Judul Buku : Just
So Stories
Penulis :
Rudyard Kipling
Diterbitkan tahun 1902
Format : E-Book (guttenberg.org)
Pertama
kali saya mengetahui siapa itu Kipling adalah dari karyanya The Jungle Book,
itupun karena berhubungan dengan Pramuka (yup, sejak SMP sampai SMA saya
termasuk pramuka yang aktif :D). Meski saat itu saya belum pernah membaca
karyanya, saya mulai penasaran bagaimana cara Kipling menyampaikan pesan-pesan
moral dalam ceritanya sampai-sampai Robert Baden-Powell, bapak Pramuka Dunia
meminta ijin ke Kipling untuk menggunakan cerita di dalam karyanya dalam
permainan dan keterampilan Pramuka.
Lama
berselang, saya sudah berkali-kali menonton film The Jungle Book, membaca versi
simplifiednya dan saya masih penasaran dengan karya beliau lainnya. Kebetulan
ada event membaca bareng pemenang Nobel Sastra, maka alasan inilah yang
memperkuat saya kembali mencari dan membaca salah satu karya beliau yang
dikumpulkan dalam buku berjudul Just So Stories.
Just So
Stories berisi duabelas cerita pendek yang berlatarkan alam liar, petualangan,
hewan, hampir sama seperti The Jungle Book. Dalam tiap judul juga memiliki
pesan moralnya sendiri, seperti beberapa kisah yang akan saya ceritakan ringkas
di sini..
Cerita pertama diberi judul : How the Whale
got his Throat
Jaman dulu, paus
selalu memakan hewan yang besar-besar dan jumlah yang banyak. Tentu saja ia
bisa karena mulutnya bisa terbuka sangaaat lebar, sampai suatu hari ia memakan
manusia. Tapi si Manusia itu nggak mati, dia malah memperdaya Si Paus yang
kemudian juga membuat Si Paus kehilangan kemampuannya menelan makhluk yang
besar-besar, termasuk manusia. Jadi itulah kenapa sekarang Paus hanya memakan
ikan yang kecil-kecil :) Pesan moralnya? Kalau menurut saya, cerita ini
mengajarkan kita untuk tidak rakus terhadap semua hal. (termasuk buku,
ehem..*batuk)
Berikutnya ada The
Elephant's Child
Cerita di posisi kelima
ini berkisah tentang anak gajah yang selalu ingin tahu. Tapi anggota keluarga
lainnya bukan menjawab pertanyaan Si anak gajah, malah selalu menghukum dia
tiap kali menanyakan sesuatu. Suatu hari si anak gajah penasaran dengan apa
makanan buaya, ia memutuskan akan mencari tahu sendiri di dekat sungai dan
bertanya kepada si buaya langsung. Karena kepolosan si anak gajah, ia tidak
tahu bahwa si Buaya mengincarnya, beruntung hanya hidung gajah yang tergigit
buaya. Eh saat itu hidung gajah masih pendek, belum panjang seperti sekarang.
Lanjutan kisahnya? Pasti bisa ditebak yaa.. yang membuat gajah gajah sekarang
memiliki hidung yang panjang dan multifungsi :) Pesan moralnya? Bolehlah ingin
tahu atau penasaran terhadap sesuatu, tetapi juga harus hati-hati terhadap hal
tersebut. Oh, dan satu lagi, kalau ada anak kecil yang selalu bertanya ingin
tahu, bimbing dia, jangan malah dipukul dan dihukum.
Chapter delapan ada
kisah berjudul How the First Letter was Written
Yup, dari judulnya
sudah pasti bisa diketahui apa isi ceritanya donk? Tentang anak dan bapak yang
sedang mencari buruan di dekat sungai untuk makan malam. Tetapi karena
tombaknya patah, maka mereka kesulitan berburu. Karena lokasi perburuan dan
rumah amat jauh, jadi si anak ini malas untuk bolak-balik mengambil tombak
baru. Si anak memiliki ide, kalau saja ada seseorang yang bisa menyampaikan
pesan kepada Si Ibu di rumah untuk membawakan tombak yang baru, pasti akan
sangat menyenangkan. Lalu si anak bertemu dengan orang asing yang kemudian
dititipkannya sebuah surat
berisi banyak gambar kepada Si Ibu di rumah. Maksud suratnya sih meminta tombak
baru, tetapi sialnya karena saat itu belum pernah ada tradisi mengirim surat, si Ibu malah salah
tafsir dan mengira suami dan anaknya mati. Maklum, gambarnya masih acak-acakan
dan tidak beraturan, dan tidak semua
orang mengerti arti dari gambar kan
kalau tidak ada standarnya? Cerita ini masih berlanjut ke cerita berikutnya, How
the Alphabet was Made, yang
isinya tentang bagaimana ayah dan anak itu membuat kesepakatan dalam
menyampaikan pesan. :)
Cerita lainnya ada :
-
How the Camel Got His Hump
-
How the Rhinoceros Got His Skin
-
How the Leopard Got His Spots
-
The Sing-song of Old Man Kangaroo
-
The Beginning of the Armadillos
-
The Crab that Played with the Sea
-
The Cat that Walked by Himself
-
The Butterfly that Stamped
Kesemuanya berisi bacaan ringan, tetapi penggunaan pilihan
katanya menawan. Saya ambil contoh di cerita pertama, ya..
In the sea, once upon a time, O my Best Beloved, there was a Whale, and
he ate fishes. He ate the starfish and the garfish, and the crab and the dab,
and the plaice and the dace, and the skate and his mate, and the mackereel and
the pickereel, and the really truly twirly-whirly eel.
Nah, lihat kan,
berima tapi memiliki makna. Dan karena saya baca versi inggrisnya, ada
kesulitan dalam beberapa kata baru yang membuat saya harus bolak-balik lihat
kamus untuk mengerti maksudnya. Ini mengingatkan saya dengan karya karya AA
Milne (penulis cerita Winnie The Pooh) yang juga menggunakan rima dalam
beberapa kisahnya tentang si beruang madu ini, yang sering saya tonton di
Disney Junior).
Setelah membaca karya Kipling ini, saya makin terpesona
bagaimana cara beliau menyampaikan pesan moralnya secara halus, bahkan mudah
diterima anak-anak karena disampaikan dalam bentuk fabel. Just So Stories
memang buku yang tepat untuk dihadiahkan untuk diri anda sendiri ataupun untuk
orang lain, anak kecil, remaja atau dewasa, sebab ceritanya tak lekang dimakan
waktu, abadi seperti pesan kehidupan untuk manusia.
Sedikit tentang Rudyard Kipling
Joseph Rudyard Kipling lahir tanggal 30 Desember 1865,
seorang penulis cerita pendek, novelis dan penulis puisi. Lahir di Bombay tetapi
dibesarkan di Inggris sejak umurnya lima
tahun. Ia mendapatkan Nobel Prize for Literature pada tahun 1907, karya yang
terkenal adalah The Jungle Book, Just So Stories, Kim, dan beberapa puisinya.
Ia mendapat julukan "innovator in the art of the short story". Ia meninggal
karena sakit pada 18 Januari 1936 pada usia 70 tahun. Abunya dikubur di Poet’s
Corner, bagian dari Westminster Abbey.
Pada tahun 2010,
sebuah kawah di planet Merkurius diberi nama Kipling. Pada tahun 2012 sebuah
spesies buaya diberi nama Gonipholis kiplingi untuk menghormati kecintaaan
Kipling terhadap ilmu pengetahuan alam.