Slide Show

Tampilkan postingan dengan label Serambi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serambi. Tampilkan semua postingan
April 27, 2012

Perkara Mengirim Senja


Judul Buku : Perkara Mengirim Senja
Penulis : Valiant Budi Yogi, Jia Effendie, M. Aan Mansyur, dan 11 penulis lainnya.
Penyunting : Jia Effendie
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Cetakan Pertama : April 2012
ISBN : 978-979-024-502-0




Bagi para penikmat dan pembaca buku Indonesia pasti sudah tak asing dengan nama Seno Gumira Ajidarma (SGA). Beliau adalah salah seorang penulis terbaik Indonesia yang telah menulis puluhan cerpen, novel, puisi, esai bahkan juga pernah mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri. Buku Perkara Mengirim Senja ini berisi 15 cerita yang merupakan penafsiran ulang dari karya-karya SGA.

Mau mencoba menjelajahinya? Saya ceritakan beberapa kisah di dalamnya ya. :)

Cerita pertama adalah karya @vabyo , berjudul Gadis kembang, mengisahkan tentang kisah cinta perselingkuhan dalam rumah tangga. Satu kalimat yang saya suka “Rumah memiliki kekuatan Magis bagi penghuninya.” Empat bintang untuk cerita ini. Ending yang manis tapi getir penuh kejutan.


Cerita kedua milik @JiaEffendie berjudul Perkara Mengirim Senja. Sebagai judul utama buku ini, cerita Jia memiliki keistimewaan tersendiri karena permainan kata ganti yang cantik membuat saya sampai membaca tiga kali agar memahami jalan ceritanya. Potongan senja seperti kisah Alina dan Sukab milik SGA menjadi dasar cerita ini. Empat bintang untuk kartupos senja.

Cerita ketiga milik @hurufkecil yang judulnya saja sudah fenomenal (saking panjangnya). Selepas Membaca Sebuah pertanyaan untuk Cinta, Alina menulis dua cerita pendek sambil membayangkan Lelaki Bajingan yang Baru Meninggalkannya. Sesuai judulnya, ada dua cerita pendek dalam judul ini yang saya rasa tidak berkaitan. Yang satu tentang ‘terpasung’nya Si Wanita oleh Suaminya dan yang satu lagi tentang seorang Pria yang baru ditinggal pergi istrinya. Dua cerita, empat bintang untuk kepiawaian memainkan akhir cerita.

 Akulah Pendukungmu adalah cerita keenam di buku ini. Cerita yang ditulis @salamatahari ini buat saya memiliki kesan yang berbeda di antara cerita-cerita lainnya. Mungkin karena judulnya yang mengingatkan saya akan penggalan sebuah lagu nasional kita, Garuda Pancasila. Cerita ini menceritakan apa yang dilakukan Sang Garuda ketika hari kebangkitan Pancasila yang disandangnya dirayakan yaitu pada tanggal 1 Oktober. Cerita ini merespon cerpen ‘Joko Swiwi’ dan ‘Pelajaran Mengarang’ milik SGA.Satu kutipan yang saya suka dari cerita ini "Waktu adalah pesaing yang tidak kenal ampun".

Cerita ketiga belas adalah cerita milik @FebyIndirani yang berjudul Surat ke-93. Tentang surat ke-93 yang dikirimkan seseorang terhadap cinta yang mengabaikannya. “Karenanya pengabaian adalah bentuk hukuman paling kejam.” Entah karena kebodohan atau kesetiaan seorang wanita yang membuat saya gemas membaca cerita ini. Merupakan tafsir ulang dari Surat dalam Atas Nama Malam.


Ada lagi kisah tentang perselingkuhan, cinta yang diceritakan dengan unik dan apik oleh @monstreza yang berjudul  Empat Manusia. Seperti satu kutipannya “Kenapa kau selalu menawar rindu di saat yang tidak tepat?”

Cerita favorit saya adalah cerita dengan judul Gadis tak Bernama karangan @perempuansore. Cerita ini berkisah tentang seorang gadis yang bekerja di Departemen rahasia yang bernama Dinas Penelitian Senja. Pekerjaannya meneliti senja, sampai sedetil-detilnya. Mengukur diameternya, menghitung serat jingganya sampai mengukur hangatnya. Nah, pekerjaan yang romantis bukan? Tapi seperti yang gadis itu bilang, "Pekerjaan Romantis tidak membawamu kepada hubungan yang romantis", maka begitu juga dengan kisah cinta gadis tak bernama ini. Penokohan yang kuat serta plot cerita yang ringan dan bahasa yang menyenangkan untuk dinikmati membuat cerpen ini amat saya suka.

Mungkin karena saya secara pribadi memiliki ketertarikan tersendiri terhadap pemandangan senja, sehingga tentu saja secara sukses membuat saya begitu tergoda ketika cetakan pertama buku ini diluncurkan lewat @PosCinta. Secara keseluruhan, saya menyukai kesemua cerita yang di dalam buku ini. Tidak semuanya bernafaskan senja atau cinta, sebab ada juga yang membahas konflik social seperti di cerita Guru Omong Kosong milik @arnellism atau pada Satu Sepatu, Dua Kecoak satu cerita lainnya yang ditulis oleh @salamatahari.


Pemilihan diksi yang kaya juga membuat saya sebagai pembaca terlena sampai tak mau berhenti membaca. Ya, selain karena keindahan bahasa, saya cukup butuh perhatian lebih banyak ketika membaca beberapa cerita yang misterius. Kenapa misterius? Terkadang ada bahasa-bahasa yang agak susah dimengerti jika hanya dibaca sekali dua kali, tapi jika telah dibaca berkali-kali baru kita bisa menarik garis besar isi cerita tersebut. Sayangnya, tidak semua cerita ditulis merupakan tafsir ulang karya SGA yang mana, meski beberapa cerita memang mempunyai latar cerita yang sama. Tentang potongan senja, Sukab dan Alina, dimana ketiga elemen tersebut sering muncul di cerita-cerita milik SGA khususnya pada cerita 'Sepotong Senja Untuk Pacarku'.


Ilustrasi yang apik dan misterius juga memenuhi beberapa halaman, membuat kesan cerita yang digambarkannya lebih dalam dan lebih menawan. Tentu saja empat bintang layak saya berikan untuk buku ini!

Seperti kata Alberthiene Endah, Penulis Mimpi Sejuta Dolar "Sihir cerita dengan aransemen wacana yang memikat."
Agustus 21, 2011

The Last Narco : Memburu El Chapo, Raja Narkoba Paling Dicari di Dunia



Judul Buku : The Last Narco : Memburu El Chapo, Raja Narkoba Paling Dicari di Dunia

Penulis : Malcolm Beith

Penerbit : Serambi

Tebal : 495 halaman

Cetakan I : Juli 2011


Ini adalah kisah tentang El Chapo, raja narkoba yang paling berkuasa di Meksiko. Buronan yang paling dicari oleh Interpol di seluruh dunia. Chapo, atau yang memiliki nama asli Joaquin Archivaldo Guzman Loera lahir pada 4 April 1957 di La Tuna de Badiraguato, Sinaloa. Ia tumbuh di keluarga petani yang miskin tanpa adanya peluang untuk mengenyam pendidikan maupun mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang layak.


Tapi hidup telah mengubahnya, setelah berkenalan dengan kartel narkoba dan memiliki sifat yang ingin berkuasa, saat ini ia dianggap sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Bahkan majalah finansial terkemuka Forbes menempatkan Chapo ke dalam daftar miliarder tahunan mereka pada tahun 2009.



Kartel Sinaloa, yang dikuasai Chapo, diyakini bertanggungjawab terhadap distribusi kokain dalam jumlah besar di Eropa, Amerika Latin dan Afrika Barat. Anehnya berbagai cobaan penagkapan Chapo seringkali berakhir dengan kegagalan. Hal ini menimbulkan bisik-bisik yang menyebutkan adanya permainan kotor pemerintah, bahkan juga tangan para penegak hukum. Pernah pada 22 November 1995, Chapo dijeboskan ke dalam penjara, tapi dengan kekuatannya ia mampu melarikan diri dari Puente Grande, ia bertransaksi dengan “sistem” di dalam penjara.


Meski Kartel Chapo begitu berkuasa, seringkali ia berseteru dengan kartel lainnya untuk berebut wilayah kekuasaan. Kepala yang bergelindingan, bom-bom dan senjata-senjata laras panjang yang dibunyikan sudah tak asing lagi bagi warga sekitar. Itu adlah pemandangan biasa dalam hidup mereka, hidup yang suram dan pemerintah selalu diam. DEA, Badan Anti Narkoba Amerika Serikat juga memburu Chapo dan kroni-kroninya. Kartel Meksiko diyakini telah menyelundupkan banyak kokain dan heroin ke California, Texas dan pantai timur Amerika Serikat. Sayangnya, seperti yang sudah bisa ditebak, penangkapan Chapo masih sulit dilakukan. Bahkan tak sedikit korban dari DEA jatuh akibat perang dengan kartel-kartel saat melakukan penyelidikan.


Tak hanya lewat kekerasan, Chapo juga mendistribusikan narkobanya dengan cerdas. Ia mendistribusikan Obat-obatan haram itu dengan membuat lorong bawah tanah sepanjang 60 meter dari sebuah gudang ke rumah pengacara Chapo di Sonora. Kali lain dia mendistribusikannya lewat kaleng-kaleng bekas makanan. Ambisinya untuk menjadi yang paling berkuasa dan tidak merasakan pahitnya kemiskinan telah menjadikannya bertangan dingin.

Korban terus berjatuhan, sementara Chapo terus mengembangkan wilayah kekuasaannya. Tapi dapatkah buronan ini bisa ditangkap?


Ini buku Biografi pertama yang saya baca, ketegangan dan konflik yang ada di dalamnya pada awalnya cukup seru untuk dilanjutkan. Fakta-fakta mengenai perang perdagangan Narkoba juga diceritakan dengan lengkap. Bagi pencinta dunia konflik, korupsi dan perseteruan berdarah dan Novel biografi, yg satu ini harus masuk dalam daftar buku yang anda baca. Sayangnya novel ini kurang banyak dialog di dalamnya. Fakta mengenai kartel narkoba juga kurang saya nikmati, tapi bisa jadi buku yang tidak saya suka ternyata malah anda suka kan? :)


Sekilas tentang Malcolm Beith, Sang penulis



Malcolm Beith adalah seorang penulis yang menetap di Meksiko City. Ia menulis tentang perang narkoba untuk Newsweek, Slate, World Politics Review dan Jane’s Intelligence Weekly. Selain itu dia juga menjadi kontributor untuk Foreign Policy dan Soldier of Fortune. Ia pernah menjadi editor The News, harian nasional Meksiko yang berbahasa Inggris. Beith juga pernah menjadi editor Newsweek International, di mana ia mendapatkan pengalaman reportase di Irak, Haiti, Meksiko dan Kolombia. Artikelnya yang mengupas mengenai Irak diganjar Clarion Journalism Award oleh The Assocoation of Women in Communications.

Agustus 13, 2011

Cinta Tak Pernah Mati


Penerbit : Serambi
Penerjemah : Atta Verin dan Anton Kurnia
Cetakan I : Juni 2011
ISBN : 978-979-024-357-6
Akhirnya karena rasa penasaran sedemikian besarnya, saya memutuskan membaca buku ini. Seperti para reviewer buku sebelumnya yang mengatakan bahwa buku ini kereen, pada kenyataannya menurut saya buku ini benar-benar kereen. Baiklah, mungkin juga karena penulisnya adalah pengarang-pengarang terkemuka dari berbagai belahan dunia, Jepang, Prancis, Norwegia, Rusia, Inggris, Irlandia, India, Amerika Serikat dan Swedia. Lihat? Anda bisa berkeliling dunia hanya dnegan membaca satu buku kaya warna ini. Kumpulan cerita ini memberi makna baru akan ”cinta” dalam kamus hidup saya. Seperti di pandu oleh para penulisnya, saya menemukan makna cinta yang lain, bukan sekadar kisah pria wanita pada umumnya.
Sebuah cerita dengan judul Cinta Tak Pernah Mati diceritakan dalam buku ini oleh Honore de Balzac, ini kisah cinta istimewa antara seorang tentara dengan seekor macan betina di gurun pasir terasing. Kisah cinta keduanya berawal dari ketakutan si tentara yang akhirnya malah membuatnya mencintai macan betina yang ditemuinya di gurun. Cerita yang menarik juga diceritakan oleh Rudyard Kipling, dengan judul Hantu Mantan Kekasih. Penulis The Jungle Book (1894) ini menceritakan bagaimana kisah cinta masih tetap abadi, bahkan hingga maut memisahkan. Cara penceritaannya cukup membuat saya merinding, saya larut dalam ceritanya.
Kisah lainnya diceritakan Leo Tolstoy, dengan judul Kebahagiaan. Kisahnya tentang sepasang suami isteri yang menemukan kebahagiaan justru ketika seluruh hartanya habis dan mereka menjadi miskin. Bagaimana bisa? Temukan sendiri jawabannya dalam cerita ini.
Cerita cinta antara suami isteri yang tak biasa juga diceritakan dalam buku ini. Dalam judul Perkawinan, August Strindberg mengajak kita menemui pasangan suami isteri yang unik. Mereka menyewa tiga ruangan, di mana satu untuk Sang Suami, Satu untuk Sang Isteri dan satu lagi untuk studio tempat mereka bekerja. Bagaimana bisa mereka bertahan dalam bentuk pernikahan seperti itu? Strindberg menceritakannya dengan akhir yang tidak diduga.
Kalau saya harus memilih yang mana yang menjadi favorit saya, saya rasa sangat sulit. Setiap pengarang menceritakannya dengan gaya mereka masing-masing. Dengan keistimewaan makna cinta yang luas, saya rasa buku ini wajib dibaca, apalagi bagi Anda yang memiliki rasa ”cinta” terhadap karya sastra dan bagi Anda yang mencoba mencari makna ”cinta”. Selamat membaca, dan mohon jangan salahkan saya kalau Anda jadi penasaran sama buku ini, sebab buku ini memang layak membuat Anda penasaran !!
Agustus 06, 2011

Libri di Luca


Penulis : Mikkael Birkegaard

Penerbit : Penerbit Serambi

Tebal : 588 halaman, soft cover

Cetakan III : April 2010

ISBN : 978-979-024-178-7


Kisah Libri di Luca berawal dari sebuah toko buku di Distrik Vesterbo di Kopenhagen, Denmark. Pemilik toko buku itu, Luca Campelli ditemukan terjatuh dari balkon dan meninggal dengan dugaan karena mengalami serangan jantung. Karena kematiannya, maka Toko Buku yang bernama Libri di Luca itu beralihtangan menjadi milik anaknya, Jon Campelli. Setelah kematian Ayah yang setelah ia dewasa tidak pernah lagi ia temui, warisan sebuah toko buku terasa sangat memberatkannya. Maka semula ia berniat memberikan toko buku itu kepada asisten Ayahnya selama ini, Iversen. Terlebih Jon terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengacara yang harus menyelesaikan sebuah kasus pembajakan perusahaan tingkat tinggi, Otto Remer nama klien barunya tersebut.


Kematian ayahnya ternyata merupakan awal dari berbagai rahasia yang selama ini disembunyikan Ayahnya dari Jon. Luca ternyata mengikuti Perkumpulan Pencinta Buku, para Lector yang saat membaca buku bisa membuat penekanan sesuai keinginan mereka dan mempengaruhi sikap dan pengalaman para pendengarnya. Perkumpulan ini sedang dilanda konflik dimana akhirnya terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu ”penerima” dan kelompok ”pemancar”. Luca adalah jembatan yang mencoba mengakhiri perselisihan kedua kelompok tersebut dan mencoba menciptakan rekonsiliasi damai, tapi setelah kematiannya, perseteruan ini semakin panas. Apalagi adanya dugaan bahwa Luca meninggal karena dibunuh. Pertanyaannya adalah siapa yang membunuh Luca?


Disinilah Jon berperan, ia harus menemukan pembunuh Luca, dan di tengah penyelidikannya ia menemukan adanya pengkhianat dalam Perkumpulan Pencinta Buku. Bersama dengan Katherina, Ivversen dan anggota perkumpulan lainnya, ia mencoba mengungkapkan kebenaran demi kebenaran dari rahasia rahasia yang ia temui. Sementara karir pekerjaannya merosot tajam, ia diancam oleh klien barunya, tapi bukan tentang kasus pengacaranya. Ini tentang Libri di Luca. Mengapa kliennya begitu menginginkan Libri di Luca? Siapa sebenarnya yang membunuh Luca dan mengancam keselamatan para Lector lainnya? Jon harus memecahkan ini semua sebelum terlambat, bahkan ia sendiri tidak sadar, sebuah rencana jahat telah dirancang juga untuk menjebaknya.


Secara keseluruhan, cerita ini cukup unik, adanya perkumpulan pencinta buku dan dapat mempengaruhi orang lain dari buku yang dibacanya mungkin bagi saya terdengar seperti sebuah hipnotis. Namun berhubung saya juga belum pernah dihipnotis, jadi saya tidak bisa benar-benar membandingkannya. Beberapa typo yang cukup banyak sejujurnya mengganggu saat saya membaca. Padatnya informasi yang diberikan di tiap halaman membuat saya membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa memahami detail cerita ini. Terjualnya buku ini 10.000 eksemplar dalam tiga hari mungkin faktor utama yang menghasut saya untuk membaca, terlebih karena ceritanya merupakan tentang para pencinta buku. Meski tepatnya para “penguasa keadaan” hanya dengan sebuah buku. Cerita tokoh ketika di Alexandria juga menurut saya masih terlalu singkat, penggambaran suasananya entah mengapa terasa cepat dan terkesan mudah ditebak. Meski begitu, Libri di Luca adlaah sebuah novel yang kaya akan fakta dan hipotesa. Ini membuat saya berpikir, jangan-jangan benar ada para Lector di sekeliling kita, di dunia kita sebenarnya?


Sedikit tentang Perpustakaan Alexandria di Mesir


.


Perpustakaan Alexandria pada awalnya dibangun ketika pemerintahan Ptolemy I, tahun 323–283 BC. Seperti yang sudah dijelaskan dalam buku ini, Perpustakaan ini pernah menjadi surga bagi dunia literatur dan para pencari ilmu pengetahuan. Sayangnya, banyak koleksinya yang telah dijarah, dibakar dan hilang karena perang. Bibliotheca Alexandrina saat ini telah dibangun dan dikembangkan kembali dalam rangka turut melestarikan literatur yang ada di dunia. Di dekatnya juga dibangun sebuah planetarium berupa bangunan yang berbentuk seperti bola. Yah, membuat saya kepingin banget mengunjunginya..

Juli 29, 2011

The Day of The Jackal


Pengarang : Frederick Forsyth
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Cetakan I : Juni 2011
ISBN : 978-979-024-356-9
Tebal : 606 Halaman, Soft Cover

Kisah ini diawali dengan ditembak matinya seorang perwira Angkatan Udara Perancis bernama Jean-Marie Bastien-Thiry. Seorang petinggi OAS, organisasi yang berniat menggulingkan pemerintahan Presiden Perancis saat itu, Charles de Gaulle. Sayangnya hukuman mati terhadap Bastien-Thiry hanya memperparah semangat anggota OAS.

Sudah berkali-kali usaha pembunuhan terhadap Presiden de Gaulle gagal, banyak petinggi OAS yang ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, terlalu banyak kebocoran berita di sana-sini yang mengakibatkan lemahnya kekuatan OAS. Kepala operasi OAS yang baru, Marc Rodin, berinisiatif secara pribadi untuk menyewa seorang pemburu bayaran yang akan membunuh Presiden de Gaulle. Ia memanggil dua orang anggota OAS lainnya, Rene Montclair dan Andre Casson, untuk dimintai bantuan tentang perihal pembunuh bayaran ini.

Setelah memilih beberapa calon pembunuh bayaran yang akan mereka sewa, mereka memutuskan akan menggunakan jasa orang Inggris, dengan nama sandi Jackal. Begitu cerdiknya Jackal ini selain karena ia bekerja sendiri, ia mampu dengan cepat menghapus jejak. Sayangnya, rencana pembunuhan de Gaulle ini tercium oleh pihak Perancis yang akhirnya menugaskan seorang detektif terbaik di Perancis, Komisaris Claude Lebel. Lebel mengerahkan seluruh upaya dan bantuan dari koneksinya untuk menemukan seorang dengan nama sandi Jackal ini. Hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan identitas Jackal sesungguhnya.

Tapi Jackal tidak berhenti sampai di situ, meski ia sudah tahu bahwa identitasnya ketahuan, ia selalu punya banyak cara untuk menghilangkan jejak sebelumnya dan masih meneruskan niatnya untuk membunuh sang Presiden. Karena ia merasa rencananya sudah matang, dan ia adalah seorang pembunuh bayaran Profesional. Di lain pihak, Lebel terus berusaha menaklukkan Sang pembunuh bayaran ini, agar kasus percobaan pembunuhan ini tidak tercium pers dan agar akhir masa jabatannya berakhir dengan tenang.

Buku ini terdiri dari tiga bagian, yang secara total terdiri dari 21 bab. Di awal cerita, bahasa dan detail yang digunakan agak susah dibayangkan, mungkin karena saya tidak terlalu paham Kota Paris atau politik dan susunannya, jadi di awal-awal cerita saya agak “ngadat” bacanya. Apalagi karena kebanyakan detail itu diceritakan dalam paragraf-paragraf tanpa ada percakapan di dalamnya, sedikit membuat bosan, tapi kalau dilewati tanpa dibaca, maka kita akan kesulitan memahami kelanjutan ceritanya. Serba salah memang, tapi setelah menemukan ritmenya, novel suspense Thriller ini seru untuk diikuti sampai akhir. Sayangnya, dalam banyak percakapannya, kebanyakan masih murni bahasa Perancis yang, sekali lagi, nggak saya kenal. Hanya beberapa percakapan saja, dalam bahasa Perancis, yang bisa saya ikuti, karena untungnya sedikit berbau Bahasa Inggris kalau diucapkan.

Untuk Typo, paling hanya beberapa tanda kutip di bagian percakapan, yang sering menggantung di awal tanpa di akhiri di akhir kalimat. Selain itu, saya nggak nemuin typo yang parah sih. :)

Kali ini saya tampilin mobilnya. Antik ya? Apalagi di tahun 1960 an, mobil ini termasuk kalangan mobil "kereen". Alfa Romeo juga sering banget dipake di novel-novel James Bond. Tapi untuk Jackal, yang saya dapatkan dari internet, dari filmnya sih pake yang versi Giulietta ini. Kalo untuk versi modernnya, Giulietta ini menjadi kayak gini


Top Gear bilang : What a very, very good car this is.
:D

Satu bintang untuk Lebel, satu lagi untuk Jackal, dan satu lagi untuk Alfa Romeo, mobilnya kereen!!

Salam,

Salam,