Akulah Pendukungmu adalah cerita keenam di buku ini. Cerita yang ditulis @salamatahari ini buat saya memiliki kesan yang berbeda di antara cerita-cerita lainnya. Mungkin karena judulnya yang mengingatkan saya akan penggalan sebuah lagu nasional kita, Garuda Pancasila. Cerita ini menceritakan apa yang dilakukan Sang Garuda ketika hari kebangkitan Pancasila yang disandangnya dirayakan yaitu pada tanggal 1 Oktober. Cerita ini merespon cerpen ‘Joko Swiwi’ dan ‘Pelajaran Mengarang’ milik SGA.Satu kutipan yang saya suka dari cerita ini "Waktu adalah pesaing yang tidak kenal ampun".
Cerita ketiga belas adalah cerita milik @FebyIndirani yang berjudul Surat ke-93. Tentang surat ke-93 yang dikirimkan seseorang terhadap cinta yang mengabaikannya. “Karenanya pengabaian adalah bentuk hukuman paling kejam.” Entah karena kebodohan atau kesetiaan seorang wanita yang membuat saya gemas membaca cerita ini. Merupakan tafsir ulang dari Surat dalam Atas Nama Malam.
Ada lagi kisah tentang perselingkuhan, cinta yang diceritakan dengan unik dan apik oleh @monstreza yang berjudul Empat Manusia. Seperti satu kutipannya “Kenapa kau selalu menawar rindu di saat yang tidak tepat?”
Cerita favorit saya adalah cerita dengan judul Gadis tak Bernama karangan @perempuansore. Cerita ini berkisah tentang seorang gadis yang bekerja di Departemen rahasia yang bernama Dinas Penelitian Senja. Pekerjaannya meneliti senja, sampai sedetil-detilnya. Mengukur diameternya, menghitung serat jingganya sampai mengukur hangatnya. Nah, pekerjaan yang romantis bukan? Tapi seperti yang gadis itu bilang, "Pekerjaan Romantis tidak membawamu kepada hubungan yang romantis", maka begitu juga dengan kisah cinta gadis tak bernama ini. Penokohan yang kuat serta plot cerita yang ringan dan bahasa yang menyenangkan untuk dinikmati membuat cerpen ini amat saya suka.
Mungkin karena saya secara pribadi memiliki ketertarikan tersendiri terhadap pemandangan senja, sehingga tentu saja secara sukses membuat saya begitu tergoda ketika cetakan pertama buku ini diluncurkan lewat @PosCinta. Secara keseluruhan, saya menyukai kesemua cerita yang di dalam buku ini. Tidak semuanya bernafaskan senja atau cinta, sebab ada juga yang membahas konflik social seperti di cerita Guru Omong Kosong milik @arnellism atau pada Satu Sepatu, Dua Kecoak satu cerita lainnya yang ditulis oleh @salamatahari.
Seperti kata Alberthiene Endah, Penulis Mimpi Sejuta Dolar "Sihir cerita dengan aransemen wacana yang memikat."