Slide Show

Tampilkan postingan dengan label W. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label W. Tampilkan semua postingan
April 24, 2024

Wiji Thukul - Seri buku Tempo

 



Judul buku : Wiji Thukul - Seri buku Tempo

Penulis : Tim Buku Tempo

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Tebal : 160 halaman

Baca di Ipusnas dan Gramedia Digital

Tahun terbit : Juni 2013

ISBN13: 9789799105929


Hanya ada satu kata: Lawan!

 

Wiji Thukul adalah nama yang akrab bagi mereka pembaca sejarah penggulingan Orde Baru. Sosoknya yang amat sederhana membuatnya mudah bergaul dengan kaum kecil, terutama kaum buruh. Diawali dengan bab berjudul Dari Kota ke Kota, buku ini mengajak pembacanya mengikuti jejak Thukul dalam pelarian. Sosoknya pandai menyamar, berpindah dari kota kecil ke kota besar, Solo, Jakarta, sampai ke pelosok Kalimantan menjadi tempat persembunyiannya. 


Dari tuturan saksi saksi mata, Thukul adalah sosok yang teliti dan hati-hati. Ia juga tidak mau merepotkan orang lain dan ramah terhadap siapa saja. Komunikasi terakhir Thukul dengan istrinya ada di saat pergolakan Mei 1998. Saat itu Sipon -istri Thukul- mengkhawatirkan suaminya yang memang sejak lama sudah diburu pemerintah karena terkait dengan Partai Rakyat Demokratik.

Desember 03, 2016

Wander Woman




Judul buku : Wander Woman
Penulis : Nina Addison, Fina thorpe-Willet, Silvia Iskandar, Irene Dyah
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama : 2016
Tebal : 360 halaman, paperback
ISBN : 978-602-03-3375-5

Hari ini kami doakan dia sedang bersantai menikmati me-time dengan tenang. Doa yang dipanjatkan semu ibu-ibu di dunia untuk teman sejawat mereka.

Setelah mengetahui sinopsis buku ini, saya langsung masukin ke dalam wishlist. Mungkin karena tema ceritanya seputar ibu-ibu yang merasakan hidup di luar negeri. Yah, sebagai sesama ibu-ibu, saya tentunya penasaran, kayak apa sih hidup di luar negeri sambil mboyong keluarga?

Dalam buku ini ada empat tokoh utama, Arumi, Cilla, Sabai dan Sofia. Masing-masing akan berbagi empat cerita pendek tentang kejadian-kejadian menarik yang pernah mereka alami selama menjadi emak-emak ekspatriat. Keempat tokoh ini bersahabat, sehingga sesekali akan kita temukan mereka muncul di cerita milik tokoh utama yang lain.

Adalah Cilla sebagai pembuka cerita, kisahnya berlatar di Amerika Serikat serta Skotlandia. Salah satu kisahnya yang membuat saya meringis membayangkannya adalah ketika rumahnya kemalingan di Aberdeen. Saat itu di pagi hari, ketika sang suami telah berangkat kerja dan kedua anak mereka masih terlelap di kamar. Pagi yang sepi, dingin, dan lokasi rumah mereka berada di paling pinggir berbatasan dengan padang luas. Terus, kemalingan. Mana Cilla sempat memergoki malingnya, pula. Udah gitu, pagi kemalingan, eh malamnya si suami masih harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Di cerita ini menurut saya Cilla benar-benar memberitahu saya sebagai pembaca, bahwa setiap ibu akan berusaha menjadi kuat seberapapun besar hantaman yang menerpa. Tapi toh pada akhirnya, kami hanya manusia biasa, rapuh dan tak jauh-jauh dari rasa trauma.

Juli 31, 2016

The Woman in Black






Judul Buku : The Woman in Black
Penulis : Susan Hill
Penerjemah : Reinitha Lasmana
Penerbit : Qanita
Cetakan Pertama: Mei 2016
Tebal : 228 halaman, paperback
ISBN : 978-602-402-026-2


Bunyi itu datang dari kejauhan, dari ujung jalan lintas yang mulai terlihat seiring surutnya air. Bunyi kereta kuda poni.

Sebenarnya saya tahu buku ini justru dari filmnya yang dulu sempat ramai publisitasnya karena pemain utamanya adalah Daniel Radcliffe. Sebelumnya mah saya ngga tahu kalau ternyata film itu berdasarkan cerita di buku ini. Maka beginilah saya, alih alih ikutan nonton, saya malah tertarik untuk membacanya. Apalagi buku ini salah satu buku yang ada dalam box Peti Buku edisi Mei bertema Horror.

Cerita bermulai dari diutusnya Arthur, seorang pemuda yang bekerja di salah satu firma hukum London, ke sebuah desa di pinggir lautan. Ia bertugas untuk mengurus surat-surat serta rumah milik Mrs. Alice Drablow yang baru saja meninggal.

Tentu saja awalnya bagi Arthur ini merupakan tugas yang menyenangkan, ia membayangkan akan dapat melakukan pekerjaan sembari menikmati hawa pedesaan, jauh dari kebisingan Kota London. Tapi ternyata tugasnya tak semudah yang ia sangka.
April 12, 2016

Where They Found Her






Judul Buku : Where They Found Her
Penulis : Kimberly McCreight
Tebal : 336 halaman
Penerbit : Harper
ISBN : 9780062225481


But it wasn’t easy to be someone’s mother when you’d never really had one of your own.


Molly mengalami depresi berat setelah janin yang dikandungnya meninggal dunia sebelum sempat dilahirkan. Ia merasa menjadi ibu yang tidak cukup baik karena hal tersebut. Sang suami, Justin, memutuskan bahwa mereka sekeluarga (Justin, Molly dan Elle anak perempuan mereka) lebih baik pindah ke kota lain dan memulai kehidupan baru di sana.

Di saat Molly sudah menemukan rutinitasnya sebagai karyawan surat kabar di Ridgedale, sebuah kasus kematian terjadi di lembah dekat universitas lokal. Sebagai wartawan, oleh atasannya ia diminta untuk membuat berita tentang peristiwa tersebut. Meliput dan mewawancarai satu dua orang yang mungkin dapat memberi tahu apa yang terjadi pada korban.
Maret 07, 2016

Wintergirls





Judul Buku : Wintergirls
Penulis : Laurie Halse Anderson
Tebal : 278 halaman
ISBN : 9780670011100


You gotta accept that and let the flow carry you, stop resisting.


Wintergirls terkenal di kalangan pembaca novel young adult yang suram. Bercerita tentang Lia, gadis ini baru saja kehilangan Cassie yang meninggal dunia di sebuah kamar hotel sendirian. Mereka dulu bersahabat, sampai tak berapa lama persahabatan itu putus dan mereka berdua menjauh satu sama lain.

Lia merasa kehilangan Cassie tapi ia tidak berani menceritakannya kepada orang lain. Terutama karena kedua orang tuanya tak menyukai Cassie dan menganggap gadis itu hanya memberikan pengaruh buruk kepada Lia. Yang tak seorang pun tahu, pada malam kematiannya, Cassie menghubungi Lia berpuluh kali tetapi tidak satupun panggilan itu dijawab oleh Lia.

Terdorong rasa bersalah serta mungkin karena tubuhnya dalam kondisi tidak sehat, Lia merasa terus dihantui oleh Cassie. Bayangan Cassie hadir di kamarnya, di lorong sekolahnya, bahkan di kantor psikiater tempat Lia berkonsultasi. Cassie terus mendorong Lia untuk menyelesaikan kompetisi mereka, siapa yang memiliki berat badan paling kecil, maka dia yang akan menang.
Oktober 11, 2015

Warna Tanah, Warna Air, Warna Langit (Boxset Trilogi Warna)


Judul Buku : Warna Tanah, Warna Air, Warna Langit (Boxset Trilogi Warna)
Penulis : Kim Dong Hwa
Alih Bahasa : Rosi L Simamora
Penerbit  : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-6692-4

Kamelia adalah satu-satunya bunga yang mekar di tengah salju.
Mereka nyaris kelihatan seolah-olah begitu tak sabar menantikan sesorang.

Sebelumnya saya belum pernah membaca novel grafis yang cerita dan pesan kehidupannya sedalam buku ini. Saya hanya tahu bahwa banyak yang bilang kalau novel grafis ini bagus dan layak banget buat dikoleksi, maka ketika seorang teman di BBI menawarkan buku ini di obralan Gramdia, tentu saja saya langsung nitip buat dibelikan.

Ternyata semua ekspektasi saya terlampaui ketika membaca trilogi ini.

Saya akan bahas sedikit sinopsis dari buku pertama sampai buku ketiga, ya.

Trilogi ini bercerita tentang kehidupan Ehwa dan Ibunya di sebuah desa kecil bernama Namwon. Sang Ayah sudah lama meninggal dunia, sehingga Ehwa dan ibunya saling menopang satu sama lain. Hal inilah yang membuat perasaan dan rasa saling memiliki mereka amat dekat. Sehari-hari, Ibu Ehwa bekerja di kedai minum yang ia miliki di depan rumahnya, sesekali pekerjaannya juga dibantu oleh Ehwa.

Agustus 27, 2015

When The Star Falls





Judul Buku : When The Star Falls
Penulis : Andry Setiawan
Penerbit : Haru
Cetakan pertama : Oktober 2015
Tebal : 204 halaman, paperback
ISBN : 9786027742581



Konon laki-laki lebih lemah daripada perempuan. Toh laki-laki hanya terbuat dari debu dan perempuan terbuat dari tulang rusuk. Jelas sudah kenapa kalian perempuan lebih tegar dan kuat.


Ketika Lynn terbangun pasca operasi pengangkatan tumornya, ia mengalami amnesia. Banyak hal-hal berarti yang ia lupakan, salah satunya tentang Sam, kekasihnya. Sejak saat itu, Sam sering menceritakan kisahnya yang dulu bersama Lynn agar gadis itu dapat mengingat masa lalunya kembali. Meski sulit bagi Lynn untuk mengingatnya, ia merasa beruntung memiliki kekasih seperti Sam. Namun tidak demikian dengan Sam, lelaki ini malah merasa kehadirannya makin membebani Lynn. Ia seakan terlalu memaksa Lynn untuk mengingat masa lalunya, memaksa Lynn untuk jatuh cinta lagi kepadanya.
April 11, 2015

Inheritance – Warisan





Judul Buku : Inheritance – Warisan
Penulis : Christopher Paolini
Alih Bahasa : Poppy D Chusfani
Editor : Donna Widjajanto
Penerbit :  Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 920 halaman, paperback
Cetakan pertama : Juni 2012
ISBN : 978-979-22-8499-7

Buku ini sudah lebih dari setahun terendapkan di timbunan. Bayangin aja, dari ikut PO jaman baheula eh baru saya baca sekarang! Habisnya jiper banget lihat tebelnya. Huhuhu. Eh ternyata... saya menyesal membacanya!..

Kenapa coba baru saya baca sekarang?!

Kenapa ga dari dulu dulu aja. Biar saya tahu endingnya lebih cepat…



Januari 19, 2015

Wonderstruck






Judul Buku : Wonderstruck
Penulis : Brian Selznick
Penerjemah : Marcalais Fransisa
Penerbit : Mizan Fantasi
Tebal : 648 halaman
Cetakan Pertama : November 2013
ISBN : 978-979-433-685-4


And i'm floating in a most peculiar way. And the stars look very different today 


Ben baru kehilangan Ibunya yang meninggal karena kecelakaan. Ia kemudian tinggal bersama keluarga bibinya yang tinggal tak jauh dari rumah lamanya. Suatu malam, Ben pulang ke rumahnya dan menemukan rahasia yang disimpan ibunya tentang ayah kandung Ben. Saat Ben hendak menelepon Ayahnya tersebut, petir menyambar tiang telepon dan merambat mengenai telinga Ben. Ini menyebabkan anak laki-laki itu menjadi tuli, meski dokter bilang masih ada kemungkinan untuk sembuh.

Saat dirawat di rumah sakit anak, Ben malah melarikan diri ke New York guna mencari Ayah kandungnya. Ia mempunyai alamat dan uang simpanan ibunya, jadi setidaknya Ben merasa aman. Tetapi di New York kehidupan lebih kejam daripada kampung halamannya di Michigan. Ia dirampok dan ayahnya juga sudah pindah dari alamatnya yang lama. Terluntang lantung, Ben pergi ke Museum National History of America, dan mengendap endap masuk ke dalamnya. Di sana Ben berkenalan dengan Jamie yang membantunya mencari gudang untuk tempat beristirahat. Ternyata di museum itu, Ben menemukan jalan untuk mencapai kebenaran perihal ayahnya.
Oktober 24, 2014

We Were Liars





Judul Buku :  We Were Liars
Penulis : E. Lockhart
Tebal : 227 halaman, ebook
Penerbit : Delacorte Press  


My Full Name is Cadence Sinclair Eastman. I live in Burlington, Vermont, with Mummy and three dogs.


Oke. Ini kali keempat saya menulis lalu menghapus lalu menulis lagi mau seperti apa review buku ini diceritakan. Mungkin karena masih kaget sama ending ceritanya atau mungkin karena masih membahas tentang ingatan, membuat saya jadi hangover sama kayak buku sebelumnya yang saya baca, Before I Go To Sleep.
Juli 25, 2014

Wonder





Judul Buku : Wonder
Penulis : RJ. Palacio
Penerjemah : Harisa Permatasari
Penyunting : Ida Wajdi
Penerbit : Atria
Tebal : 430 halaman, paperback
Cetakan pertama : September 2012
ISBN : 978-979-024-508-2

Lucu juga kalau mengingat kadang kadang kau sangat mengkhawatirkan sesuatu dan ternyata tak ada yang perlu kaukhawatirkan -292

Sebelum seorang bayi lahir ke dunia, menurutmu, apakah mereka mengambil lotere? Sebuah undian yang  menentukan seperti apa fisik mereka kelak di dunia.

August Pullman lahir dengan fisik yang tidak sempurna, bahkan jauh dari sempurna. Ia menderita kelainan Mandibulofacial Dysostosis, sebuah kondisi rumit yang membuat wajahnya tampak tidak biasa. Selama ini ia sekolah di rumah, dibimbing oleh ibunya. Tetapi begitu usianya telah cukup untuk masuk ke kelas lima, orang tuanya mendaftarkan Auggie untuk masuk ke sekolah umum Beecher Prep. Awalnya Auggie menolak, ia akan sangat ketakutan berada di lingkungan asing, apalagi dengan kondisi fisiknya yang 'berbeda'. Tapi kemudian Auggie mengiyakan untuk memulai sekolahnya.
Juli 01, 2014

Whisper (Riley Bloom 4)






Judul Buku : Whisper (Riley Bloom 4)
Penulis : Alyson Noel
Penerjemah : Reni Indardini
Penerbit : Mizan Fantasi
Cetakan Pertama : Juli 2013
Tebal : 198 halaman, paperback
ISBN : 978-979-433-777-6

Terkadang kau harus nekat -mengabaikan hal yang kau lihat di depan mata, juga ucapan orang - dan justru menelisik kebenaran yang sudah kau ketahui di lubuk hatimu :130

Setelah kejadian di buku tiga, Riley kemudian ditugaskan Dewan dalam sebuah pekerjaan menyeberangkan yang lebih menantang daripada yang pernah ia lakukan sebelumnya. Celakanya, kali ini pekerjaan tersebut benar-benar menantang, arwah yang harus ia seberangkan adalah gladiator bernama Theocoles. Lelaki ini sudah ratusan tahun menghantui amfiteater di Roma, dan sudah banyak Penyeberang Jiwa yang gagal dalam misi tersebut. Theocoles adalah gladiator paling perkasa, seorang jawara yang dijuluki Tonggak Petaka, bagaimana mungkin Riley yang seorang anak kecil kerempeng bisa menyeberangkan seorang gladiator? Apalagi tugas ini hanya boleh dilakukan sendiri, Riley tidak boleh ditemani Bodhi ataupun Buttercup.
Juni 26, 2014

Where the Mountain meets the Moon






Judul Buku : Where the Mountain meets the Moon
 Penulis : Grace Lin
Penerjemah : Berliani M. N
Penerbit : Atria
Cetakan pertama : November 2010
ISBN : 978-979-024-460-3

Namanya Minli, ia hidup di sebuah desa yang miskin bersama Ma dan Ba, orang tuanya. Setiap hari Minli membantu kedua orangtuanya berkerja di sawah, untuk mencukupi hidup mereka yang sederhana. Satu satunya kekayaan yang dimiliki Minli, hanya dua batang tembaga yang dihadiahkan kepada Minli sejak hari kelahirannya. Atas kemiskinan ini, Sang Ibu selalu berkeluh kesah, dan beliau amat tidak suka jika suaminya menceritakan dongeng dongeng yang bercerita kekayaan dan impian kepada Minli. Baginya, hidup sudah cukup menderita, apalagi kalau ditambah dengan iming iming harta yang tak akan pernah bisa mereka miliki.


Suatu ketika, dengan tekad yang besar dan impian membahagiakan keluarganya, Minli pergi dari rumah untuk mencari Kakek Rembulan di Gunung tak Berujung. Konon Kakek ini tahu segalanya, dan siapa tahu, sepulangnya nanti, Minli bisa memenuhi rumahnya dengan emas dan kekayaan berlimpah berkat petuah si Kakek Rembulan.
Juni 14, 2014

Laporan Klub Buku Blossoms tentang buku White Fang





Title : White Fang
Author : Jack London (1906)
Translator : Harisa Permatasari
Editor : Jia Effendie
Publisher : Gagas Media
Edition : Cetakan pertama, 2014
Format : Paperback, vi + 330 halaman

Di tengah-tengah salju di bumi bagian utara, serigala abu-abu ini lahir. Pertemuan pertamanya dengan manusia membuatnya mendapatkan nama White Fang. Serigala kecil yang lahir dari ibu setengah serigala setengah anjing ini memiliki riwayat hidup yang rumit. Ibunya hidup di antara serigala, yang berkat kepandaian, kekuatan, dan kelicikannya, membebaskan kawanannya dari kelaparan. Hingga suatu kejadian membuat dia dan anaknya harus masuk kembali ke kawanan manusia.
Pada perjalanannya, White Fang harus terpisah dengan ibunya, dan dia tumbuh dewasa sendirian. Dia belajar dari rasa sakit dan penderitaan; taring ganas dari karnivora lain, pukulan demi pukulan dari pemiliknya, hingga pengucilan dari sesama kawanan anjing—yang notabene adalah kerabat sekaligus musuh serigala.

Dengan hidung yang terus berkedut, bulu yang berdiri hingga terus bergelombang, lidah terjulur keluar bagaikan seekor  ular merah, telinga menempel ke bawah, mata berkilat penuh kebencian, bibir tertarik ke belakang, dan taring yang terpampang dan meneteskan air liur. (p.147)

Insting dan pengalaman merupakan dua hal yang penting untuknya dalam bertahan hidup. White Fang menggunakan keduanya dengan bijak hingga dia bisa menjadi unggul dalam kawanannya. Dia belajar tentang siapa manusia yang harus diturutinya. Pukulan dari pemiliknya memberitahunya bahwa yang dilakukannya itu salah, atau tidak diizinkan. Geraman anjing lain membuatnya tahu kapan dirinya harus menggeram kepada mereka. Serangan mereka membuatnya tahu kapan harus bertahan. Karena itulah dia menganggap manusia sebagai ‘dewa’nya, karena mereka memerintah dan mengontrolnya dengan pukulan, serta di sisi lain, manusia juga lah yang memberinya makan dan tempat tinggal yang nyaman.

Gerakan White Fang lebih cepat dari anjing lain. Kakinya lebih gesit, lebih lihai, lebih mematikan, lebih luwes, lebih ramping dengan otot dan urat bagai besi, lebih kuat bertahan, lebih kejam, lebih ganas, dan lebih pintar. White Fang harus seperti itu. Kalau tidak, ia tidak akan bisa membela diri ataupun selamat dari lingkungan kejam tempatnya berada. (p.149)

Oktober 17, 2013

Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps


 

Judul Buku : Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps
Penulis : Allan Pease dan Barbara Pease
Penerbit  :Ufuk Press
Tebal : 405 halaman


Asal muasal saya menemukan buku ini sebenernya karena aki hippo yang udah ngereview duluan. Ngek, baca review dia kok merasa tergugah (ceile bahasanya) untuk menamatkan buku ini juga. Kenapa?
Soalnya ada kasus yang sama persis kejadiannya dengan saya dan Si Ayah.

Me : "Yah, makan di luar yuk."
A: "Nanti sore ya."
Me: "Yes..", (kegirangan)
-sore datang-
Me : "Katanya mau makan di luar, Yah?"
A : "Ya udah digelar aja sana karpetnya deket kolam, nanti Ayah bantu usungin piringnya."
Me: "Lah.. deket kolam?"
A: "Kan katanya makan di luar.."
Me: "......." (sambil puntir puntir lap piring)


Juni 06, 2013

Seri Petualangan Sherlock Holmes; Wisteria House




Judul Buku : Seri Petualangan Sherlock Holmes; Wisteria House
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa : Deta Ariani S.
Penerbit : Delphi (Yogyakarta)
Tebal : 132 halaman
Cetakan ketiga : September 2006
ISBN : 979-7564-43-6


Buku ini berisikan tiga cerita pendek tentang kasus-kasus Sherlock Holmes, di cerita pertama ada ‘Hilangnya Lady Frances Arfax’, yang mengisahkan hilangnya seorang wanita berusia 40an yang gemar melakukan petualangan di seluruh dunia dari hotel satu ke hotel yang lain. Lady Frances setiap dua minggu sekali mengirimkan surat kepada pengasuhnya di Inggris, tetapi sudah lima minggu terakhir tidak ada surat yang datang darinya. Nn. Dobney, pengasuh Sang Lady, sangat khawatir akan keselamatan wanita itu, sehingga membawa kasus ini kepada Holmes dan Watson. Maka berangkatlah mereka ke Swiss untuk menyelidiki kasus ini, karena surat terakhir Lady Frances dikirimkan dari sebuah hotel di Lausanne. Kasus ini semakin menegangkan karena menurut salah satu saksi, ternyata Lady Frances pernah terlihat bersitegang dengan seorang pria berkulit hitam dan bertubuh kekar. Apakah lelaki ini yang menculik Sang Lady? Atau lebih parah lagi, apakah ia membunuhnya?


Cerita kedua berjudul ‘Tiga Orang yang bernama Garridebs’. Bercerita tentang wasiat dari seorang tua bernama Garridebs yang akan membagikan hartanya kepada 3 orang lelaki lain bernama Garridebs. Sayangnya, nama keluarga yang satu ini cukup langka, dan baru ada dua orang yang memiliki nama akhir sama. Mereka meminta bantuan kepada Holmes untuk mencari satu orang Garridebs lagi, agar mereka dapat menerima warisan yang dijanjikan. Dapatkah Holmes membantu mereka mencari satu orang lagi yang memiliki nama langka ini?

Cerita ketiga digunakan sebagai judul buku ini, ‘Wisteria House’. Seorang lelaki paruh baya dicurigai telah membunuh seorang pria muda bernama Garcia. Lelaki itu, Scott Eccles, diketahui memberikan sepucuk surat kepada Garcia, yang ditemukan di bajunya. Ternyata, Eccles bercerita bahwa semalam ia menginap di rumah Garcia setelah bertemu di sebuah acara makan malam teman mereka. Anehnya, Garcia diperkirakan meninggal pada pukul 1 malam, padahal Eccles pada jam 1 malam maish bertemu dengan Garcia di kamarnya. Lalu bagaimana kisah sebenarnya? Dapatkah Holmes membantu memecahkan kasus ini, bersama dengan kepolisian?

Sebelumnya saya ternyata sudah pernah membaca cerita tentang Holmes ini di buku yang dikeluarkan oleh penerbit berbeda. Jelas masing-masing memiliki keunggulan tersendiri, buku penerbit tersebut yang jauh lebih tebal, menceritakan tidak hanya tiga cerita dalam satu buku, tetapi ada cukup banyak cerita. Sedang buku yang diterbitkan Delphi ini menurut saya unggul dalam kisahnya yang jauh lebih sedikit. Memang kalau dilihat, semakin tebal maka akan semakin banyak kisah yang diceritakan, tapi terkadang kesederhanaan yang diambil oleh Delphi membuat pembaca nyaman dan betah menghabiskan satu buku dalam satu kali baca, tanpa perlu maraton. Buku yang tipis juga memiliki keunggulan untuk mudah dibawa ke mana-mana, tidak membutuhkan banyak tempat, dan huruf-huruf yang digunakan juga pas sesuai kebutuhan pembaca. Meski covernya terkesan muram (karena toh Inggris pada era Holmes memang ‘muram’ dan ‘kelam’), selebihnya saya suka dengan buku ini. Terjemahannya juga tidak ‘rewel’, nggak neko-neko dan lancar.

Di buku ini, banyak sisi kepribadian Holmes yang diungkap. Di awal cerita pertama, kita sudah disuguhi kecerdikan Holmes dalam mencari petunjuk meski yang jadi ‘pasien’nya adalah Watson, sahabatnya sendiri. Holmes juga menunjukkan kesabaran dan keingintahuan yang tinggi dalam setiap penyelidikannya, meski keras kepala dan kadang bisa seenaknya sendiri (seperti tiba-tiba menyuruh Watson pergi ke Swiss sendirian, bertanya hal aneh yang nggak nyambung dalam penyelidikan) tapi Holmes juga memiliki perasaan sayang yang besar. Ini muncul di cerita ketiga, ketiga terjadi suatu hal yang buruk pada Watson.

Yah, buat kalian yang suka cerita detektif, apalagi tentang Sherlock Holmes, tak ada salahnya membaca dan mengoleksi buku ini :)

April 08, 2013

The Warlock(The Secrets of The Immortal Nicholas Flamel #5)




Judul Buku :  The Warlock(The Secrets of The Immortal Nicholas Flamel #5)
Penulis : Michael Scott
Penerjemah : Mohammad Baihaqqi
Penyunting : Lisa Indriana Yusuf
Penerbit : Matahati
Cetakan pertama : Januari 2012, paperback
ISBN : 978-602-859-039-8

AWAS SPOILER. Buat mereka yang belum membaca buku 1-3 nya, saya rasa lebih baik menghindari review ini, daripada nanti ketebak jalan ceritanya X)


Buku kelima.
Hari Rabu, Tanggal 6 Juni.

Masih ingat bagaimana petualangan Josh dan Sophie, juga persaingan antara Dr. Dee dan pasangan Flamel dalam merebutkan si kembar tersebut?

Kali ini perjalanan masih berlanjut, diawali dengan sekaratnya Nicholas Flamel membuat Perenelle terus mencari cara agar suaminya dapat hidup lebih lama lagi. Sementara John Dee yang berhasil mendapatkan Josh merencanakan untuk menebar teror di kota San Fransisco. Mereka akan melepaskan makhluk-makhluk kegelapan yang terkurung di Alcatraz.

Sementara itu, Joan of Arc, Scathach dan tiga orang lain berada di lini waktu yang berbeda. Mereka berada di Danu Talis, sebelum pulau itu mengalami kehancuran. Tempat di mana Abraham sang Mage akan selesai menuliskan bukunya yang kemudian kelak dijaga oleh pasangan Flamel (seperti yang kita ketahui sebelumnya).

Sophie bersama Niten yang berkunjung ke rumah Bibi Agnes, malah menemukan kejutan tak terduga di sana. Ternyata Bibi Agnes yang selama ini dikenalnya bukanlah benar-benar Bibinya. Yang lebih seru, di tempat ini juga nantinya akan berkumpul banyak manusia abadi, mereka kemudian masing-masing kelak mendapatkan surat dari Abraham yang dititipkan melalui seseorang.

Sambil menunggu ramalan terwujud, makin banyak petualangan dan keseruan yang ada di buku ini. Terus siapa yang jadi Warlock (pengingkar janji)?

Aduh saya mau cerita banyak tapi nanti spoiler donk yaah XD

Meski jalan ceritanya agak membingungkan (karena diceritakan secara bergantian), istilah-istilah yang digunakan juga makin unik, tapi buat saya buku kelima ini jauh lebih seru daripada buku ketiga atau keempat dari serinya Flamel.

Tersisa satu buku lagi, akankah Josh-Sophie punya happy ending? Duh makin penasaran X)
Desember 29, 2012

Ways to Live Forever – Setelah Aku Pergi



Judul Buku : Ways to Live Forever – Setelah Aku Pergi
Penulis : Sally Nicholls
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keempat : Juni 2009
Tebal : 216 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-3653-8

Saya sedang mencuci piring ketika seorang keponakan menanyakan sebuah buku kepada saya.
”Bun, udah baca Ways to Live forever?”
“Penerbitnya apa?”, saya mencari-cari dalam berkas ingatan dan ternyata tidak pernah mengenal judul buku tersebut.
“Gramedia. Ceritanya tentang anak kecil yang kena Leukimia.”
“Bagus ngga?”
“Aku ngga ada sehari udah kelar bacanya.” (maklum, ponakan yang satu ini ‘picker’ banget dalam urusan buku. Jadi kalau ga ada sehari aja dia udah kelar, pasti dia suka sama buku ini)
“Gih mana, aku pinjem donk.”

Maka di sinilah saya, setelah menutup lembar terakhir buku tersebut dan terbirit-birit ingin segera menulis reviewnya.

Buku ini bercerita tentang kisah Sam, dimulai tanggal 7 Januari dan berakhir tanggal 12 April. Sam adalah seorang anak laki-laki yang menderita leukimia, penyakitnya cukup parah sehingga ia terpaksa menghabiskan waktunya di rumah. Orang tuanya mendatangkan seorang guru agar Sam dan Felix, temannya yang juga terkena kanker, dapat melakukan sesuatu dalam hari-hari mereka, setidkanya agar mereka tidak bosan. Suatu hari, Mrs. Willis, guru itu, memiliki ide agar Sam dan Felix menuliskan sebuah cerita.





Tapi yang paling bersemangat menulis adalah Sam, ia berencana menulis sebuah buku tentang kisahnya atau tentang apa saja yang ingin ia tuliskan. Sam paling senang mencari tahu tentang sesuatu hal, maka ia membuat daftar-daftar pertanyaan yang kemudian ia cari jawabannya dengan bertanya pada banyak orang atau melalui internet. Sam juga menulis daftar-daftar, apa saja keinginannya, hal-hal favoritnya, atau semacam daftar daftar singkat mengenai kematian, pemakaman dan lain-lain.

Sam adalah seorang anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Meskipun ia tahu umurnya tak lama lagi, ia masih memiliki keinginan untuk hidup dan melakukan apa saja yang biasanya dilakukan anak seusianya. Dia bahkan berangan-angan agar suatu hari nanti ia bisa sembuh total, lewat jalan yang logis ataupun sekadar mimpi anak belasan tahun. Ia dikelilingi orang-orang yang mencintainya, Ella adik perempuannya, Mum yang sangat sayang dan perhatian, dan Dad yang meskipun sering cuek dan tak pernah mau membahas penyakit Sam tapi Sam tahu bahwa ayahnya itu menyayanginya.

Buku ini terdiri dari banyak bab, tapi ada satu bab di awal cerita yang membuat saya trenyuh membacanya, yang berjudul ”Kenapa Tuhan membuat Anak-anak Jatuh Sakit?”
Yah, kenapa, tanya Sam. Kalau orang-orang tua yang memang sudah banyak menikmati hari, teserah deh mau sakit apa. Tapi mengapa anak-anak juga jatuh sakit?
Di bagian ini ada daftar jawaban yang Sam dan Felix berikan, mungkin ada yang terkesan konyol, tapi ada pula jawaban yang bijak. Jawaban yang sering diberikan kepada banyak orang, bahwa


”Tuhan sangat menyayanginya, sehingga ingin membawanya ke Surga.”


Yah, jawaban itu yang selalu diberikan ke saya ketika saya dulu selalu bertanya, Kenapa Mama meninggal?

5 bintang untuk kisah Sam. Mungkin Sam adalah tokoh fiksi, tapi saya tahu ada banyak orang, banyak anak di luar sana yang mungkin memiliki kisah yang sama dengannya, berjuang bersama penyakitnya.

Agustus 09, 2012

Where She Went – Setelah Dia Pergi



Judul Buku :  Where She Went – Setelah Dia Pergi
Penulis : Gayle Forman
Alih Bahasa : Poppy D. Chusfani
Editor :  Dini Pandia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Kedua : Februari 2012
Tebal : 240 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-7650-3

Suami saya pernah berkata, bahwa orang-orang yang terlihat garang dari luar, biasanya malah mencoba menutupi ketidakberdayaan di dalam diri mereka. Hal itu yang saya tangkap juga ada dalam diri Adam, pacar Mia.. atau lebih tepatnya.. mantan pacar Mia.

Setelah Mia sadar dari koma, Adam adalah orang yang paling setia menemani Mia menjalani terapi selama hampir setahun. Sampai suatu hari datang surat penerimaan Mia dari Juilliard, dan berangkatlah Mia ke sana. Sebentar di sana, Adam sudah merasa hubungan LDR mereka tidak berjalan lancar sejak Mia mulai menghindari telepon-telepon dan email yang dikirimkan Adam.

Rasa sayang Adam terhadap Mia memang sangat besar, sampai ketika ia dicampakkan oleh Mia, ia mengurung diri di dalam kamar. Memikirkan semua kenangan bersama Mia, rasa sakit karena pengabaian, dan tentu saja kekhawatiran akan kesembuhan gadis itu. Syukurlah Adam bukan lelaki yang runtuh dan terpuruk selamanya setelah ditinggal pacar. Ia mulai menulis lagu-lagu baru untuk bandnya, Shooting Star yang membuat mereka melejit memuncak di tangga lagu musik.

Singkat cerita, Adam dan Bandnya menjadi selebritis papan atas, tinggal di L.A sementara Mia juga melejit di kalangan musikal klasik. Tapi keduanya tidak pernah berhubungan lagi, berbicara ataupun sekedar pertemuan singkat. Sampai suatu malam Adam yang sednag berjalan-jalan di jalanan New York mengetahui kalau Mia ada dalam sebuah konser musik klasik. Tak direncanakan sebelumnya, Adam membeli karcis pertunjukkan dan masuk menikmati alunan Cello Mia.

Waktu akhirnya mempertemukan lagi dua orang ini, yang sebelumnya berpisah tanpa kata. Akankah mereka mampu menjelaskan bagaimana perasaan mereka satu sama lain, sekarang ini? Apakah hidup saling mendiamkan itu yang terbaik bagi mereka? Apakah mereka bahagia?

Ah, tentu saja setelah menamatkan If I Stay, tak lengkap bila saya menunda membaca buku keduanya. Meskipun banyak yang kurang puas dengan buku kedua, saya putuskan saya akan bertahan membaca ceritanya (kalau-kalau benar membosankan). Ternyata buku kedua ini diceritakan dari sudut pandang Adam, kekasih Mia yang seorang rocker. Alurnya sama cepatnya dengan buku satu, sama maju mundurnya dan sama-sama membuat frustasi.

Perbedaannya, yang membuat frustasi bagi saya adalah kelakuan Adam sendiri (siap-siap ditimpuk Fansnya Adam). Sejak buku pertama saya memang tidak terlalu terkesan dengan karakter Adam. Memang saya akui Adam sangat menyayangi Mia, dan siapa sih cewek yang nggak mau dicintai sedemikian besarnya oleh seorang cowok ?

Jelas buat saya itu adalah kelebihan yang dimiliki Adam, pun meski ia sudah berkali mencoba wanita lain untuk didekati, tapi tak ada yang mampu menggantikan Mia. Nah, apalagi coba yang kurang? Dia tampan, dia sayang, dia setia. Perfect.

Harusnya sih perfect, tapi Si penulis membuat saya gemes banget sama Adam. Sikap rendah dirinya itu terutama, serta pemikirannya yang nggak jauh-jauh dari perasaan tertekan dan sakit hati ditinggal Mia. Diceritakan dari sudut pandang Adam malah membuat saya lelah membayangkannya, yang ada bukannya sedih malah emosinal pingin teriak teriak ke telinga Adam. Lha kok masih dikenaaang terus. Kalau memang masih berharap Mia memberikan kejelasan, kenapa juga nggak dateng ke sekolahnya Mia, minta keterangan dan kalau Mia ngga mau ngasih keterangan, ya udah.. Life must go on. Well, saya rasa sepertinya cinta terlalu rumit di mata Adam.

Dan ending buku kedua ini.. sudah bisa ditebak. Bahkan sejak awal cerita di mana saya mulai mencak mencak sama Adam, ternyata semakin memperjelas ending ceritanya.
-___-“

Jadi.. maafkan saya, tiga bintang saja untuk buku kedua ini.. :)


Salam,

Salam,