Judul Buku : Let The Right One In
Penulis : John Ajvide Lindqvist
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Januari 2011
Tebal : 684 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-6572-9
Blackeberg adalah sebuah daerah pinggiran biasa yang ketika
kejadian di buku ini terjadi, daerah itu telah berusia tiga puluh tahun. Di
sebuah apartemen di pinggiran kota,
Oskar, anak lelaki berusia 12 tahun tinggal bersama Ibunya. Suatu hari Oskar
bertemu dengan anak perempuan yang duduk di tempat bermain di dekat
apartemennya. Anak perempuan itu terlihat rapuh tapi juga janggal. Di hawa yang
dingin ini, anak perempuan itu hanya mengenakan selembar kaos sweater tipis
berwarna merah muda.
Anak perempuan itu bernama Eli dan ia tinggal tepat bersebelahan
dengan apartemen Oskar. Karena Oskar adalah anak laki-laki yang sering dijahili
oleh teman-temannya, kehadiran Eli terasa pas sebagai seorang teman meski Oskar
masih merasa aneh dengan sosok Eli. Seakan-akan Eli terlalu cantik, sikapnya
dan sorot matanya tidak pas untuk menjadi seorang anak perempuan biasa. Tapi
toh daripada berteman dengan Jimmy, anak lelaki yang selalu menghina dan
menganiaya dia, Oskar memilih untuk mulai mengenal Eli.
Sementara itu di Blackeberg sedang terjadi pembunuhan brutal
yang terjadi berurutan. Dimulai dari seorang anak kecil yang tergantung di
hutan dalam keadaan terbalik, darahnya habis padahal di lokasi kejadian tidak
ada genangan darah yang seharusnya ada. Kemudian ada seorang pemabuk yang
menghilang selama berhari-hari, teman-temannya mulai mengkhawatirkan Jocke,
nama pemabuk itu, tetapi tidak tahu harus mencari ke mana.
Tapi ternyata setinggi-tingginya tupai melompat, suatu waktu
ia akan jatuh juga. Si Pembunuh yang telah dicari-cari polisi, akhirnya bisa
ditangkap ketika ia gagal melakukan aksinya di sebuah kolam renang umum. Tapi
sialnya polisi tidak datang tepat waktu, Si Pembunuh sudah terlebih dahulu
menuangkan cairan asam ke wajahnya sehingga proses identifikasi makin sulit.
Niatnya mungkin bunuh diri, tetapi bukan itu yang terjadi, lelaki masih hidup
bahkan dirawat di rumah sakit karena polisi membutuhkan keterangan tentang
pembunuhan-pembunuhan yang telah terjadi.
Hubungan Eli dan Oskar ternyata makin dekat, bahkan Eli makin
sering mengunjungi Oskar di apartemennya saat malam.
“Oskar…Boleh aku
masuk?”
“Ya-a..”
“Bilang bahwa aku
boleh masuk.”
“Kau boleh masuk”.
(Hal. 246)
Sampai suatu hari
Oskar tahu siapa Eli sebenarnya. Alasan mengapa Eli terlihat begitu rapuh. Alasan mengapa Eli hanya bisa bermain
dengannya saat malam tiba dan pergi saat pagi. Seperti Romeo dan Juliet, Eli
sering meninggalkan pesan kepada Oskar setelah pagi tiba.
”Aku mesti Pergi
dan hidup, atau tetap di sini dan mati. Milikmu, Eli”, - Hal. 277
Vampirekah dia?
Atau hanya seorang
manusia yang memiliki penyakit tak lazim?
Lalu apa hubungan
antara Eli dan Si Pembunuh berantai yang ada di kota Blackeberg?
Nah, jika kamu
penasaran, buku ini menyediakan banyak jalinan rumit sebagai jawabannya.
Terdiri dari empat
bagian dengan bab-bab yang merupakan hari di mana peristiwa tersebut terjadi,
buku yang telah difilmkan ini memiliki keunikannya sendiri. Selain ide cerita
yang tidak biasa, jalan ceritanya juga cukup rumit dan mbulet. Kenapa? Karena
ada banyak tokoh yang bermain dalam cerita ini yang sialnya saling berkaitan
satu sama lainnya.
Pada awalnya saya
sempat kesal karena capek membayangkan siapa si A, siapa Si B, yang mana
Steffan yang mana Lacke, tapi kemudian seiring ceirtanya mengalir, tokoh tokoh
tersebut tersimpan secara sederhana dalam skema yang bisa diingat. Tadinya sih
mau saya buatkan rotasi atau perputaran kejadian dengan peran tokoh dan
hubungan antarmereka, tapi nanti jadi spoiler donk ah XD
Meski secara jujur
perlu saya ungkapkan juga bahwa buku ini suram dan seram saat dibaca, tapi tak
bisa tidak justru hal itu yang membuat saya makin tertarik untuk
menyelesaikannya. Eli dan
Oskar diceritakan dengan penokohan yang kuat padahal karakteristik mereka
berlawanan. Eli yang tampak rapuh sebenarnya memiliki kekuatan yang tak
terbayangkan akan dimiliki seorang anak kecil, ia memiliki kendali dalam
pengaturan nafsunya, kepolosan yang ia tampilkan menutupi sifat buas yang
sebenarnya ada dalam dirinya. Sedangkan Oskar adalah sosok khas anak kecil yang
sering menjadi korban bullying teman sekolahnya. Ia memiliki dendam yang jauh
tersimpan dalam hatinya namun tak pernah benar-benar berani ia ungkapkan. Perasaan
kesal itu hanya ia ceritakan kepada Eli, karena ia menganggap hanya Eli yang
mengerti rasanya.
Novel ini pernah
difilmkan dua kali, sekali dalam judul yang sama, Let The Right One In, Film
Swedia yang diputar tahun 2008 dan mendapat penghargaan Founders Award for Best
Narrative Feature dan Best European Fantastic Feature Film. Pada tahun 2010, buku ini difilmkan lagi
dalam judul Let Me In, dalam seri Amerika.
Tertarik menonton
filmnya? Atau membaca bukunya dulu? Apapun yang membuat Anda tergoda menikmati
kisah ini, pesan utamanya adalah..
“Hati-hati
mengijinkan seseorang masuk ke dalam rumahmu...”