Judul Buku : Fiksi Lotus (Kumpulan Cerita Pendek Klasik
Dunia) Vol.1
Penerjemah :
Maggie Tiojakin
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama :
April 2012
Tebal : 184
halaman, paperback
ISBN :
978-979-22-8353-2
Cerita klasik
adalah cerita yang tidak kenal batasan waktu (Maggie Tiojakin, Fiksi Lotus Hal
viii). Tetapi karya klasik terkadang menjadi momok bacaan yang cukup menakutkan
bagi sebagian besar orang. Bukan karena isi ceritanya, tetapi lebih
sering karena bahasa yang dipakai untuk menuturkan-lah yang cukup njelimet
sampai kadang membuat pembaca lelah.
Mungkin itu yang mendasari Maggi Tiojakin begitu ingin
mengenalkan karya klasik yang sederhana bagi para pembaca. Tentu selain alasan
bahwa masih ada banyak karya klasik yang berupa cerpen yang belum diterjemahkan
ke Bahasa Indonesia sehingga cukup sedikit yang mengetahui siapa saja
Tokoh-Tokoh sastra klasik Dunia.
Melalui Fiksi Lotus Volume pertama, kita akan diajak
mengapung, melayang hingga tenggelam dalam keunikan karya klasik. Ada 14 cerita pendek dalam
buku ini yang masing-masing ditulis oleh seorang sastrawan klasik dunia yang
bukan tidak mungkin namanya baru Anda kenal beberapa di buku ini.
Teka-teki adalah cerita pembuka pertama buku ini. Ditulis
oleh Walter De La Mare, bercerita tentang kisah para cucu yang tinggal di rumah
Neneknya. Rumah tua itu memiliki satu ruangan yang terlarang untuk dimasuki.
Pesan moral cerita ini buat saya, bahwa terkadang menaati pesan orang yang
lebih tua bisa menyelamatkanmu dari bahaya.
Cerita kedua adalah Ramuan Cinta yang ditulis oleh John
Collier, sastrawan asal Inggris. Bercerita tentang seorang lelaki yang berniat
membeli ramuan cinta untuk kekasih idamannya. Ada
banyak jalan pintas menuju keberhasilan, tetapi tentu saja harga yang harus
dibayar tanpa kita sadari sebenarnya sangat mahal.
Bjornstjerne Bjornson |
Sang Ayah adalah cerita ketiga yaitu dari Bjornstjerne
Bjornson, sastrawan yang pernah memenangkan Nobel Sastra tahun 1903. Tentang
seorang Ayah yang seringkali menjadi perwakilan kisah dari apa yang dilakukan
orang tua untuk anak-anaknya. Hingga akhirnya Sang Anak memberikan pelajaran
berharga untuk orang tuanya, meski itu yang terakhir kalinya.
Pemberian Sang Magi dari O. Henry adalah cerita keempat di
buku ini. Seperti cirri khas kisah-kisahnya, kali ini ia menceritakan sepasang
suami isteri, kado natal dan harta berharga dalam twist ending yang
menghanyutkan.
Menembus Batas karya Saki adalah cerita yang saya suka di
buku ini. Bagaimana kisah dua orang yang berseteru dari lahir sampai dewasa,
sampai turun – temurun ke anak-anaknya. Meski endingnya sempat membahagiakan,
tak urung saya tersenyum kecut membaca paragraf penutup kisahnya.
Meski sejauh ini ada cerita-cerita yang gampang dinikmati,
tetapi Sang Komandan milik Stephen Crane masih sulit saya ambil inti dan maksud
moral ceritanya.
Ernest Hemingway |
Siapa yang tak tahu Ernest Hemingway? Kali ini dia hadir
dalam kisah para pelayan café dalam kisah Persinggahan Malam. Di cerita ini ia
menggambarkan bagaimana pandangan dua orang yang memiliki usia dan pengalaman
beda juga memandang cara hidup di dunia ini dengan berbeda pula.
Gegap Gempita milik Anton Chekov menjadi kisah selanjutnya di
buku ini. Cerita klasik tak perlu selalu serius, sebab kali ini kita akan
dihibur oleh Mitya Kuldarov dengan kelucuannya dalam membaca sebuah berita di Koran
dari sudut pandang yang lain.
Charles milik Shirley Jackson adalah kisah yang unik menurut
saya, meskipun sebenarnya sudah bisa ditebak endingnya. Tentang seorang bocah
lelaki yang baru masuk sekolah TK dan memiliki teman yang super nakal bernama
Charles.
Dering Telepon dari Dorothy Parker membuat saya
tersenyum-senyum saat membaca. Bukan, bukan karena cerita komedi, tapi kisah
ini benar-benar pernah saya rasakan saat masih berpacaran dulu. Tentang seorang
gadis yang menunggu telepon dari cowok pujannya. Ya, jatuh cinta memang membuat
yang dulu begitu menawan malah sekarang menjadi agak konyol jika dipikir-pikir
lagi.
Berikutnya masih ada Pesan Sang Kaisar (Franz Kafka),
Republick (Naguib Mahfouz) dan Menjelang Fajar (Jean-Paul Sartre) yang bisa
Anda nikmati di buku ini.
W. Somerset Maugham |
Sebagai kisah penutup adalah kisah lainnya yang saya suka
dengan judul Kalung Mutiara karya W. Somerset Maugham. Penulis asal Inggris ini
bercerita tentang kalung mutiara yang dikenakan seorang pelayan wanita saat
diundang makan malam di rumah majikannya. Cerita yang berpotensi menjadi cerita
detektif ini memiliki keunikan karena ia cerita di dalam rangkaian cerita yang
dikisahkan seseorang.
Buat saya, cerpen adalah cara yang mudah menikmati sebuah
bacaan. Meski terkadang ada juga cerpen yang membuat saya pusing memikirkan apa
inti ceritanya seperti dalam kasus buku ini adalah pada kisah Sang Komandan dan
Menjelang Fajar. Cerita kedua ini malah menghabiskan cukup banyak halaman
sehingga membuat saya agak capek juga menikmatinya.
Menulis cerpen jauh lebih susah dari yang dulu pernah saya
bayangkan. Penulisnya harus mahir memilih-memadatkan-mengakhiri sebuah kisah
dengan kesan dan cirri khasnya yang unik. Demikian pula yang ada di buku ini,
semua penulisnya seakan memiliki sidik cerita yang membedakan gaya kisahnya antara satu dengan yang lain.
Untuk Volume satu ini, saya rasa 4 bintang layak disematkan
karena membuat saya jauh lebih mudah menikmati sebuah karya sastra klasik :)
Posting ini dalam rangka Baca Bareng BBI dengan tema Kumcer :)