Judul Buku : Turtles All The Way Down
Penulis : John Green
Penerjemah : Prisca Primasari
Penerbit : Qanita
Cetakan Pertama : April 2018
Tebal : 344 halaman, paperback
ISBN : 978-602-402-115-3
Bahwa hidupmu adalah cerita yang diceritakan orang tentangmu, bukan cerita yang kau sampaikan sendiri
Aza tidak pernah menduga bahwa ia bisa berhubungan lagi dengan Davis, teman dari perkemahan masa kecilnya. Tragedi menghilangnya Ayah Davis yang merupakan seorang konglomerat membuat penasaran Daisy -sahabat Aza- , dan mereka memutuskan untuk mencari informasi tentang si miliarder tersebut.
Tentu saja awalnya Aza tidak berharap banyak tentang Davis, belum tentu juga anak itu masih mengenalnya. Tapi ternyata perkenalan ulang ini membuat Davis jadi berhubungan lebih dekat dengan Aza, lebih daripada yang bisa Aza sangka.
Sama seperti novel John Green lainnya, mari kita masukkan satu orang yang bermasalah di dalam cerita. Dalam hal ini Aza lah yang terpilih.
Aza Holmes memiliki pikiran unik yang amat berbeda dengan orang lain. Kekhawatirannya akan sesuatu seringkali ia rasakan secara berlebihan, sampai membentuk pusaran spiral yang saling bertautan dalam pikirannya. Ia terus menerus khawatir akan entitas dirinya yang sesungguhnya, tentang keberadaannya sebagai manusia, tentang tujuan ataupun pilihan pilihan sederhana yang ia putuskan, terkadang menjadi momok yang menakutkan baginya. Bahwa sebenarnya ia tidaklah benar-benar ada. Bahwa ia sebenarnya adalah hasil aksi reaksi dari kumpulan organisme dalam tubuhnya bahkan dalam skala mikro sekalipun.
Ketidaksempurnaan Aza ini yang menjadi latar utama cerita. Terus apa hubungannya sama Davis dan ayahnya yang hilang?
Well, kalau saya ceritain mah bakal spoiler donk ah.
Secara keseluruhan saya suka sama buku ini, padahal awalnya sempat skeptis. Apalagi waktu baca versi englishnya alamakjang bingung nggak ngerti sama sekali bahasa biologisnya. Untungnya versi terjemahannya enak banget dibaca, ngalir dan bisa menjelaskan hal yang kompleks jadi sederhana. Meskipun covernya suram gitu sih ya, tapi ya aslinya ini cerita nggak suram suram banget kok.
Tokoh favorit, si Aza kalik ya. Cara John Green ngasih karakter ke dia juga pas bener. Ngga terlalu ngeselin, ngga terlalu dikasihanin, ngga terlalu nyenengin gitu deh. Tema ceritanya juga kompleks, ngga cinta cintaan yang menye menye gitu, tapi lebih ke persahabatan, keluarga, dengan mengambil "kehilangan" sebagai latar cerita.
Ringan, manis, sederhana. Puas deh bisa ngelarin baca ceritanya.
Aku tahu, tak ada yang abadi. Tapi mengapa aku harus merindukan banyak sekali orang?
penasaran dengan buku ini yang katanya ngangkat anxiety gitu. hhmm kayaknya kudu beli kalau udah ada money hehe.
BalasHapus