebih sudah berhari-hari dan bantuan atau regu penolong sama sekali belum kelihatan. Saat membaca kisah ini, saya bersyukur karena tidak tinggal di daerah yang kekeringan, masih bisa menikmati air putih yang bening dan menyegarkan dan tak kesusahan dalam memperolehnya.

Buku yang terdiri dari 9 bab ini membawa kita ke sudut pandang lain manusia dalam melihat Bumi dan alam semesta ciptaan Tuhan. Membuat pembaca merenungkan kembali apa sebenarnya peranan bumi terhadap kita dan bagaimana kita memperlakukan Bumi. Bahasanya yang penuh filosofi dan indah membuat saya ingin menandai setiap halamannya.

Tapi mungkin satu kalimat yang saya suka dan saya anggap mewakili keseluruhan buku ini,
“Memang bagus sekali terbang mengikuti kompas di Spanyol, di atas lautan awan memang anggun sekali, tetapi ingatlah : di bawah lautan itu…. keabadian.”, Halaman 14.

Buku ini telah mendapatkan beberapa macam penghargaan, antara lain Grand Prix du roman de l'Académie française pada tahun 1939, salah satu penghargaan prestisius di bidang literatur Prancis. Memenangkan US National Book Award pada tahun 1940, dan majalah National Geographic Adventure memilih novel ini sebagai No.3 dari 100 buku petualangan-eksplorasi terbaik.
Empat bintang dari saya untuk buku ini .. :)
Sedikit tentang Antoine de Saint- Exupéry

Antoine de Saint- Exupéry lahir di Lyon, Prancis pada 29 Juni 1900. Meskipun ayahnya meninggal pada tahun 1904, ia menjalani masa kecil penuh idealisme bersama saudara laki-laki dan tiga saudara perempuannya. Meski ditentang keluarganya, ia memilih menjadi pilot selama wajib militer dan melakukan penerbangan di Prancis dan Afrika Utara sampai tugasnya usai pada tahun 1923. Merasa tak cocok menjalani kehidupan sipil dan patah hati akibat kegagalan hubungannya dengan wanita, Antoine de Saint- Exupéry kembali ke cinta pertamanya yaitu terbang. Tahun 1926, ia bergabung dengan Latécoère sebagai salah satu penerbang pelopor yang membuka jalur pos menuju koloni-koloni Afrika yang terpencil dan Amerika Selatan menggunakan pesawat primitive dan berbahaya. Setelah pernah diasingkan ke Amerika, ia kembali lagi ke Prancis dan meneruskan kecintaannya lagi dengan dunia penerbangan. Pada 31 Juli 1944 ia terbang ke Borgo di Corsica dan tak pernah kembali. Hampir pasti bahwa ia ditembak jatuh oleh tentara Jerman.



Posting ini saya re-post untuk memeriahkan hari lahir  Antoine de Saint- Exupéryyang jatuh di tanggal ini. 112 tahun yang lalu ia dilahirkan, ia hidup, bercerita dan kisahnya masih abadi sampai sekarang :)

Salam,

Salam,