Judul buku : The Stars are Fire
Penulis : Anita Shreve
Alih Bahasa : Prima Sari WD
Penerbit : Elex Media Komputindo
Cetakan Pertama : 2019
Tebal : 320 halaman, baca di Gramedia Digital
ISBN : 978-602-04-8874-5
"Ingat saja betapa tangguhnya dirimu"
Pada Oktober 1947, kebakaran besar melanda Maine, salah satu negara bagian Amerika Serikat. Tercatat sembilan kota rusak terbakar, rumah rumah hancur, dan ribuan hektar lahan menyisakan abu.
Saat percikan api mulai mendekati kompleks pemukiman Grace, ia dapat merasakan udara yang makin panas dan abu hitam yang berterbangan. Berlarian bersama dua anaknya serta Rosie, sahabatnya, yang juga membawa dua anak, Grace mengajak mereka untuk berlindung di tepi laut.
Berbekal selimut tebal dan kecerdikan akalnya, ia berhasil menyelamatkan anak-anaknya dari maut. Meski ia kemudian harus dirawat selama seminggu di rumah sakit akibat luka bakar dan hipotermia yang dideritanya.
Kehilangan rumah membuat Grace harus memikir otak untuk mencari tempat tinggal baru. Rosie yang selamat memilih pulang ke rumah mertuanya dan memulai hidup baru di sana. Sementara Gene, suami Grace, hilang saat kebakaran terjadi. Merasa perlu menguatkan dirinya seorang diri, Grace memutuskan pindah ke rumah ibu mertuanya dan tinggal di sana. Sang mertua sudah meninggal sebelumnya karena kanker, sehingga rumah itu kosong tak berpenghuni.
Kepindahan Grace dan anak anaknya berserta ibu kandungnya ke rumah itu membawa suasana positif bagi keluarga kecil itu. Terutama bagi Grace yang jatuh hati kepada seorang pria. Mungkin kebahagiaan keluarga itu yang sempat hilang akan kembali lagi? Atau mungkin malah Gene, sang suami, yang kembali lagi?
Secara keseluruhan saya suka jalan cerita di buku ini. Awalnya agak skeptis sih, berhubung covernya ngga banget, padahal cover versi non terjemahannya cakep cakep. Terus baca beberapa review di goodreads, banyak yang bilang bagus, dan latarnya berhubungan dengan pantai juga (iya yang bagian inimah saya subyektif), jadilah saya memutuskan untuk baca.
Mengangkat latar setelah Perang Dunia II, novel hisfic ini menyuguhkan kehidupan konvensional di masa lalu kepada para pembaca. Sistem patriarki yang sepertinya juga berlaku di sana membuat wanita, terutama yang bersuami, memiliki keterbatasan dalam kehidupan yang mereka jalani. Digambarkan melalui sosok Grace yang tertekan dalam kehidupan rumah tangganya tetapi tetap selalu patuh terhadap suaminya. Sehingga ketika sang suami hilang, karakter Grace mulai berkembang seiring masalah demi masalah yang ia hadapi. Ia bekerja, belajar mengemudi, mengkredit mobil, menjahit, namun tetap menyempatkan diri mengasuh anak anaknya.
Singkatnya, ia merasa jauh lebih hidup ketika suaminya tak ada, meski terkadang ia merasakan perasaan bersalah jika mengingat suaminya. Apakah ia meninggal, dan jika iya maka bagaimana nasib anak anaknya kelak yang tak dapat berkunjung ke makam ayah mereka karena tak tahu di mana letaknya.
Setelah membaca buku ini, saya jadi rindu membaca hisfic lagi. Hmm, buku apa yang selanjutnya masuk wishlist saya ya...
Be First to Post Comment !
Posting Komentar