Judul buku : The Scent Keeper
Penulis : Erica Bauermeister
Penerbit : St. Martin's Griffin
Tebal : 311 halaman, e-book baca di Scribd
ISBN : 978-125-020-0143
Cetakan pertama : Februari 2020
“Once upon a time, Emmeline…” he began, and his voice rolled around the rhyme of it as if the words were made of chocolate.
Seumur hidupnya Emmeline hanya mengenal Papanya. Mereka hidup berdua di pulau terpencil, mengandalkan alam sebagai sumber makanan dan penghidupan. Seiring dewasanya Emmeline, ia mulai penasaran dengan kehidupan di luar pulau, terlebih ketika ia akhirnya melihat lautan luas yang selama ini tidak pernah ia lihat karena Papa melarangnya.
Sayangnya, sebuah tragedi terjadi di pulau dan membuat Emmeline meninggalkan rumahnya. Ia tinggal bersama Colette dan Henry, pasangan yang kemudian mengasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Hidup terus berjalan dan Emmeline makin penasaran dengan masa lalu kedua orang tuanya.
Ia selama ini begitu akrab dengan aroma yang ada di sekitar. Sedemikian akrabnya sehingga bahkan ketika ia menemui seseorang, ia bisa tahu apakah orang itu sedang marah atau jatuh cinta atau bersedih hanya dengan mencium aromanya. Papa juga memiliki kemampuan yang sama, sehingga selain bakat, Papa membimbingnya untuk mengekspkorasi aroma aroma di sekitarnya sedari kecil.
Papa bahkan memiliki mesin antik yang dapat menangkap aroma tertentu pada saat tertentu, sehingga seperti polaroid, kita bisa menyimpannya dalam bentuk kertas yang ditempatkan dalam vial vial yang disusun di laci laci bertingkat di rumah mereka di pulau.
Siapa sebenarnya Papa? Dan mengapa Papa tak pernah memberitahu Emmeline tentang masa lalunya?
Buku ini kemudian mengajak pembacanya untuk mengikuti Emmeline menyelidiki siapa sebenarnya ia dan mungkin akan membawa selangkah lebih dekat ke ibu kandungnya.
Ceritanya siih biasa aja. Tapi unsur aroma yang dideskripsikan di buku ini bikin saya penasaran sekaligus terkesan.
She held out another bottle, her expression bland. “Jasmine.”I was cautious this time, barely sniffing the contents, but the smell was a relief—sweet, white, and creamy, almost euphoric. I felt as if I were floating in it.
Waktu membaca deskripsinya, seakan akan saya juga bisa membayangkan aromanya melintas di dekat saya.
Sebelum membaca buku ini saya paham bahwa aroma sering memegang peranan penting dalam proses merekam ingatan. Kadang kalau saya mencium aroma kayu yang dibakar di pawon misalnya, saya jadi ingat ke adegan adegan tertentu ketika saya masih kecil dan tinggal dengan si mbah di desa. Kadang ketika sekelebatan di mall atau di jalan lalu mencium aftershave mantan, ya gitu jadi keingetan padahal mah kaga pernah diinget inget tapi entah kenapa gampang banget kepatri di memori.
Setelah membaca buku ini, saya jadi tahu bahwa aroma juga memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan, saat sedang berbelanja misalnya. Jadi orang orang yang peka terhadap bau bauan macam Emmeline ini sebenarnya adalah aset mahal dari industri industri berbasic aroma. Saya jadi kepikiran apa mereka yang berbisnis di department store misalnya, juga memiliki budget untuk "perihal aroma" ini ya.
"Did you know,” Victoria said over her shoulder, “that if you put men in a room with just the faintest smell of grapefruit, they tend to think the women around them are six or seven years younger than they actually are"
Sekarang bahas karakter! Ampe lupa. Tokoh Emmeline dikembangkan dengan baik di buku ini. Dari seorang anak yang penuh rasa ingin tahu ke remaja yang penuntut, pemarah dan judgemental, menjadi dewasa muda yang sembrono tapi masih penuh rasa ingin tahu.
Begitulah, sebuah buku yang ceritanya biasa aja tapi pengemasannya yang apik dan membuat penasaran pembacanya. Bintang tiga untuk The Scent Keeper
Be First to Post Comment !
Posting Komentar