Slide Show

Tampilkan postingan dengan label dystopian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dystopian. Tampilkan semua postingan
Januari 24, 2016

Cinder – The Lunar Chronicles #1






Judul Buku : Cinder – The Lunar Chronicles #1
Penulis : Marissa Meyer
Penerjemah : Yudith Listiandri
Penerbit : Spring
Tebal : 384 halaman, paperback
ISBN : 978-602-71505-4-6


“Kau akan pergi ke pesta dansa! Kita harus mencari gaun untukmu, dan sepatu. AKu tidak akan membiarkanmu memakai sepatu bot mengerikan itu…”


Setelah Perang Dunia Keempat, bumi terbagi ke dalam 6 negeri besar - Kerajaan Inggris, Federasi Eropa, Uni Afrika, Republik Amerika, Australia dan Persemakmuran Timur. Sebuah wabah menjangkiti penduduk Bumi, tanpa diketahui penyebab dan belum ditemukan obatnya. Penghuni Bumi pun telah banyak berubah, tak hanya manusia tetapi juga ada android dan cyborg yang tentu saja kelasnya lebih rendah daripada para manusia.

Di New Beijing, salah satu kota di Persemakmuran Timur, Cinder tinggal bersama ibu asuh dan dua saudari tiri, Pearl dan Peony. Suatu hari Pangeran Kai, putra mahkota Persemakmuran Timur, mengunjungi bengkel Cinder untuk meminta bantuannya membetulkan salah satu android kerajaan yang rusak. Pertemuan itu ternyata bukan pertemuan terakhir mereka, karena Cinder dan Pangeran Kai kelak akan bertemu beberapa kali di istana. Meski Pangeran Kai amat bersahabat dan ramah terhadap Cinder, gadis itu selalu canggung dan salah tingkah, sebagian besar karena ia tak mau Pangeran tahu kalau ia adalah seorang cyborg.

Sementara itu, ketika Kaisar meninggal dunia, Pangeran menerima bela sungkawa dari Kerajaan Bulan. Bumi dan Bulan sudah lama bersitegang, dan ketika Pangeran naik takhta, Ratu Levana dari Bulan mengunjungi Bumi untuk menyaksikan upacaranya. Rakyat Bumi menganggap penduduk Bulan adalah musuh yang menggunakan sihir untuk mengontrol orang orang Bumi, sehingga ketika Bulan mengajukan aliansi terhadap Bumi, banyak penduduk Bumi yang menolak dengan keras. Sayangnya, setelah kematian kaisar sepertinya tawaran Bulan semakin kuat terhadap Bumi. Terutama Ratu Levana yang berambisi menikahi Pangeran Kai agar memiliki hak untuk berkuasa di Bumi.
Oktober 13, 2014

Son (The Giver Quartet #4)







Judul Buku : Son (The Giver Quartet #4)
Penulis : Lois Lowry
Tebal : 243 halaman

Claire adalah seorang birthmother yang baru melahirkan seorang anak laki laki. Sayangnya saat proses melahirkan, terjadi hal hal yang tidak sesuai prosedur,salah satunya dengan dibedahnya perut Claire untuk mengambil si bayi. Ini jarang terjadi, dan tidak pula diharapkan terjadi, karena komunitas Claire sama seperti komunitas Jonas di buku pertama merupakan komunitas yang teratur. Sehingga ketika Claire selesai melahirkan, ia tidak lagi diberi tugas sebagai Birthmother melainkan dipindahtugaskan ke tempat pembudidayaan ikan.

Setelah melahirkan, Claire sempat mengetahui bahwa anaknya diberi kode nomor tiga puluh enam. Diam diam ia mulai penasaran dan mencari cara untuk melihat anaknya di pusat perawatan anak. Yang terjadi kemudian sangat mengejutkan Claire, ia tidak pernah merasakan hal yang sedemikian kuat atas perasaannya ketika melihat seorang anak laki-laki, perasaan cinta. Hari hari berikutnya, Claire selalu terdesak rasa rindu terhadap anaknya sehingga ketika ada waktu luang, ia selalu menyempatkan diri berkunjung ke Nurturing Center.
Oktober 02, 2014

Messenger (The Giver Quartet #3)






Judul Buku : Messenger (The Giver Quartet #3)
Penulis : Lois Lowry

Matt, anak kecil yang dulu kita temui di buku kedua sekarang tumbuh dewasa. Ia tinggal di Desa di mana semua penghuninya ramah dan baik hati. Bersama Seer, Lelaki buta dari buku kedua, mereka tinggal di sebuah rumah sederhana dan nyaman dengan kehidupannya. Sampai suatu ketika, terjadi perubahan di desa mereka. Perubahan itu tak terlihat mata, tetapi Seer adalah seorang yang sangat sensitif, ia dapat merasakan perubahan itu dan memastikannya lewat Matty. Pada awalnya Matty merasa tidak ada yang aneh dengan Desa mereka dan orang orangnya, tapi setelah mengobrol dengan Seer, Matty mulai merasakan dan mengetahuinya. 

Penduduk desa tak lagi sabar ataupun ramah, beberapa orang mulai menarik diri beberapa lainnya mulai menampakkan kesombongan. Hal ini terlihat jelas pada Mentor, sang guru yang bertugas membimbing anak anak di sekolah. Kelakuan lelaki yang biasanya sabar itu berubah drastis, bahkan setelah diamati tak hanya kelakuan tetapi fisik Mentor juga berubah. Ia tambah tinggi, warna kulitnya makin cerah, serta tanda kemerahan di sekitar leher dan wajahnya mulai memudar.

Hal ini mungkin ada hubungannya dengan Pasar Gelap yang dilakukan pada malam tertentu di desa mereka. Diiringi rasa penasaran yang besar, Matty mengunjungi pasar itu di suatu malam. Ternyata apa yang terjadi di sana menyimpan kunci jawaban dari perubahan yang terjadi di desa mereka. 

September 16, 2014

Gathering Blue (The Giver Quartet #2)






Judul Buku : Gathering Blue (The Giver Quartet #2)
Penulis : Lois Lowry
Tebal : 109 halaman, ebook

Masa berkabung Kira di field (sebuah lahan yg diperuntukkan bagi orang orang yang telah meninggal) telah usai. Sekembalinya ia ke perkampungannya, ternyata para wanita di sana menunjukkan secara terang terangan bahwa mereka tidak menyukai Kira. Bahwasanya gadis dengan kaki cacat dan yatim piatu hanya akan memberatkan orang orang di kampung mereka. Untuk itu, mereka (dengan provokasi seorang wanita bernama Vandara) menyuruh Kira untuk pergi dari desa dan membiarkan bekas rumahnya dijadikan tempat berternak para wanita.
Takut akan gerombolan wanita itu yang mungkin bisa saja membunuhnya secara beramai ramai, Kira kemudian mengingatkan lagi kepada mereka, bahwa setiap  perselisihan harus dibawa ke Council of Guardians. Maka disidangkanlah masalah Kira dan Vandara di sana.

Januari 07, 2014

Gelombang 5 (The 5th Wave)



Judul Buku : Gelombang 5 (The 5th Wave)
Penulis : Rick Yancey
Alih Bahasa : Angelic Zaizai
Editor : Barokah Ruziati
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Desember 2013
Tebal : 576 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-9115-5



Kedatangan : Pesawat induk seukuran Manhattan berada pada jarak kurang lebih 400 km di atas bumi

Gelombang 1 : EMP - Denyut Elektromagnetik masif menembus atmosfer tepat setelah 10 hari kedatangan. Setengah juta manusia tewas.

Gelombang 2 : Tsunami - Tiga miliar manusia tewas

Gelombang 3 : Wabah Darah. Wabah Sampar. 97% dari empat miliar (jumlah penduduk bumi) tewas

Gelombang 4 : Peredam

 
Cassie Sullivan hampir mati dalam perjalanannya menemui adiknya, Sam, di Kamp Haven. Gadis itu terluka, terpuruk dalam sebuah mobil yang tak lagi berfungsi, dengan suhu amat dingin di luar, salju yang menumpuk. Bahkan mungkin dia berharap untuk mati, agar ia punya alasan untuk tidak menepati janjinya kepada Sam. Setidaknya alasan itu bisa diceritakannya nanti di akhirat, bersamaan dengan berkumpulnya kembali keluarga kecil mereka. Mom yang mati karena wabah, Dad yang dibunuh 'mereka' , para alien yang benar-benar ingin menguasai bumi dan melenyapkan manusianya, serta Sam, bocah lima tahun yang dibawa sekelompok prajurit ke Kamp Haven, yang katanya tempat paling aman di seluruh muka bumi, saat itu.

Tapi Cassie diselamatkan oleh Evan Walker, seorang remaja lelaki misterius yang juga kehilangan adiknya. Meninggal, wabah Sampar. Setelah diselamatkan, Cassie mulai ragu. Ada aturan yang ia ingat kuat-kuat setelah Gelombang 4 datang.

September 30, 2013

The Giver (The Giver Quartet #1)




Judul Buku : The Giver (The Giver Quartet #1)
Penulis : Lois Lowry
Edisi : Epub, 131 halaman

For All The Children

To Whom We Entrust the Future

Hampir memasuki bulan Desember, Jonas mulai merasa senang sekaligus was-was. Desember ini ia genap berusia dua belas tahun, di usia inilah anak-anak mulai beranjak dewasa dan diberi sebuah Tugas berdasarkan kemampuan mereka masing-masing. Setelah di usia sebelumnya mereka melakukan percobaan kerja di berbagai unit di komunitas tempat tinggalnya, Usia duabelas merupakan usia yang banyak dinanti-nanti.

Anak lelaki ini tinggal di sebuah komunitas bersama ‘Ayah dan Ibu’ serta Lily, adik perempuannya yang hampir berusia tujuh tahun. Ayah dan Ibu Jonas bukanlah Ayah Ibu kandung, mereka adalah sepasang pria wanita yang dipilih Komite untuk membentuk sebuah ‘unit keluarga’ dan untuk memiliki anak pun, mereka harus mengajukan permohonan terlebih dahulu. Setelah ijin diturunkan, mereka akan menerima seorang anak dari ‘birthmother’, wanita-wanita yang telah diseleksi untuk mengemban tugas hamil dan melahirkan bayi di komunitas tersebut.

Upacara tahunan tiap Desember akhirnya tiba, setelah satu demi satu anak dengan usia masing-masing (ya, semuanya ‘naik level tahun’ di hari yang sama di bulan Desember) maju ke depan dan naik satu level tahun akhirnya tiba giliran anak yang naik ke usia duabelas. Jonas adalah anak terakhir yang dipanggil, tetapi ia tidak masuk unit tertentu. Ia diberi kehormatan menjadi seorang ‘The Receiver’. Pelatihan Jonas akan dimulai bersama seorang ‘The Giver’, seorang lelaki tua yang menyimpan banyak memori tentang masa lalu komunitas mereka, masa lalu dunia, dan apa yang disembunyikan Komite dari orang-orang di komunitas tersebut.

Dari lelaki tua itu Jonas belajar, bertahan menghadapi sakit, hal yang sebenarnya amat sangat dicegah dalam komunitas, sebab mereka selalu menyediakan obat untuk menghilangkan rasa sakit karena apapun.


Januari 21, 2013

The Road


Penulis : Cormac McCarthy
Penerjemah : Sonya Sondakh
Penyunting : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 264 halaman, paperback
Cetakan pertama : Januari 2009
ISBN-10 : 979-22-4316-X
ISBN-13 : 978-979-22-4316-1

Akhirnya saya menamatkan buku ini. Awal mulanya karena saya penasaran dengan beberapa komentar teman yang sudah membaca buku ini. Bagus dan unik. Di bagian percakapan ngga ada tanda petiknya. Semenjak itu saya penasaran, meski berkali-kali nyari nggak ketemu, tapi kemarin akhirnya nemuin buku ini juga.
The Road menceritakan kisah seorang ayah dan anak laki-laki yang menempuh perjalanan ke Selatan. Latar ceritanya adalah Amerika yang kering dan penuh abu. Tidak diceritakan apa penyebabnya, yang ada hanya lanskap yang terbakar, debu dan jasad-jasad kering orang-orang yang meninggal dengan mengerikan. Kedua tokoh ini memiliki ransel di pundak, kereta belanja tempat memuat terpal, selimut dan beberapa kaleng makanan serta sebuah pistol yang dibawa Sang Laki-laki yang berisi dua peluru untuk berjaga-jaga.

Perjalanan mereka dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketakutan. Keterbatasan makanan membuat beberapa orang menjadi kanibal. Tapi tidak dengan mereka, anak dan ayah itu memasuki setiap rumah yang mereka temukan dan mengais apa saja yang bisa dimakan. Apel yang kering, sisa-sisa tepung jagung, dan terkadang menemukan beberapa kaleng makanan yang kemudian dipanaskan untuk mereka makan. Demikian pula dengan keterbatasan air, sumber air telah mati, genangan air yang ada telah berwarna kehitaman dan tertutup abu. Untuk dapat meminumnya mereka harus menyaringnya terlebih dahulu dan kemudian disimpan dalam botol-botol sebagai persediaan mereka.
Mimpi-mimpi buruk juga sering mendatangi mereka. Dan perjuangan mereka juga ditambah dengan pergulatan kemanusiaan ketika bertemu dengan orang-orang yang kelaparan seperti mereka. Sang anak seringnya menjadi ”Dewa”, diliputi kasih sayang dan nggak tegaan buat ninggalin orang-orang menderita yang mereka temui di perjalanan. Namun Sang Ayah adalah sisi yang lebih ”manusia”, ia tega membunuh orang yang mencuri perbekalan mereka, ia mengkhawatirkan keselamatan anaknya, ia mengkahawatirkan kematiannya akibat kesehatannya yang semakin memburuk dari hari ke hari.
Buku ini membuat saya betah membacanya lama-lama. Bahasanya puitis, dan percakapannya juga sederhana. Meski perlu perhatian juga apakah yang berbicara ini Sang Ayah atau Anaknya. Perjalanan mereka memberikan ras apenasaran yang besar bagi saya, akankah mereka berhasil sampai ke Selatan? Adakah orang-orang baik seperti mereka yang nanti mereka temui? Yang lebih sering bikin penasaran, hari ini mereka dapet makanan ngga ya.. dan perasaan-perasaan penasaran lainnya.
Saya punya beberapa kutipan favorit dari buku ini,
” Kau lupa apa yang ingin kau ingat dan kau ingat apa yang ingin kaulupakan.” Hal.15
” Layaknya pendulum besar pada rotundanya mencatat sepanjang hari gerakan-gerakan alam semesta yang bisa dikatakan tak diketahuinya tetapi harus dipahaminya.” Hal.18
”Dan mimpi-mimpi begitu penuh warna. Bagaimana lagi maut memanggilmu? Terjaga dalam dinginnya fajar, semua menjelma debu begitu cepat.” Hal.23
Saya rasa buku ini memang pantas mendapat Pulitzer Prize untuk fiksi tahun 2007. Dan saya mulai penasaran sama filmnya. Nonton aah... :D


"Posting ini dibuat dalam rangka posting bersama BBI dengan tema Pulitzer Prize"
Mei 01, 2012

Specials. Kamukah diantaranya?


Judul Buku :  Specials (Uglies #3)
Penulis : Scott Westerfeld
Penerjemah : Yunita Candra S
Penerbit : Matahati
Cetakan Pertama : 2011
Penyunting : Lulu Fitri Rahman
ISBN : 978-602-859-0310



Masih ingat bagaimana kisah Tally Youngblood di seri kedua Uglies yang berjudul Pretties? Yak, di buku ini seperti yang sudah bisa ditebak dari judulnya adalah kisah Tally dan kawan-kawannya setelah mereka menjadi Specials.

Specials atau yang biasa disebut Special Circumtances adalah aparat rahasia pemerintahan kota yang bertindak seperti militer. Wajah mereka rupawan, tetapi otak dan tubuh mereka adalah senjata yang mengancam. Tally bergabung dalam kelompok Cutter, kelompok yang didirikan Shay yang dianakemaskan pimpinan mereka, Dr. Cable, Wanita ambisius yang sudah lama mencoba mencari jejak orang-orang Smoke.

Di buku ini, Tally dan kelompoknya mencoba mmencari letak Smoke Baru yang diam-diam telah mempererat cengkeramannya terhadap kota Rupawan Baru. Diketahui bahwa banyak orang-orang di Rupawan Baru yang mulai bertindak sangat ekstrim yang membuat kelompok Cutter, terutama Shay dan Tally curiga telah terjadi sesuatu. Dan ternyata dugaan mereka benar, kaum Smoke Baru telah menyelundupkan banyak pil untuk membantu menjernihkan pikiran mereka. Pil yang diduga sama seperti yang diminum Tally dan Zane dulu.

Satu-satunya cara untuk menghentikan peredaran obat tersebut adalah dengan menghancurkan pusat pembuatnya. Shay dan Tally memiliki ide untuk menemukan dan memusnahkan Smoke Baru, dan sebuah ide cemerlang muncul. Mereka akan memanfaatkan Zane. Awalnya Tally tidak rela kekasihnya itu dijadikan umpan, tapi dengan pertimbangan bahwa jika Zane bisa melarikan diri dari kota Kaum Rupawan, maka mungkin Dr. Cable akan mengijinkan Zane menjadi kaum Specials. Sama seperti Tally dan mereka mungkin akan hidup bahagia selama-lamanya.

Tapi benarkah begitu akhir ceritanya?

Tunggu, cerita yang sebenarnya baru dimulai. Untuk menegaskan kemampuan Zane (yang sebenarnya dibantu oleh Tally dan Shay) melarikan diri, mereka memiliki ide untuk mencuri sebuah pemotong logam di Gudang Senjata. Celakanya, ketika mencuri mereka tidak sengaja menumpahkan sebotol larutan yang berbahaya. Larutan itu memakan semuanya, besi, meja, dinding, mesin-mesin dan banyak hal yang membuat Gudang Senjata hancur terbakar.

Mungkin ini kecelakaan yang berlebihan, tapi Tally pikir ini pasti akan menjadi pertimbangan untuk menjadikan Zane kelak seorang Special. Perjalanan Zane dan teman-temannya dalam menemukan Smoke Baru tentu saja dalam pengawasan Shay dan Tally. Mereka berdua mengendap-endap mencari jejak agar bisa tetap mengikuti kelompok pelarian Rupawan Baru tersebut sambil merancang rencana untuk menghancurkan Smoke Baru.

Kejutannya, akan saya beberkan ya. Smoke Baru itu adalah Kota lainnya. Itu bukan hanya sekedar ’Smoke’, Kota tersebut adalah kota yang penuh warna dan banyak orang. Begitu banyak cerita dan petualangan Tally yang sebenarnya, malah terjadi di kota tersebut.

 Dari awal cerita sampai hampir setengah buku cukup membuat saya bosan membaca buku ini. Tally yang plin-plan, alur yang bikin senewen saking lambatnya, serta Shay yang judes hampir membuat saya punya niat untuk berhenti membaca buku ini. Tapi toh, berhubung saya masih penasaran akan akhir kisahnya Tally, maka saya tetapkan hati untuk terus menyimak jalan ceritanya.

Ternyataaa..oh ternyataa..

Keseruan buku ini itu ada di setengah buku sisanya. Jadi setelah Tally menemukan kota Baru itu, ia mengalami serentetan peristiwa dan kejadian yang membuat saya cukup tegang saat membacanya. Alur ceritanya berubah menjadi cepat meski tetap saja ada detail-detail yang cukup membosankan bila dibaca. Seperti ketika pelarian di Rumah sakit, atau sebelum itu, saat kejadian Tally mengejar helikopter. Jadi, saya membaca sekilas paragraf-paragraf yang banjir detail ini, dan meskipun demikian saya toh tetap tidak kehilangan jalan ceritanya.

Tokoh Tally juga membuat saya sebal bukan main, di cerita ini dia menjadi sangat plin-plan jauh melebihi sifatnya di buku kedua. Meski Tally sudah menjadi Special, tapi kegalauan dan keplin-planannya tidak hilang. Sifat ini ditambah sikap sok tahu, mau menang sendiri dna sok berkuasa sebagaimana sikap seorang ’Special’ membuat Tally lengkap menjadi tokoh yang nggak saya suka.

Tapi toh ending yang mengejutkan membuat saya memberi tiga bintang untuk buku ini.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------






 // Lomba Estafet Review Buku //
Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia
http://www.bookoopedia.com/id/book/id-54379/uglies-series-3-specials.html
So, selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku, di blognya:
Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho! http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html


April 25, 2012

Uglies

Pengarang : Scott Westerfeld
Penerjemah : Nita Candra
Penerbit : Matahati
Cetakan pertama : April 2010
Soft Cover
Tebal :432 halaman
ISBN : 978-602-8590-12-9

Uglies menceritakan tentang kehidupan di sebuah kota bernama Uglyville, isinya orang-orang buruk rupa, salah satunya bernama Tally Youngblood. Sama seperti semua anak buruk rupa lainnya, tepat pada usia 16 tahun ia akan menjalani operasi menjadi seorang dewasa yang rupawan. Kenekadan Tally membawa rasa penasarannya ke Kota Rupawan, tempat dimana orang orang yang telah menjalani operasi tinggal di sana. Tentu saja sesuai dengan namanya, kota itu hanya berisikan Kaum Rupawan. Dengan pemandangan kota yang indah dan seakan bersinar di malam hari, Tally nekad berjumpa dengan seorang sahabat sejak kecilnya di sana, Peris namanya. Peris telah lebih dulu dioperasi karena umurnya 3 bulan lebih tua daripada Tally.

Sayangnya pertemuan Tally dengan Peris berakhir dengan kegaduhan, Tally terpaksa melarikan diri dengan meninggalkan kehebohan di Garbo Mansion, tempat Peris tinggal sekarang. Ditengah pelariannya, Tally bertemu dengan Shay, seorang gadis buruk rupa yang punya kesukaan sama dengan Tally, melakukan petualangan ekstrem. Persahabatan mereka yang hanya hitungan minggu sebelum mereka dioperasi menjadi rupawan (mereka lahir pada tanggal yang sama) telah menjadi sangat erat.

Tetapi suatu hari Shay mengatakan sesuatu, ia tidak mau menjadi rupawan, ia akan pergi ke kota Smoke, tempat para Buruk rupa lainnya tinggal dan hidup dengan alam. Shay memutuskan ia tidak ingin menjadi rupawan. Shay mengajak Tally ikut dengannya, tapi Tally tidak mau, ia ingin menjadi rupawan karena seumur hidupnya ia sudah mengharapkan operasi itu dilakukan. Maka Shay meninggalkan Tally dan menuju Smoke sorang diri, meski Shay meninggalkan catatan sebagai peta panduan kalau-kalau Tally mengubah keputusannya dan mau ikut dengan Shay.

Saat ulang tahunnya, kenyataan pahit diterima Tally, ia tidak akan dioperasi kalau tidak menunjukkan Kota Smoke kepada Dr. C, karena selama ini sudah terlalu banyak anak yang hilang dari Uglyville dan pergi ke Kota Smoke. Ketika Tally berhasil sampai di Smoke, ia jatuh cinta dan ia menemukan kenyataan yang disembunyikan tentang Kaum Rupawan selama ini. Dilema menghantuinya, haruskah ia mengkhianati Seluruh isi Kota dengan menyalakan alat pelacak yang diberikan Dr.C padanya, atau ia memilih untuk hidup di Kota Smoke, dengan menjadi buruk rupa selamanya..

Sebelum membaca sampai jauh, agak sulit membayangkan si buruk rupa dengan rupawan, tapi akhirnya setelah membaca cukup jauh, Kaum Buruk rupa yang dimaksud adalah kaum seperti kita sekarang ini, apa adanya. Sedang mereka yang dioperasi adalah mereka yang mukanya seperti boneka mainan orang-orangan, yang sempurna, simetris dan menarik, persis seperti boneka tanpa cela. Buku ini alurnya cepat, jadi untuk membacanya nggak butuh lama-lama, bahasanya juga ringan dan mudah dicerna. Buku yang berbeda, karena jarang ada yang mbahas cantik-buruk rupa dalam novel. Kecuali mungkin dongeng beauty and the Beast kali ya.

Ide cerita Uglies dan Uglyville ini saya rasa agak mewakili atau bahkan menyindir kehidupan manusia sekarang ini. Seperti yang kita tahu, Kecantikan di akhir-akhir ini telah menjadi semacam Dewa bagi banyak orang. Kamu nggak cantik? Ke laut aja deh. Sehingga ada banyak produk-produk baru yang ditawarkan atau lebih tepatnya dijejalkan kepada manusia.

Kecantikan sebenarnya telah menjadi ikon yang diagungkan sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Seperti yang kita ketahui, di Yunani ada Dewi Aphrodite, di Mesir ada Hathor dan di Romawi ada Dewi Venus. kesemuanya melambangkan betapa kecantikan itu sudah sejak dulu menjadi pujaan atau sebuah kebanggaan tersendiri memilikinya. Meski jaman telah berubah, kepintaran telah menjadi tolak ukur lain. Tapi tak urung masih banyak pendapat yang mengatakan bahwa kecantikan yang terbaik itu adalah kecantikan luar dan dalam.

Di Uglies ini saya sedikit seram membayangkan apa jadinya ketika sebuah bangsa dikekang aturan penguasa untuk menjadikan mereka semua pribadi yang 'cantik'?
Dua bintang untuk Tally, dan dua bintang untuk Shay. :)
Maret 11, 2012

Delirium


Judul Buku :  Delirium (Delirium #1)
Penulis : Lauren Oliver
Penerjemah : Vici Alfanani Purnomo
Penerbit : Mizan Fantasi
Cetakan Pertama : Desember 2011
ISBN : 978-979-433-646-5

Kenapa Orang yang merasakan cinta disebut : jatuh cinta?
Mari saya bantu menjawab. Disebut jatuh, karena merasakan cinta itu berarti merasakan sakit. Dengan kata lain, layak donk kalau cinta disebut sebagai penyakit?



Nah, di buku ini diceritakan pada suatu masa ketika pada usia 18 tahun, orang-orang diwajibkan mendapatkan penawar akan sebuah  penyakit bernama amor deliria nervosa, nama lain dari cinta. Jadi bayangkan sebuah kehidupan yang begitu teratur tetapi tanpa cinta di dalamnya! Menyedihkan? Well, bagi mereka yang hidup di masa itu, penawar tersebut adalah sebuah kebutuhan yang selalu diidam-idamkan bagi mereka yang belum mendapatkannya. Termasuk bagi Lena Haloway, yang masih harus menunggu sembilan puluh lima hari lagi untuk dapat ‘disembuhkan’.

Sejarah keluarga Lena tidak begitu menyenangkan untuk diceritakan. Ibunya bunuh diri karena sakit ‘cinta’nya terlalu parah, dan bibinya meninggal karena suaminya dicurigai merupakan seorang Simpatisan, yaitu orang-orang yang masih menganggap cinta itu bukanlah sebuah penyakit yang begitu menakutkan. Inilah yang membuat Lena sedemikian besar berharap bahwa setelah ia lulus evaluasi, disembuhkan dan segera dipasangkan, ia akan dapat hidup normal tanpa harus mendapat pandangan iba dan jijik dari orang-orang. Ia ingin membuktikan bahwa penyakit cinta tersebut bukan hasil keturunan, bahwa ia akan mengembalikan nama baik keluarganya yang sebelumnya telah tercoreng. Pada intinya, ia hanya ingin membebaskan dirinya.

Sayangnya, perkenalan Lena dengan Alex Sheates membuat semuanya berubah. Bersama Alex, Lena melanggar banyak peraturan dan mengetahui apa makna sebenarnya dari kebebasan. Mereka bahkan melewati perbatasan untuk pergi ke ‘Alam Liar’, di mana akhirnya Lena mengetahui bahwa selama ini orang-orang telah dibodohi dan dikekang oleh peraturan-peraturan atas alasan yang tidak tepat. Namun masalahnya, waktu masih mengalir dengan cepat dan Lena masih harus bersiap dengan proses penyembuhannya. Ia harus memilih akankah hidup dengan pilihan ‘kebebasan’ yang diberikan pemerintah, atau ‘kebebasan’ yang ia rasakan ketika ia bersama Alex?

Di awal cerita, saya agak bosan dengan penokohan Lena yang terlalu ‘kelam’ dan alur cerita yang agak lambat. Pertemuan pertamanya dengan Alex juga tidak serta merta membuat cerita ini menjadi menarik. Tetapi semakin lama, penulis semakin terampil dalam menceritakan suasana cinta yang tumbuh di antara mereka berdua. Di latari tempat-tempat romantis dan pertemuan diam-diam demi menghindar dari para Regulator, membuat pembaca turut tegang tapi juga berbunga-bunga.

Di antara semua kisah yang saya baca di buku ini, saya paling suka ketika penulis menceritakan masa kecil Lena yang tumbuh dengan seorang Ibu yang benar-benar mencintainya.

“Aku mencintaimu. Ingat. Mereka Tidak bisa mengambilnya.”

Padahal saat itu tidak ada orangtua lain yang bersikap begitu sayang terhadap anaknya, seperti kasih sayang Ibunya Lena terhadap Lena dan Rachel, kakak Lena. Mereka bernyanyi (padahal musik adalah suatu hal yang diatur ketentuannya oleh undang-undang, jadi tidak boleh sembarang musik bisa didengarkan dengan legal), bermain kejar-kejaran di rumah, pesta piyama, tertawa-tawa, dan semuanya dilakukan secara rahasia, dengan pintu dan sela-sela jendela yang tertutup rapat, agar tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi di rumah mereka.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika seorang anak hidup tanpa diberikan cinta sejak kecil. Itu yang sebenarnya saya suka dari kisah di buku ini. Meski mungkin itu hanya kisah sampingan dari kisah utama yang terjadi dalam diri Lena, saya tersentuh dan menitikkan air mata ketika tahu berkali-kali Ibunya menyatakan betapa ia sangat mencintai Lena. Cinta adalah hal yang sudah pasti akan dirasakan manusia, tidak terbatas terhadap pasangannya, tetapi juga terhadap keluarga dan orang-orang terdekat kita.


Delirium adalah buku pertama dari sebuah Trilogi dengan buku keduanya, Pandemonium, yang dikabarkan terbit di tahun 2012 ini. Dari segi kesehatan, delirium sendiri sebenarnya adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kedasaran yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif, Penderita gangguan mental ini biasanya menunjukan tanda-tanda seperti, rasa mengantuk, pemahaman keliru tentang waktu, ruang dan orang, tidak punya orientasi (sumber : health.detik).

Sayangnyaaaa.. sewaktu membaca buku ini, saya terbayangi cerita Uglies (2005, Scott Westerfeld) yang dulu pernah saya baca. Tokoh utamanya sama-sama seorang gadis remaja yang menantikan ‘penyembuhan’. Bedanya kalau di Uglies, orang-orang di sana disembuhkan dari buruk rupa, sedangkan di Delirium, orang-orangnya disembuhkan dari penyakit cinta. Si Pria juga berasal dari orang-orang yang ‘tidak disembuhkan’ yang telah kabur ke daerah di luar ‘daerah aman’, dan si Tokoh utama wanitanya memiliki seorang teman (wanita juga) yang mengajak berbuat ‘nekad’ dengan melanggar peraturan yang telah ditetapkan.

Entahlah, apakah sebuah ketidak sengajaan atau bagaimana, tetapi bagi saya baik Delirium ataupun Uglies, keduanya sama-sama mengusung nilai-nilai sosial yang mulai bergeser di masyarakat. Di Uglies, kita disuguhi cerita tentang kecantikan yang sekarang ini menjadi ‘segalanya’. Sedangkan di Delirium, kita disuguhi fakta bahwa urusan pribadi (dalam hal ini, cinta) sudah semakin dibatasi kebebasannya oleh peraturan yang tidak beralasan kuat.

4 bintang untuk Delirium!

Ow, anda bisa berkunjung ke Website penulis di http://www.laurenoliverbooks.com/


Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia

http://www.bookoopedia.com/id/book/id-57019/delirium.html

Selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku Rahmatika Dian Amalia, di blognya:
Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho! http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html


Januari 06, 2012

Pretties


Judul Buku : Pretties
Penulis : Scott Westerfeld
Penerjemah : Yunita Candra S.
Penerbit : Matahati
Cetakan Pertama : Oktober 2010
ISBN : 602-859-021-5

Masih ingat dengan Tally Youngblood? Ya, seorang buruk rupa yang kabur dari operasi perubahan menjadi rupawan sebelum ulang tahunnya ke-16. Di buku kedua ini, diceritakan bahwa Tally telah hidup bahagia di kota Rupawan Baru, tentu saja menjadi seorang yang sempurna, seperti cirri khas Kaum Rupawan. Kehidupannya bahagia, persahabatannya dengan Shay yang dulu sempat hancur sekarang kembali normal kembali. Tally bahkan juga sudah bisa berteman lagi dengan Peris, sahabat lamanya dari Uglyville.

Petualangan Tally dimulai ketika ia mencoba masuk dalam keanggotaan kelompok Crim, kelompok yang berisi anak-anak muda yang sering menantang bahaya dan kelompok yang disegani di Kota tersebut. Ketika proses inisiasi diadakan, Tally bertemu dengan Croy, seorang buruk rupa yang mengantarkan pesan bahwa Tally harus pergi ke Valentino 317. Diiringi rasa penasaran dan ditemani Zane, cowok keren yang merupakan ketua dari Kelompok Crim, Tally pergi dan mencari kamar 317 tersebut.

Tapi ternyata proses menemukan kamar itu sendiri telah memberikan efek besar bagi ingatan dan pikiran Tally. Dalam usahanya menemukan kunci kamar tersebut, ia merasa pikirannya lebih segar dan lebih tajam. Padahal Tally harus memanjat menara yang tingginya lima kali lebih tinggi daripada Valentino mansion itu sendiri. Di kamar ini, Tally menemukan sebuah surat dan 2 butir obat yang ditujukan untuknya.

Jalan cerita berikutnya mungkin sudah bisa ditebak, Tally harus melarikan diri dari kota Rupawan Baru. Tapi ke mana? Dengan siapa? Naik apa? (lhah kayak lirik lagu..)

Pertanyaan-pertanyaan sederhana itu yang dirangkai dengan apik oleh Si Penulis sampai menjadikan petualangan Tally kali ini tak kalah seru dengan Seri pertamanya. Meski saya bisa menebak endingnya, tetapi saya cukup puas dengan “tambahan” lain yang diceritakan penulis di akhir cerita.

Satu pikiran Tally yang saya suka,
" Setiap orang di dunia terikat pada tempat asalnya, namun setidaknya kau harus mencoba berpikir lebih luas. Kalau tidak, kau ibarat katak dalam tempurung, yang menyembah para dewa gadungan." (Hal. 320)

Penulis juga menyisipkan beberapa poin kehidupan di dalam cerita ini, seperti naluri alamiah manusia untuk merusak, untuk menghancurkan, tapi kita juga punya naluri untuk merawat, menyayangi dan mengasihi. Serta bagaiaman cerdiknya penulis membawa kita mempertanyakan ke”ada”an diri kita sebagai manusia. Apakah hanya pion yang diatur ataukah sebagai individu yang bebas dan merdeka? Serta bagaimana kekuatan alam itu sebenarnya. Bahkan ide mengenai bakteri pengurai minyak bumi itu membuat saya bergidik mendengarnya. Tentu saja bakteri seperti itu ada, hanya saja saya tidak tahu apakah efeknya bisa sedahsyat itu?

Jadi, tiga bintang untuk Pretties, dan saya penasaran bagaimana cerita Tally ini akan berakhir di buku ketiga?
Januari 04, 2012

Catching Fire


Judul Buku : Catching Fire – Tersulut-
Penulis : Suzanne Collins
Alih bahasa : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Juli 2010
Tebal : 424 halaman
ISBN : 978-979-22-5981-0
Kisah Katniss Everdeen ternyata belum berakhir meskipun ia bersama Peeta telah memenangkan perlombaan Hunger Games. Setelah kemenangannya yang membuat banyak pihak resah, mulai timbul pemberontakan di beberapa distrik sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap Capitol. Yak, semuanya hanya karena buah berry yang dijadikan senjata menjelang berakhirnya pertempuran mereka kemarin.
Karena mereka dianggap memberontak oleh Presiden Snow dan adanya keyakinan di masyarakat umum bahwa Katniss dan Peeta adalah sepasang kekasih, maka Presiden Snow mendesak Katniss untuk ambil bagian dalam menenangkan rakyat yang berontak. Terutama dalam Tur Kemenangan yang diadakan Capitol untuk merayakan pemenang Hunger Games. Sialnya, semua sandiwara Katniss dan rahasia-rahasia hatinya terbongkar oleh Presiden Snow, yang menjadikan hal tersebut sebagai kunci dalam mengendalikan Katniss. Tentu saja dengan ancaman bahwa jika Katniss berbuat macam-macam, maka orang-orang yang disayanginya akan berakhir dengan kematian.
Katniss tentu saja berusaha ”membahagiakan” Presiden Snow, tapi mungkin memang sudah sifatnya yang memberontak, hal-hal yang refleks dilakukannya tetap saja membuat pemberontakan lebih kacau lagi. Terlebih setelah ia menjadi ikon bagi mereka yang melawan Capitol.
Presiden Snow tentu adalah orang yang paling berkuasa, karena kemudian ia menetapkan peraturan baru untuk Quarter Quell, pertandingan Hunger Games berikutnya yang tentu membuat banyak orang terkesima.
Berhasilkah Katniss menyelamatkan orang-orang yang ia cintai dari ancaman kematian Presiden Snow? Mampukah pemberontakan yang semakin melebar di beberapa distrik tersebut menggulingkan Capitol?
Serta pertanyaan terakhir, siapa yang tersisa dalam pertandingan Quarter Quell berikutnya?
Seperti buku pertama, Penulis dengan piawai membuat pembaca penasaran akan apa yang terjadi dengan Katniss selanjutnya. Ditambah aksi dan lokasi Quarter Quell yang dijabarkan cukup rinci dan unik, menambah ketegangan yang berlangsung di buku ini. Tidak seperti di buku pertama, buku kedua ini menurut saya lebih banyak menyorot tentang pemberontakan yang sebenarnya, tentu melibatkan banyak korban jiwa. Ending Quarter Quell cukup mengejutkan karena saya pikir akhir yang diperoleh mungkin akan semanis buku pertama. Penulis juga mampu membuat saya sebagai pembaca setengah kesal karena keplin-planan Katniss dalam hal cintanya terhadap Gale, atau mungkin terhadap Peeta? Entahlah, yang pasti saya sudah tidak sabar menantikan buku ketiganya terbit bulan ini.

5 bintang untuk Catching Fire!!
Desember 31, 2011

The Hunger Games


Judul buku : The Hunger Games
Penulis : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 408 halaman
Cetakan pertama : Oktober 2009

Sejujurnya, pada awalnya buku ini saya baca karena beberapa teman di Blogger Buku Indonesia berniat baca bareng Mockingjay (Seri ketiga Hunger Games) bulan Januari besok. Jadi, saya memutuskan membaca buku Hunger Games agar bulan depan bisa ikutan baca bareng tersebut.

Tentu saja sejak awal saya tahu bahwa buku ini istimewa, sebab banyak komentar positif dari review teman-teman dan rating buku ini di Goodreads juga besar. Buku ini juga mendapat predikat “ Publishers weekly’s best Books of The Year” pada tahun 2008 dan “New York Times Notable Children’s Book of 2008”.

Buku ini bercerita tentang kehidupan gadis berumur 16 tahun yang bernama Katniss Everdeen. Ia dan keluarganya tinggal di Distrik 12 dari sebuah Negara yang bernama Panem, letaknya berada di Appalachia (sebuah daerah di US). Ayah Katniss meninggal ketika ia berumur 11 tahun, sehingga ia harus menggantikan peran ayahnya dalam menjaga keluarganya yang tersisa, yaitu Ibu dan seorang adik bernama Primm. Kehidupan mereka sulit, terutama dalam hal makanan karena harga makanan sangat mahal dan adanya perbatasan agar orang-orang di masing-masing distrik tidak keluar dari wilayah mereka sendiri. Katniss bersama temannya, Gale, adalah pengecualian. Mereka tipe anak-anak yang “mari langgar peraturan” dengan sering berburu hewan liar atau mengambil tumbuhan untuk dimakan di luar teritori daerah mereka. Tentu saja hal ini pelanggaran, tetapi toh banyak orang yang mau membeli hasil buruan mereka.

Di Panem, kekuasaan berada di tangan orang-orang pemerintah yang berada di Capitol (letaknya di Pegunungan Rocky). Setiap tahun, setiap distrik mengirimkan sepasang remaja untuk mewakili distriknya masing-masing dalam memenangkan pertandingan yang disebut Hunger Games. Pemenangnya akan menentukan kemenangan distrik mereka masing-masing, dimana mereka akan dilimpahi makanan sepanjang tahun. Pengambilan kontestan dilakukan dengan diundi, siapapun yang terpilih harus mewakili distriknya bertanding dengan pilihan menang atau mati.

Saat pemilihan di Distrik 12 dilakukan, nama Primm terambil dari undian. Katniss saat itu langsung mengajukan diri menggantikan posisi Primm. Untungnya ada peraturan yang memeperbolehkan hal seperti itu dilakukan. Jadi Katniss mewakili Distrik 12 bersama pasangannya, Peeta Mellark.

Sebelum pertandingan dimulai, para peserta yang berjumlah 24 orang dari 12 Distrik dipersiapkan dulu di Capitol. Mereka masing-masing memiliki penata gaya dan masing-masing perwakilan Distrik memiliki mentor. Dari Distrik 12, Haymitch Abernathy yang menjadi mentor bagi Katniss dan Peeta, karena ia adalah satu-satunya pemenang yang masih hidup dari Distrik 12. Haymitch juga kelak bertanggung jawab mempromosikan Katniss dan Peeta agar mendapatkan sponsor yang kelak membantu memberikan “hadiah” bagi mereka saat pertandingan Hunger Games berlangsung.

Dari sini kisah seru itu dimulai, Katniss dan Peeta harus menghadapi lawan-lawan yang kuat, cekatan bahkan ada yang sudah terlatih untuk memenangkan pertandingan ini. Pembaca akan disuguhkan detail-detail yang memuaskan dan benar-benar membuat kita berimajinasi. Seperti apa pakaian yang dikenakan, kemutakhiran teknologi Capitol, sampai ke orang-orangnya yang unik. Hunger Games ke-74 ini kelak akan meninggalkan perubahan besar daripada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Mempengaruhi Capitol, Katniss, Peeta, para peserta dan bahkan orang-orang yang ditinggalkan mereka.

Penulis juga dengan piawai menyuguhkan cerita remaja yang seru, adegan perkelahian, semangat kebersamaan, permusuhan, persaingan dan bahkan kisah asmara khas anak muda juga terbelit cantik dalam buku ini. Di buku ini bukan berisi kisah fantasi tentang sihir atau naga atau hewan mistis lainnya. Mungkin itu sebabnya mengapa buku ini mendapatkan perhatian lebih bagi remaja yang haus variasi novel-novel fantasi. Terlebih trailer filmnya membuat penasaran banyak orang.
5 bintang layak saya sematkan untuk buku ini.

Ow, satu kalimat Katniss yang saya rasa sangat manis :
“Aku tidak mau kehilangan anak lelaki yang memberiku roti”. Hal. 327


Salam,

Salam,