Judul Buku
: Paperweight
Penulis :
Meg Haston
Penerbit :
Harper Teen
Stevie
menderita bulimia, sehingga orang tuanya mengirimnya ke tempat rehabilitasi
khusus bagi remaja remaja yang memiliki eating disorder. Ada beberapa villa di
tempat ini, Stevie ditempatkan di villa tiga dan sekamar bersama Ashley,
seorang gadis periang yang juga mengalami eating disorder. Kasus stevie cukup
parah, sehingga ia mengenakan gelang penanda warna merah, sedangkan Ashley
sudah memasuki tahap recovery dan gelangnya berwarna kuning. Ini salah satunya
yang membuat Stevie merasa tak ada yang bisa memahami perasaannya terkait
kebiasaannya terhadap makanan tersebut.
Di asrama ini masing-masing remaja didukung oleh seorang pendamping, Stevie memiliki Anna. Sikap tertutup Stevie tak lantas menjadikan Anna menyerah, wanita itu terus mendukung Stevie agar mencoba untuk lebih terbuka tentang perasaannya. Konseling secara pribadi maupun pertemuan pertemuan secara grup, makanan-makanan berkalori tinggi yang disediakan, serta suplemen dan pengawasan ketat terhadap berat badan merupakan beberapa contoh penanganan yang dilakukan di tempat rehabilitasi tersebut.
Beberapa orang memang menunjukkan tanda-tanda positif menuju kesembuhan meski memang sulit untuk dilakukan. Tapi yang tidak diketahui teman-teman Stevie satu grup atau bahkan Anna adalah rencana Stevie untuk bunuh diri di hari peringatan kematian setahun kakak lekakinya, Josh. Tak ada yang tau kalau ialah yang mengakibatkan kematian Josh..
Jujur saja, saya agak bosan membaca buku ini, karena alurnya lambat banget. Mungkin saya juga yang terlalu berharap ketinggian, sehingga mendapatkan kisah di buku ini jadi biasa-biasa saja. Sosok Stevie benar-benar digambarkan sebagai seorang remaja yang egois (menurut saya), sekaligus rapuh dan emosional. Ha! Seperti ciri khas remaja pada umumnya kan?
Buku ini
menceritakan apa sih yang ada di pikiran mereka yang terkena ED. Bagaimana cara
pandang mereka terhadap makanan, serta pandangan mereka atas diri mereka
sendiri itu kayak gimana. Apa sih tujuan dan alasan-alasan mereka sampai
terkena ED? Apakah murni ego ingin menjadi yang terbaik, atau malah rasa rendah
diri yang membuat mereka terpuruk dan merasa buruk?
Eating
disorder adalah masalah umum yang sering disebut sebut di novel YA. Mungkin hal
ini sudah menjadi masalah umum kalik ya di luar negeri sana, makanya banyak
penulis yang menyisipkan perihal ED. Sebut saja Wintergirls nya Anderson atau
Just Listennya Sarah Dessen. Tentu saja karena saya sudah lama penasaran dan
semenjak selesai baca buku ini, saya mencoba mencari tahu tentang ED, dan
inilah informasi yang saya dapatkan.
Eating
Disorder memiliki angka kematian tertinggi dari penyakit kejiwaan lainnya.
Berdasarkan penelitian, pada tahun 2011 sebanyak hampir 30 juta orang menderita
ED di US. 95% penderita Eating Disorder berada di rentang usia 12-25 tahun.
Lelaki yang menderita ED amat sedikit yang mencari pengobatan karena pada
umumnya, eating disorder lebih dikenal sebagai “woman’s disease”. Duh dan
banyak fakta lainnya bisa kamu lihat di sini.
Tapi saya
jadi bertanya-tanya, adakah novel yang menceritakan ED dengan tokoh utama
laki-laki ya?